Bab 12 Bertemu kembali Kakek Buyut

5 0 2
                                    

Seiring berjalannya waktu, penelitian yang Ayu lakukan di Desa Cikalong hampir selesai. Satu bulan waktu yang disediakan pihak fakultas terasa sangatlah singkat. Dalam jangka waktu itu geliat grup ronggeng yang nyaris mati kembali bernyawa.

Salah satu penari yang bernama Miranti menyisakan rasa tidak suka kepada Ayu, merasa dirinya yang lebih lama jadi ronggeng namun kenapa malah Ayu yang terkenal gadis itu tidak bisa menerima kalau ada gadis lain melebihi dirinya. Saat mereka sedang kumpul untuk persiapan penampilan perpisahan di Balai Desa. Miranti mencoba menanyakan keberadaan Ayu di grup.

"Kamu tidak berniat untuk selamanya menjadi ronggeng kan, Ayu?" tanya gadis yang umurnya di bawah ayu terdengar sinis.

"Kenapa rupanya? Kamu tahu kan di sini aku sedang penelitian. Hanya tinggal satu minggu lagi aku bakal kembali. Tugasmu untuk terus mengembangkan seni ronggeng. Kamu pasti bisa Ranti,"

Gadis yang tidak menyukai Ayu terlihat serbasalah saat pupil Ayu mencoba menelanjangi wajahnya. Sorot mata Ayu tajam dan menyala, hingga Miranti terkesiap dibuatnya.

"Ampun ... ," ujarnya. Dia hendak berdiri dan bersedeku di kaki Ayu, kalau saja Ayu tidak mencegahnya dengan menahan pundak Miranti.

"Hey, apa yang kamu lakukan? Bangun!" ucap Ayu yang merasa bingung kenapa Miranti berlaku aneh begitu. Semua perilaku janggal yang kadang Ayu perlihatkan semua di luar kesadaran dirinya.

"Ayu, ma'afkan aku tidak seharusnya aku bersikap jelek kepadamu. Tolong maapkan aku," ujarnya lagi.

"Sudahlah, Ranti. Aku tidak apa-apa" Ujar Ayu.

"Kak Ayu, apa Kakak yang beberapa waktu lalu ada di Rumah makan Cobek Raos itu kan?" tiba-tiba seorang gadis cantik mendekati Ayu.

Ayu mendongak memalingkan wajah ke arah suara, kedua alisnya nyaris bertemu.

"Eu, kamu yang waktu itu bersama kakek buyutmu itu kan? Jadi kamu orang daerah sini? Selama ini kenapa kita tidak pernah bertemu yah? Apa kabar kakek buyutmu apa beliau sehat?" tanya Ayu antusias sekali ada harapan bertemu dan bisa menanyakan tentang Nyai Srinti.

"Huum, Kak senang bisa bertemu kembali. Maaf yah Kak waktu itu mungkin saya terkesan jutek gitu," ujarnya.

"Tidak apa-apa, siapa namamu dan dimana tempat tinggalmu, bolehkan kakak berkunjung ke rumahmu," tanya Ayu rasa penasarannya kembali menggaruk relung hatinya.

"Boleh, nama saya Ines, Kak. Saya kerja di luar kota Kak, saya baru saja pulang kata Mamah ada penari ronggeng yang lagi viral, makanya aku kesini. Tuh rumahku tiga rumah dari sini, saya permisi dulu yah, Kak. Saya tunggu," jawabnya sambil berlalu.

Gadis yang masih penasaran pada cerita siapa dirinya dan apa hubungannya dengan primadona ronggeng masa lalu itu netranya berselancar pada rumah ke tiga yang gadis cantik tadi katakan.

"Jadi selama ini kakek misterius itu ada di sini dekat lagi, ya ampun kok bisa-bisanya aku tidak tahu,"gumamnya.

Saat tepak gendang berakhir, semua kru beristirahat. Gadis yang mendadak jadi viral segera minta ijin kepada sartono untuk mendatangi rumah Ines, kali ini Sartono mendampingi kepergian Ayu ke rumah Ines.

"Assalamualaikum," Ayu berucap salam yang disambut jawaban salam dari dalam.

"Waalaikumsalam, ahh senangnya kedatangan tamu yang lagi viral di Desa Cikalong, silahkan masuk Nak Ayu, Mang Tono!" ternyata ibunya Ines yang menyambut, namanya ibu Kokom. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, ramah menerima kedatangan Ayu.

"Ibu, bisa saja, apa kabar ibu? Apa kabar juga kakek buyut apa beliau sehat?" tanya Ayu to the poin. Tak lama Ines datang sambil mendorong kursi roda. Seorang kakek tua yang tempo hari memanggil ayu Nyai Srinti duduk di kursi roda. Gadis itu segera berdiri dan menyalami kakek buyutnya Ines.

"Kakek, apa kabar, kenalkan aku Ayuningtiyas. Semoga kakek sehat selalu."

"Srinti ... kamu Srinti?" ujarnya. Tangannya menggengam jari Ayu seakan takut terlepas, pupit tuanya menatap wajah Ayu penuh rasa rindu. "Apa kamu marah sama aku Srinti? Bagaimana kabar anak kita? Aku bukan meninggalkanmu Srinti, aku ditangkap oleh musuh lalu aku dipenjara selama dua tahun. Aku mencarimu tapi kamu sudah tidak ada. Saat aku pulang ke sini kamu malah meninggalkan aku, Srinti ...." Bendungan di cekungan mata Kakek yang bernama Panji itu luruh, tetesan air mata membasahi pipi keriputnya. Badan ringkihnya terguncang hebat menahan gejolak rasa bersalah telah meninggalkan Srinti wanita yang sangat dicintainya.

Sang Maha Pencipta memberinya umur panjang, mungkin untuk mengungkap siapa itu Nyai Srinti. Bu Kokom maupun Sartono terhenyak mendengar pengakuan dari Panji yang di luar prediksinya. Artinya selama ini Kakeknya bukan ngelantur.

"Nak Ayu, usia Kakek buyut Panji hampir seratus limapuluh tahun dulu saat masih sehat sekilas beliau pernah bercerita tentang kisah asmaranya dimasa lampau namun dia tidak mengatakan siapa gadis itu. tapi akhir-akhir ini dia sering menyebut nama Nyai Srinti. Ibu kira beliau pengagum beratnya primadona ronggeng itu,"

"Kakek, coba jelaskan siapa itu Nyai Srinti?" tanya Bu Kokom anak angkat dari lelaki yang menikahi ibunya Kokom.

"Dia istri pertamaku, gadis ini pasti cucu buyutku. Wajahmu persis Nenek buyutmu Nak. Apa nenekmu masih ada?" Ayu menganggukan kepala neneknya bernama Maesyaroh masih ada walau sudah tua.

"Nak Ayu bagaimana kalau kamu telpon nenekmu, coba tanyakan siapa ibu nenekmu itu? Selama ini kakek Panji selalu menyalahkan dirinya. Cuma, ibu juga baru tahu sekarang kalau Kakek Panji pernah menikah sama Nyai Srinti dan mungkin memiliki keturunan dari beliau."

"Begitu yah, Bu. Baiklah, Bu akan saya coba hubungi," Ayu segera mencoba menghubungi ibunya, kemarin ibunya bilang kalau Neneknya ada di rumah.

"Ini, Bu sudah tersambung," semua yang hadir tampak tegang begitupun kakek Panji sepertinya sudah tidak sabar ingin segera mengetahui apa benar neneknya Ayu adalah anaknya.

#ParadeMumtazBatch1

#TantanganMenulisNovel

#Jumkat870

#Day13

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang