[11]. Act of Service

58 2 0
                                    

Welcome to Chapter Eleven!
Happy Reading^^

☽☾

"Sampai kapan di situ?" tanyanya.

"Sampe taksi gue dateng." Rora mengotak-atik ponselnya memesan ojek online.

"Sudah saya bilang, kamu pulang bersama saya." ucap si pemuda.

"Ogah banget gue naik motor butut lo!" ejek Rora memandang sinis motor matic milik si pemuda.

"Ayo naik." Mengabaikan ejekan Rora dan menyerahkan sebuah helem berwarna dark gray glitter yang telah diambil dari bagasi motornya.

"Dibilang gak mau, maksa banget sih!" kesal Rora memicing.

"Saya hanya menjalankan perintah." jengah si pemuda.

"Lo kata nyokap gue komandan lo apa? Pake saya-saya lagi, geli gue dengernya." sinis Rora.

"Kedepannya kamu akan terbiasa."

"Kedepannya? Maksud lo apa kedepannya? Ini terakhir kalinya ya kita ketemu." protes Rora tidak terima.

"Tidak bisa. Kontrak kita adalah satu tahun."

"What the heck!"

"Saya dan ibumu sudah menandatangani kontrak kerja. Jadi tidak bisa dibatalkan begitu saja."

"Gak bisa gitu dong! Kan yang buat kontrak kerja nyokap gue, berarti gue gak ada urusan sama lo."

"Kamu sudah terikat dengan kontrak kerja yang dibuat oleh ibumu. Jadi pakai helemnya dan segera naik." Sekali lagi tangannya mengulurkan helem.

Rora masih diam tanpa berminat menerima helem tersebut.

"Jangan kekanak-kanakan, Rora. Kamu hanya akan membuang-buang waktu." Si pemuda mulai lelah membujuk.

"Gue pulang naik taksi." Ucap Rora menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Baiklah. Jangan salahkan saya jika semua fasilitasmu akan dicabut oleh bu Kia." Turun dari motornya berniat meletakkan kembali helem yang berada di tangannya ke tempat semula.

"MAKSUD LO APAAN?" Mendekati pemuda tersebut dan mencekal lengannya.

"Saya sudah mengatakan jika kami memiliki kontrak kerja."

"To the poin aja bisa gak sih? Gak usah berbelit!"

"Bu Kia akan menyita semua fasilitas kamu jika tidak menurut dengan ucapan saya." Menundukkan kepalanya sedikit karena wajah Rora yang hanya sedadanya.

Rora menghempaskan lengan lelaki tersebut dan terkekeh sinis.

"Gue gak percaya. Pasti itu akal-akalan lo aja kan biar gue nurut sama lo? Gue terlahir sebagai alpha women, jadi gue gak akan pernah tunduk sama yang namanya lelaki." Raut wajahnya berubah datar dengan seringaian.

"Saya tidak berniat untuk membuatmu tunduk di bawah kendali saya. Saya hanya ingin kamu dapat bekerjasama sesuai kesepakatan ibumu dan saya." Tutur si pemuda dengan tatapan yang tak kalah dinginnya.

He's so Attractive but He's YoungerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang