BAB 9 || Graduate

64 10 0
                                    

🎶Somariau you na oginaiau you na
Ai wa kirameki
I know that we’ll never change🎶

Lagu ini bagus bgt ga sih guys, sad feel nya dapet bgt menurut aku:((

Jujur aku setiap dengerin cb Jepang yg ini bawaannya mo nangis mulu:((

alai

Happy reading🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🥰

~~~

Ruangan 40×60 meter itu berisi ratusan manusia dengan para petinggi di atas panggung,  seorang pembawa acara menyebut satu persatu mahasiswa yang berhasil lulus di bulan ini.

"Bian Putra Algarendra dengan nilai Indeksi Prestasi Kumulatif 3,83"

Terdengar tepuk tangan yang menggema di ruangan saat satu nama itu dipanggil, sedangkan laki-laki yang dipanggil mulai bercucuran keringat, ia segera bangkit dan melangkah gugup, tangannya sedikit gemetar setelah menerima ijazah dan berjabat tangan dengan rektor.

Setelah 4 tahun berjuang melewati banyak hal dan rintangan, ia berhasil lulus dengan nilai tinggi.

Ia ingin menangis, katakanlah ia lebay, tapi ia memang ingin melakukannya, air matanya ia tahan sebisa mungkin untuk tidak turun. Ia merasa sangat bangga pada diri sendiri karena sudah memilih bertahan berjuang hingga akhir.

Ia mendongak sekilas saat turun dari panggung, mamanya mengacungkan jempol dengan senyuman merekah lebar. Melihat hal itu air matanya lolos begitu saja, ia tidak akan menjadi seperti ini kalau bukan karena dukungan dan do'a yang setiap hari mamanya lontarkan. Kegiatan-kegiatan yang membuat Bian sedikit tertekan seolah-olah sirna karena setiap hari mamanya tak absen untuk memberinya dorongan semangat.

.
.
.

"Ck, mana sih?!" Gerutu Daniel sambil menelisik pintu utama aula yang dipenuhi banyak manusia.

"Buset banyak juga ya wisudawan sekarang," ucap Raka yang malah takjub dengan banyaknya mahasiswa yang keluar dari aula menggunakan toga wisuda.

Saka mengangguk, ia ikut mencari abangnya yang belum terlihat sedari tadi, ia menoleh pada wanita di sampingnya, menatap khawatir, "mama duduk aja dulu di mobil, ntar kalo Bang Bian dateng Saka jemput."

Zeyna mendelik, "gak lah ya kali, kamu kira mama gak kuat menopang tubuh?"

"Siapa tau kan?"

Pletak

"Awshh hehehe nggak nggak, bercanda—"

"Nahh, ini dia manusia yang kita tunggu!!!" Seru Daniel setengah bangga setengah kesal, laki-laki yang membawa banyak buket dan kartu ucapan itu mendekat dengan cengiran khas-nya.

"Jualan buket lo?"

"Biasaa orang ganteng, hehehe mama.." Zeyna hanya tersenyum mendengar penuturan anaknya itu, tak masalah.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang