Bab 27 Pertemuan tak Sengaja

1 0 0
                                    

Kokom membawa pengacara untuk melancarkan pembagian peninggalan kakek Panji. Sesuai surat wasiat yang di tulis oleh Panji. Akhirnya Nenek Ayu mendapat satu buah hotel yang lumayan strategis yang berada di pantai barat. Semetara wa Kokom di pantai selatan. Satu buah rumah di desa Cikalong yang kini di tinggali oleh Ayu, sementara ibu dan Ayahnya Ayu diam di salah satu kamar hotel sekalian mengelola hotel tersebut. Neneknya dibawa sama Ayu untuk menemani Ayu di rumahnya.

Neneknya Ayu yang bernama maesyaroh sangat terlihat bahagia sekali, semenjak dia tinggal di rumah peninggalan ayahnya. Selama pindah sudah beberapa kali mengunjungi makam Nyai Srinti juga Panji.

Nama Ayuningtiyas semakin harum di dunia ronggeng, tariannya yang gemulai dan inovatif mengundang para pencinta tarian ronggeng semakin menggila. Dimanapun Ayu manggung di situlah para penggemar ayu berkumpul, walau kadang ayu merasa bosan dengan situasi seperti itu. Karena jiwanya tetap ingin menjadi guru tari.

Kecantikannya kini menjadi buah bibir di kalangan kaum tua dan remaja, sudah banyak yang melamar dirinya namun selalu ayu tolak dengan alasan belum berniat berumahtangga. Selain yang melamar baik-baik, tak sedikit yang ingin berbuat jahat namun lagi-lagi khodam yang ada dalam tubuh Ayu benar-benar menjaga gadis yang semakin cantik itu.

Kehadiran Ayu kembali di grup tayuban yang Sartono pimpin membawa berkah, juara satu dalam loba ronggeng pun mereka dapatkan. Awal baru perkembangan dunia ronggeng semakin jaya di Desa Cikalong, namun takdir manusia tidak ada yang tahu disaat grupnya sudah mulai berkembang Sartono tiba-tiba terkena serangan jantung dan tidak sempat dibawa ke rumah sakit hingga Dia akhirnya meninggal dunia.

Menjadi Guru Tari

Sepeninggal Sartono, hasil dari rembugan bersama kini Ayulah yang diangkat menjadi pimpinan. Istri Sartono masih tetap bergabung karena bagaimanapun grup itu hasil jerih payah suaminya. Setelah berpindah tangan grup tayuban yang kini Ayu pimpin semakin maju. Selain tayuban kini Ayu mulai menerima kursus menari. Sungguh di luar prediksi ternyata banyak sekali murid-murid yang ingin belajar menari pada Ayu sang primadona ronggeng kali ini. Namanya semakin berkibar melebihi neneknya di jaman dulu. Di dunia seni dan tari, panggilan untuk tampil hampir setiap minggu.

Hati gadis yang kian beranjak dewasa merasa bahagai kala salasatu murid tarinya memanggilnya ibu guru. Hatinya membuncah merasakan kebahagiaan yang tak terkira saat keinginannya menjadi guru tari akhirnya tercapai.

"Ibu guru , Nayla jadi juara Loh, Ibu guru," lapor seorang bocah yang sontak membuat Ayu terharu.

"Bener, Nay jadi juara wah, Nay hebat deh, Bu guru bangga sama Nay." Jawab Rahma, Ia rengkuh gadis kecil berusia sepuluh tahun itu.

"Terimakasih, Nay sayang," Rahma mengurai pelukannya. Wajah gadis kecil itu berseri-seri begitupun wajah bu Gurunya.

Rumah peninggalan kakek buyutnya yang berdiri di lahan yang sangat luas, direnovasi oleh Ayu. Sebuah bangunan terbuka berbentuk aula lengkap dengan panggung berdiri di belakang rumah untuk keperluan latihan bersama. Sekelilingnya sengaja dibuat benteng agar tidak ada maling yang nantinya bisa saja mengambil gamelan. Kegiatan kursus menarinya sangat privasi tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam kecuali kalau ada acara hiburan bebas. Karena walaupun kini Ayu sudah jadi primadona, Ia seringkali mengadakan latihan yang boleh di tonton oleh warga sekitar.

Murid-murid Ayu semakin bertambah dari lima orang kini sudah ada sekitar tiga puluh orang. Mereka ada anak-anak Sd, SMP ada juga yang ingin kursus menari ronggeng.

"Tẻh Ayu, minggu depan kita diminta tampil di acara apa yah aku lupa, oh iyah ini ada surat undangannya. Soal harga berapapun yang kita minta mereka siap bayar. asal Tẻh ayu tampil, katanya." Ucap Danang Asisten Ayu, sambil mengambil surat dari sling bag yang selalu nempel di tubuhnya.

"Mana saya lihat suratnya!" pinta Ayu pada asistenanya yang bernama Danang. Iyah Ayu yang semakin sibuk memilih mengambil asisten untuk membantu keperluannya.

"Pembukaan kantor cabang dari sebuah perusahaan yang di pimpin oleh ... Arkana, kenapa dunia ini sempit sih? Dia lagi yang ngundang," cicit ayu.

"Tẻh Ayu mengenalnya?" tanya Danang lelaki kemayu yang tidak menyuka kaum wanita.

"Kenal sih tidak Cuma, jaman aku masih di Bandung sempat juga aku ikut tampil di acara kaya sekarang ini, lagian tuh orang gampang banget rizkinya, kerjaannya buka cabang baru mulu, coba," ujar Ayu. Pikirannya kembali mengenang masa itu, masa pertama kali Ia tampil di acara bergengsi dan berhasil membawa namanya menjadi terkenal.

"Syukuri saja, tẻh Ayu. Dengan adanya orang seperti mereka membantu kita juga kan Tẻh?" ujar Danang. "Lumayan cuan, tẻh cuan,"

"Iyah juga, yah Nang?" jawab Ayu tersenyum manis. "Kamu siapkan saja acaranya, aku mau tampil rampak tari topeng kasmaran," ujar Ayu. Tari topeng kasmaran merupakan tarian karangan Ayu sendiri, ada tiga pasang penari yang nantinya tampil perpasangan.

Untuk persiapan di acara opening perusahaan yang Arka pimpin, Ayu menyiapkan kostum yang dilengkapi topeng untuk menyamarkan wajahnya. Dengan begitu sedikit menghindari tatatapan jahat dari para penggemar. Yah, ayu harus bisa mengendalikan para fansnya yang kadang brutal. Ayu tak ingin lagi ada korban. Walau Ayu sudah berusaha mengendalikan diri agar tidak mencelakai orang-orang yang berniat kurang ajar pada dirinya namun dorongan dari dalam tubuhnya untuk melawan dan mencelakinya selalu berhasil mengalahkan ego Ayu.

Waktu yang ditunggu-tunggu semua personil grup pimpinan mendiang Sartono yang kini sudah beralih ke pundak Ayu, akhirnya tiba juga, di balroom sebuah hotel yang nan luas sekali sudah tertata jajaran kursi, siap menunggu para tamu undangan. Untuk peresmian cabang baru perusahaan milik Arkana, pihak hotel memberi beberapa buah kamar untuk digunakan para kru bersiap sebelum tampil. Ayu sibuk membantu merias para ronggeng agar terlihat mirip, kostum yang mereka pakai nyaris sama dan senada dengan selendang yang Ayu pakai.

Musik pembuka sudah mulai terdengar, menyambut para tamu undangan yang semakin banyak memenuhi ruangan. Hingga tiba saatnya acara pembukaan dimulai. MC ternama yang dibawa pihak perusahaan sudah mulai membuka acara.

Netra Ayu menyapu seisi ruangan mencari-cari barangkali ada sosok yang masih Ayu simpan di relung hatinya. Namun sayangnya hati Ayu harus merasa kecewa. Sosok pak Dosen pastinya kini sudah bahagia bersama istrinya.

Arkana memasuki ruangan dengan pakaian batik yang membalut tubuhnya terlihat semakin barwibawa. Pupil hitam legamnya meyapu jajaran para rongeng yang duduk berjajar. Semua ronggeng memakai asesoris topeng penutup mata hingga wajah mereka tak terlihat sepenuhnya. Arkana tidak tahu kalau asistenya menyewa grup ronggeng untuk hiburan. Entah kenapa hatinya teringat pada sosok penari yang beberapa tahun silam pernah menari diacara yang sama.

Acara opening pun segera dimulai dengan rampak tari yang dibawakan oleh Ayu dan kawan-kawan. Hati lelaki yang masih mengingat tampilan Ayu tempo dulu, merasa berdesir saat rombongan penari mulai beraksi. Walau tarian terdiri dari beberapa penari, Arkana masih sangat mengenali liuk tubuh Ayu saat menari.

"Ayuningtiyas, apakah dia gadis yang sama?" Arkana segera mengambil ponsel dan menulis pesan yang ditujukan kepada Ray.

]"Kamu selidiki siapa saja nama gadis yang sedang menari ini?]

[Salah satunya Ayuningtiyas Tuan, gadis yang sama yang pernah tuan sewa untuk menari tempo dulu yang sempat geger karena hilang,]

[Selidiki dimana dia tinggal sekarang?] tak lama Ray pun membalas. Rupanya Ray kini sedang berada di dekar kamar yang dipersiapkan untuk para kru dan ronggeng. Ada istri Sartono yang sedang bejaga menunggui kamar, Ray memanfaatkan waktunya untuk mewawancarainya.

"Bos, gadis itu tinggal di Desa Cikalong, dia memiliki sanggar seni yang saat ini semakin maju," jawab Ray.

["Ok, terimakasih Ray, segera agendakan kunjungan ke Desa cikalong,"] jawab Arka, yang tak urung membuat isi kepala Ray mumet. Tring kembali pesan masuk.[cari tahu nomor HP kepala Desanya] Ray akhirnya tepuk jidat.

"Bos ini ada-ada saja, ngapain coba kunjungan dalam rangka apa, hadeuh punya Bos aneh banget." Rutuk Ray sambil garuk-garuk kepala.

ParadeMumtazBatch1

#TantanganMenulisNovel

#Jumkat912

#Day27

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang