Bab 17 Bertemu Rafael

2 0 0
                                    

"Iyah kamu? Bukannya kamu guru tari?" Kang Dayat masih menguji Ayu.

Ayu berdiri menatap Hidayat, di dahinya ada kerutan samar menghias wajah.

"Kalau Akang percaya padaku, baiklah aku butuh gamelan dan penabuhnya yang sudah mahir, tarian ini berpasangan. Saya ingin Akang yang jadi pasanganku menari bagaimana?" ujar Ayu balik menatap mata Hidayat. Deg jantung Hidayat serasa bergetar, lelaki yang sudah lama berkiprah di dunia seni bisa menangkap sesuatu yang lain yang mengisi jiwa gadis cantik itu.

"Kamu bercanda, Yu mana bisa aku menari, apa aku tidak terlalu tua untuk menjadi patner menari denganmu?" jawaban Ayu membuat Hidayat terlepas dari beban yang tiba-tiba nemplok di pundaknya sekaligus merasa insecure.

"Tidak ... aku yakin Akang seorang penari juga, tarianku basicnya tarian ronggeng jadi pasti Akang bisa." Ujar gadis yang merasa yakin Hidayat bakal jadi patner menarinya.

"Baiklah untuk gamelan kita punya dan nayaganya sudah biasa menabuh musik untuk tarian ronggeng." Ujarnya menyanggupi, entah kenapa ada rasa senang bisa menjadi pasangan menari gadis yang baru saja dia tolong.

"Ok! Gus tolong siapkan semuanya sore nanti kita mulai latihan, dan untuk pertunjukan minggu depan juga jangan sampai gagal."

"Siap, Bos." Agus menjawab namun di matanya ada kilatan kebencian untuk Ayu.

Semua kru paguyuban seni tari Liwung Gandrung yang ternyata bukan paguyuban kecil tapi sebuah paguyuban yang sudah ternama di lingkungan Bandung tidaklah sulit untuk mempersiapkan segalanya walau dalam waktu singkat.

Hingga tiba saatnya penampilan perdana Ayu dalam acara pembukaan kantor cabang yang dipimpin oleh CEO muda Arkana Pangestu. Hasil latihan bersama selama dua hari, pasangan menari beda usia sudah siap tampil. Alunan musik gamelan sudah memenuhi ruangan, sinden andalan mulai melantunkan suara emasnya. Terasa hangat dan menyenangkan.

MC terkenal pun mulai memasuki panggung kehormatan, dengan suara yang berkesan manja, wanita dengan baju kebaya moderen mulai membuka acara.

"Ok Para hadirin semua, kita sambut CEO kita yang punya hajat untuk segera duduk di tempat yang sudah disediakan, silahkan kepada Bapak Arkana Pangestu." Tepuk tangan riuh terdengar menyambut kehadiran sang CEO muda. "Hadirin sekalin yang berbahagi rupanya CEO kita datang hanya sendiri hmm silahkan buat para jomlowati untuk bersaing mendapatkan CEO kita." pembawan acara MC sungguh kocak hingga tak terasa kaku dalam pembawaannya. Arkana mengatupkan kedua lengannya kemudian menatap ke sekeliling para tamu undangan sambil sedikit membungkukan badan.

"Hadirin sekalin untuk acara pembuka, sebelum acara seremonial, sebuah tarian akan kami persembahkan."

Saat tamu terakhir masuk Ayu dan Kang Hidayat sudah bersiap di belakang panggung. Kostum yang Ayu gunakan sungguh sangat cocok dengan tarian yang akan ia tarikan, begitupun kostum penari Pria yang wajahnya disamarkan dengan topeng penutup bagian mata. Kumis palsu menghiasi bagian bawah hidung Hidayat berkesan pria gagah berani.

Semua mata terpesona kala seorang Ayuningtiyas membawakan tarian sakral yang di beri nama "Titisan" tarian yang menceritakan seorang lelaki dari masa lalu sedang mewariskan ilmu kepada seorang gadis melalui alam mimpi. Hidayat mampu mengimbangi gerakan Ayu, mereka seperti pasangan romantis yang mampu menghipnotis para tamu undangan.

Di kursi belakang seorang lelaki terkesiap, hampir satu tahun lamanya dia berusaha melupakan gadis itu, namun tetap saja gadis bernama Ayuningtiyas senantiasa bertahta di singgasana hatinya, walaupun Label suami sudah tersemat didirinya, karena desakan dari ibunya. Lelaki berbatik mega mendung itu, tak mampu melupakan gadis cantik mahasiswanya yang paling pintar di kelas.

"Ayu, kaukah itu? kamu tidak jadi guru?" Beribu pertanyaan menyesakan dada lelaki yang kini merasa hatinya teriris pedih. Menyaksikan wanita yang semula hanya mahasiswanya namun seiring waktu dia malah mencintainya. Kini menjelma jadi penari yang membuat semua tamu undangan berdecak kagum. Ada rasa sesal menggalayuti perasaannya. Sesal kenapa dulu tidak melamar ayu, padahal dia tahu kalau Ayu menyukai dirinya.

Tepuk tangan riuh mengisi gedung menyadarkan pikiran lelaki yang masih bergelar dosen kiler. Senyum manis ayu menyapa setiap netra yang lupa berkedip saking terpana. Ayu dan Hidayat membukukan badan dengan tangan kanan dilipat di bawah dada. Kemudian undur diri dari panggung.

Dibalik rasa puas saat menyaksikan tampilan pembuka yang begitu menghipnotis para tamu undangan. Arkana menyimpan rasa kagum hingga tidak ragu-ragu Lelaki bergelar CEO melakukan standing applause, diikuti para tamu undangan. Sungguh luar biasa gerakan tarian Ayu yang diimbangi gerakan tarian Hidayat sangat luar biasa.

"Tarianmu sangat sakral, Ayu. Seperti ada yang mengisi tubuhmu hingga ke ujung jarimu terlihat hidup." Gadis berumur dua puluh tiga itu hanya tersenyum.

"Semua karena Akang juga yang mampu mengimbangi gerak liarku,"

"Betul, gerakanmu sangat liar dan alami, aku tidak menyangka secuilpun kalau kamu memiliki bakat menari sehebat itu." puji Hidayat.

setelah istirahat Ayu pamit untuk ke toilet.

"Dimana yah toiletnya? Dih gedung orang kaya toiletnya juga susah nyarinya," gumam Ayu sambil terus mencari-cari letak toilet. Saat mau berbelok brug tubuh Ayu menabrak sesuatu nyaris terjungkal kalau saja lengan orang yang ditabrak tidak menagkap pundak Ayu.

"Ma'af" cicit Ayu sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada. Agus yang berada tak jauh dari mereka segera bersembunyi di balik tembok.

"Kamu, Ayu... ningtiyas," seseorang seakan kaget bertemu dengan gadis yang tadi menari memukau penonton.

ParadeMumtazBatch1

#TantanganMenulisNovel

#Jumkat814

#Day17

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang