BAB 6 || Hadiah Dan Pacar

77 14 7
                                    

Machi deja vu~
(DEJA VU)
Neon machi deja vu~
(DEJA VU)

Happy reading...

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~~~

"Bian Putra Algarendra, anda dipersilahkan untuk meninggalkan ruang sidang."

Bian mengangguk, mengucapkan terimakasih lalu keluar dari ruangan dengan keringat membasahi seluruh tubuhnya. Namun, tak urung ia melemparkan senyum lebar saat mendapati dua adiknya di luar.

"Niat banget lo berdua nungguin gue," ucapnya seraya mengelap peluhnya.

"Mumpung gue gak ada kelas, gimana bang?" Bian hanya tersenyum.

"Jangan senyum aja lo bang, bilang hasilnya..!!" Sentak Raka kesal.

Bian semakin tertawa melihat mereka, selanjutnya ia mengangguk dengan masih menampilkan senyum yang berubah sangat manis. Raka menghela napas lega, entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa Bian memang akan berhasil kali ini, sedangkan Saka sudah berseru heboh.

"WOO!!! ABANG GUE LULUSSS!!!"

"Stt, jangan teriak di sini Sak, di dalem masih ada penguji." Sontak Saka menutup mulutnya rapat-rapat, kemudian merangkul abangnya yang diikuti Raka. Mereka meninggalkan ruangan yang terasa seperti Padang Mahsyar itu dengan semangat, dari kejauhan Bian melihat Kaivan sedang duduk di bangku sendirian.

"KAK KAIVAN! YUHUU!! LIAT GUE BAWA BERITA APA?!!" Saka segera menghampiri Kaivan. Dapat dilihat kalau Kaivan menampilkan senyumnya, "gimana?" Tanyanya pada Saka.

"Jangan tanya gue dong! Tanya sama yang bersangkutan nih!"

Bian yang mendapat tatapan seolah bertanya itu mengangguk, senyumnya tak luntur sedari tadi.

"Congrast," ucap Kaivan lalu memeluk Bian seraya menepuknya bangga.

"Lo juga, congrast."

"Wisuda bareng ciee, bener kata Bang Bian."

Dua manusia yang sudah melakukan pelukan terkekeh bersama, "tinggal lo sama Raka nih."

Raka memutar bola, "yeuu sabar."

"Gue baru netes juga."

"Baru netes apaan udah dua tahun lo berdua di sini," sahut Kaivan.

"Ya kan baru netes, buktinya temen fakultas Bang Bian gak kenal gue."

"Emang seluruh kampus wajib tau lo?"

"Iya dong."

"Nge-caper dulu baru bakal dikenal."

Saka menggeleng tak setuju, "no, it's not my type."

Bian menghela napas lelah melihat keduanya terus berdebat, maklum, ia baru menyelesaikan sidang, jika tidak mungkin ia akan ikut berpartisipasi. Kaivan memang seseorang yang pendiam, tapi tidak jika bersama keluarga Bian, ia cenderung lebih cerewet saat berada di antara saudara-saudara Bian.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang