BAB 2 || Lari Pagi

98 15 0
                                    

Halo, aku kembali...

Happy reading


Ini hari minggu, dan seperti biasa, keluarga Algarendra akan—dipaksa— melakukan jogging bersama di pagi hari. Pelakunya tak lain tak bukan adalah Raka, ia akan bangun subuh-subuh dan mulai membangunkan saudara-saudaranya untuk jogging. Dan orang yang akan paling malas bangun adalah Gerry, ia merasa lebih baik tidur seharian daripada jogging dipagi hari meskipun hanya 1 jam.

"KAK GERRY CEPETAN! UDAH DITUNGGUIN TUH SAMA RAKA," teriakan melengking Saka dari arah pintu kamarnya membuat mata Gerry yang terpejam mengerjap perlahan.

"Hmm."

"Ayo cepetaaann, udah ditungguin dari tadi sama yang lain," bujuk Saka mulai menggoyangkan tubuh Gerry yang masih tetap bergeming.

"Hmm, iya iya," jawabnya karena Saka tak kunjung berhenti menggoncang lengannya.

"IYA IYA SARUNGNYA TUH MAU COPOT! ATAU GUE TARIK SEKALIAN TUH SARUNG?!"

Gerry tetap tak bergeming, Saka kemudian menghampirinya lalu menarik sarung yang baru saja ia gunakan untuk beribadah sholat. Saka juga menarik boxer kotak-kotak milik Gerry membuatnya mendelik.

"Aishh! Gue getok juga pala lo!" Umpatnya pada Saka yang sudah berlari sambil tertawa puas.

"CEPETAN! ATAU PAPA BENTAR LAGI YANG BANGUNIN!" Teriak Saka dari luar. Seketika Gerry terbangun, shit, ia lupa kalau papanya pasti ada di rumah dihari minggu.

Jika ia tidak segera bangun, ia yakin papanya akan menghukumnya untuk bersih-bersih seisi rumah, dan menuruti perintah orangtua dan kakak-adiknya. Kalau hanya bersih-bersih, ia akan sangat sanggup, tapi untuk yang kedua Gerry sangat tidak yakin. Pasalnya, perintah orang-orang di rumah Gerry tidak ada yang beres. Kadang disuruh potong tali jemuran tetangga yang ada cucian basah, disuruh bantuin Mang Beni jualan bakso tapi sambil menggoda pelanggan, ia juga diminta untuk menggoda anak tetangga yang masih berumur 7 tahun, oh tidak, Gerry yakin kalau ia sudah di cap pedofil oleh anak tersebut. Ia memastikan kalau hal itu akan menjadi hukuman pertama dan terakhir yang ia dapat karena tidak ikut jogging.

Tanpa berlama-lama, ia segera berlari menuju kamar mandi guna mencuci mukanya agar tidak mengantuk saat jogging.

"PEMANASAN DULU AYO!" Suara interupsi dari halaman rumah terdengar, dan sekali lagi pelakunya adalah Raka. Ia akan memandu kakak-adiknya, sekaligus papanya untuk melakukan peregangan.

"HITUNG, MULAI..."

"1... 2... 3... 4... 5... 6... 7... 8."

"GANTI."

"1... 2... 3...—"

Semuanya mulai menghitung bergantian, Zeyna keluar membawa botol minuman untuk mereka bawa, karena mereka tidak akan mengelilingi satu kompleks, mereka tidak yakin. Raka pasti mengajak mereka mengelilingi minimal 3 kompleks sekaligus, benar-benar menyiksa.

"MAMA AYO IKUT PEREGANGAN!" Teriak Bian.

"Gak ah, mama mau nonton tv, bye bye anak-anak mama semoga gak pingsan tengah jalan, kalau salah satu dari kalian pingsan biarin ya, kasian pasti capek," Zeyna melambaikan tangannya lalu kembali masuk ke dalam rumah membuat Bian mencibir.

"KAK GERRY KALO 1 MENIT BELUM SAMPAI KESINI GUE HUKUM PUSH UP 100 KALI," teriak Raka lagi.

"Psstt.. Kembaran lo serem Sak, ngeri gue liatnya," bisik Daniel pada adik bungsunya yang juga melakukan peregangan di sebelah kirinya.

"Hooh, gue juga jadi makin takut," jawab Saka lalu mereka cekikikan sendiri atas candaan yang sebenarnya tidak ada unsur lucunya sama sekali.

Tak lama kemudian, Gerry menghampiri mereka dan langsung mengikuti peregangan yang tersisa.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang