[8]. Membentang Jarak

39 3 0
                                    

Welcome to Chapter Eight!
Happy Reading^^

☽☾

Suasana fakultas ekonomi lumayan ramai karena para mahasiswa beriringan menuju parkiran.

"Jadi ke mall gak nih?" tanya Velin yang lebih dulu sampai ke fakultas ekonomi.

"Jadi lah!" jawab Rora semangat.

"Semangat banget mbaknya." timpal Stefy.

"Suntuk gue, butuh healing." adunya.

"Kenapa lagi sama nyokap lo?" tanya Stefy yang sudah hapal dengan mood sahabatnya.

"Biasalah, perkara ipk gue makin turun."

"Dapet siraman rohani dong lo." Velin terkekeh.

"Gak cuma siraman rohani, tapi juga dapet tutor." dengusnya.

"HAH?/DEMI?" seru Stefy dan Velin bersamaan.

"Ck, gue serius. Bahkan hari ini dia udah disuruh ke rumah sama nyokap. Mendekatkan diri katanya. Malesin banget." dengusnya.

"Lah, kok lo malah mau ke mall sih? Kalo gitu next time aja kita ke mall." ucap Stefy.

"Bener. Kali ini gue setuju sama Stefy. Masa lo malah pergi pas tutor lo ke rumah. Siapa tau nih ya, tutor lo spek sugar daddy." Velin berujar dengan mata berbinar.

"Terus lo suruh gue buat jadi sugar baby nya gitu? Najis." sewot Rora.

"Apa salahnya sih, Ra? Pesona pria matang itu lebih menggoda." Velin masih tidak berhenti memprovokasi sahabatnya.

"Iya, nanti gue pepet bokap lo." canda Rora.

"Heh! Enak aja lo mau jadi madu nyokap gue. Gak bakal gue restuin. Baku hantam aja lah kita!" Velin mendelik tajam dengan kepalan tangan.

Rora hanya tersenyum tipis menanggapi sementara Stefy sudah tertawa.

☽☾

Deru suara mesin motor memasuki kawasan perumahan elit dan berhenti di sebuah gerbang rumah yang menjulang tinggi.

"Ada yang bisa dibantu, mas?" tanya satpam yang menjaga gerbang tersebut kepada pengendara motor.

"Permisi, pak. Apa benar ini rumah bu Kiara?" tanya pemuda tersebut.

"Iya benar, mas. Masnya ada perlu apa ya?"

"Saya ada janji dengan beliau, pak."

"Oh, tapi nyonya sedang tidak di rumah, mas."

"Iya, pak. Saya disuruh menunggu di dalam."

Satpam tersebut terlihat berpikir antara mengizinkan pemuda tersebut masuk atau tidak. Jika tidak diizinkan, takutnya memang benar ada janji dengan bosnya. Tapi jika diizinkan masuk, takutnya itu orang jahat.

Namun melihat pakaian pemuda tersebut yang tidak seperti pria urakan, sepertinya bukan orang jahat. Satpam itu pun lalu membuka pintu gerbang, mempersilahkan pemuda itu masuk dengan motornya.

Setelah mengucapkan terimakasih, pemuda itu pun mengendarai motornya hingga sampai pada halaman rumah dekat pintu utama.

Jarak pintu utama dari gerbang sedikit jauh, sekitar 50 meter. Halamannya sangat luas dengan berbagai tumbuhan dan bunga yang tumbuh. Ada juga air mancur yang menambah kesan asri pada taman tersebut.

He's so Attractive but He's YoungerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang