Bab 10 Bertemu Pak Dosen

1 0 0
                                    

Gelegar halilintar yang cukup memekakan telinga, membuat gadis yang bercita-cita ingin jadi guru terjaga dan mengusap wajah kemudian mengucap istigfar. Ia segera membetulkan letak selimut, cuaca dingin menyergap tubuhnya. Tetesan air hujan masih terdengar menimpa genting. Sesekali terdengar kedasih berkicau bersahutan dengan burung hantu dari arah jauh. Ayu kembali bergelung dalam selimut kemudian kembali terlelap.

Hari berlalu hingga tiba saatnya menghadiri pagelaran di acara seminar seni yang diadakan Balai Bahasa Jabar. Semua kru gamelan sudah besiap di panggung kehormatan. Di depan barisan para tamu undangan, sudah memenuhi kursi yang sudah disiapkan. Walau hanya diberi waktu satu jam mereka menyiapkannya dengan matang.

Suara gamelan sudah mulai terdengar memenuhi ruangan aula hotel, para ronggeng yang terdiri dari empat orang sudah duduk di kursi yang tersedia termasuk Ayu. Meiwani duduk di panggung bersama penabuh gamelan. Sartono didampingi Ayu bersiap menarikan tarian sorder.

Sorak sorai terdengar dari para tamu undangan yang sedang menikmati suguhan seni khas dari Pangandaran itu. Mereka yang belum pernah melihat tentu saja merasa penasaran.

Untuk kali pertama Ayu menggunakan selendang yang pernah hadir dalam mimpinya. Sartono sampai terkesiap kala menyadari selendang yang Ayu gunakan bermotif sisik ular piton. Dalam diamnya Sartono berbicara."Siapa dia kenapa memiliki selendang legendaris yang jadi perbincangan selama ini?" sudah banyak para ronggeng yang sengaja bertapa di makam Nyai Ronggeng hanya mengarap berkahnya dan ketularan jadi primadona ronggeng, namun belum ada cerita dari mereka yang berhasil. "Selendang itu, kenapa sama? Apa hanya kebetulan saja?" gumamnya.

Satu hal yang tidak disadari gadis cantik bermata belo itu, saat selendang itu nempel di badan sejak itulah sebuah perjanjian tak tertulis mulai berlaku. Tubuh itu sudah dikuasi khodam sang primadona legendaris dari masa lampau. Selama menguasai tubuh gadis itu dia akan mencari korban orang-orang yang berhati keji yang ingin mencelakai sang pemilik tubuh.

Sementara di barisan para peserta seminar. Mata lelaki berbaju batik yang punya andil menempatkan tempat penelitian untuk Ayu sampai tak berkedip kala menyaksikan bagaimana lincahnya mahasiswa terbaik di kelasnya, menari tarian soder. Sudut bibirnya berkedut hatinya sangat senang hingga tak sabar ingin segera menerima hasil penelitian dari mahasiswanya yang bernama Ayu. Namun bukan hanya itu hatinya terasa menghangat kala melihat aura kecantikan Ayu yang menarik sudut hatinya.

Alea juga hadir, sengaja Ayu memberitahu bakal ada pagelaran tari ronggeng. Gadis itu duduk di deretan tamu tak jauh dari panggung. Saat netranya menyapu ruangan. Matanya menemukan sosok laki-laki yang sangat dia kenal. Lelaki itu tak berkedip menatap Ayu yang sedang menari.

"Bukannya itu Pak dosen kiler yah, wah ternyata ini acara seminar seni yang dihadiri oleh berbagai kalangan termasuk para dosen seni dari barbagai universitas. Sayangnya kesenian yang aku teliti tidak diundang, tapi tidak apa," gumamnya tanpa melepaskan pandangannya pada sang dosen.

"Pak Rafael tersenyum? Wow...senyumnya manis sekali. Momen yang sangat langka. Hmm aku foto ah. Teman-teman pasti tidak percaya kalau pak dosen kiler bisa senyum ternyata," gadis bermata sipit itu segera mengambil ponsel dari tas. Secepat kilat dia abadikan dalam foto. Puas rasa hatinya punya foto dosen yang sedang senyum. Iseng-iseng dia kirim ke grup WA kelas. Terjadilah keributan di dalam grup mereka tidak percaya melihat kulkas dua pintu bisa tersenyum sangat manis.

"Ayu tahu nggak yah kalau cowok impiannya ada di sini sedang menyaksikan dirinya menari?" gumamnya lagi. Saat Ayu melihat ke arah Alea, gadis itu memberi isyarat dengan ujung matanya kalau ada Rafael di tengah para tamu undangan. Ayu tidak mengerti apa maksud Alea, gadis itu hanya mengikuti arah pandang Alea. Deg jantungnya seakan berhenti berdegup kala netranya bertemu pandang dengan netra sang dosen yang terus menatapnya.

Ayu yang saat itu sedang membagikan selendang, entah keberanian dari mana, Ia melangkah pasti diantara jajaran kursi hingga tiba di depan Rafael. Tentu saja di luar frediksi Rafael, kalau ayu berani mendekat dan mengajaknya menari. Dengan santainya ayu mengalungkan selendang ke leher sang lelaki idolanya. Hingga lelaki yang berkepribadian kulkas dua pintu itu akhirnya bangkit mengikuti sang primadona.

"Ayu, kamu!"

"Ayolah, Pak kalau Bapak menolak nanti disorakin banyak tamu," bisik ayu yang membuat Rafael akhirnya berdiri. Ada magnet berkekuatan tinggi yang menyedot jiwa Rafael hingga tak kuasa menolak ajakan gadis cantik yang kini mengisi relung hatinya.

Alea sampai kaget melihat keberanian Ayu, gadis berbaju hijau toska itu sampai geleng-geleng kepala.

"Apa bener itu si Ayu? Waduh ko ada yang aneh yah, apa tidak sedang kesurupan dia itu yah?" gumamnya sambil terus menatap sahabatnya yang terlihat sangat berkharisma.

Putaran demi putaran berlangsung, hentakan kaki seirama dengan gemulainya liuk tangan diiring musik gamelan ronggeng yang energik. Merdunya suara pesinden Meiwani menambah para penari seakan telena di dunia lain. kepuasan sempurna mengubah rasa penat para penari, hingga tak sadar terlena dalam alunan musik yang kian menghentak.

Ayu menari di bagian tengah bersama ronggeng yang lain, Rafael kini tak lagi canggung malah terlihat sangat menikmati hingga putaran tarian berakhir.

Sebelum kembali ke tempat duduk, dia mendekati Ayu lalu berbisik.

"Temui aku setelah pagelaran ini di kafe samping hotel" bisiknya lalu kembali ke tempat duduk. Tepuk tangan meriah menggema seantero aula gedung karena hampir semua penarinya anggota seminar menyukai tarian ronggeng. Mereka terlihat sangat antusias dan menyimpan kesan positif. Desas-desus terdengar di kalangan anggota seminar hingga dicatat sebagai bahan referensi materi yang perlu dibahas dalam kegiatan seminar. Tak sedikit dari mereka yang memberi saweran untuk memeriahkan pegelaran.

Sartono merasa bangga dan bahagia, kini timbul harapan kalau seni ibing yang dia pimpin bakal kembali hidup. Harapannya semakin mekar, dia sadar semua ini karena adanya Ayuningtiyas mahasiswa yang sedang penelitian, gadis itu meyakinkan kalau seni ronggeng bakal hidup kembali. Ayu bilang, harus ada inovasi, Jenis tarian harus bervariasi. Musti ada renovasi besar-besaran tanpa menghilangkan tarian buhun. Pamikiran Ayu sungguh luar biasa. Sartono teringat kisah ronggeng legendaris yang sudah tiada ratusan tahun lalu.

"Nyai Srinti, siapa Ayu kenapa gadis itu memiliki selendang yang ada dalam kisah Nyai Srinti?" Pikiran Sartono kembali berkecamuk mengingat kejadian yang terasa aneh. Dia menyadari ada keanehan dalam diri Ayu yang membuatnya berpikir kalau gadis itu tidak semata hadir di Cikalong. Yang Kuasa memberi jalan agar seni tradisional Cikalong tidak hilang.

Pagelaran sudah usai karena waktu yang diberikan pihak panitia hanya satu jam itupun ditambah satu putaran karena para peserta seminar belum merasa puas. Mereka segera bersiap membereskan gamelan sementara Ayu minta ijin untuk menemui dosen pembimbingnya. Gadis yang mulai banyak dibicarakan anggota seminar itu pergi menemui Rafael, sampai melupakan sahabatnya Alea.

Ayu berjalan perlahan menuju café yang letaknya tak jauh dari hotel tempat diadakan seminar. Saat gadis yang kini semakin terlihat cantik hendak memasuki café, dua orang bertato mencegat Ayu, pemuda berbadan kurus menghadang langkah Ayu dan mencekal lengan Ayu.

#ParadeMumtazBatch1

#TantanganMenulisNovel

#Jumkat995

#Day10

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang