Bab 15 Ayu Kembali ke Kota

5 1 1
                                    


Setelah pertemuan dengan Kakek Panji terkuaklah tabir kalau Ayuningtiyas masih keturunan Nyai Srinti ronggeng terkenal di masa jaman sebelum indonesia merdeka. Pantas saja jiwa seni yang ayu miliki ternyata darahnya Nyai Srinti. Kini Ayu tak lagi bertanya-tanya kenapa Nyai Srinti selalu datang di mimpinya.

Dengar berakhirnya penelitian Ayu akhirnya keluarga Ayu membawa serta Ayu pulang ke Bandung. Sebelum mereka pulang mereka pamitan kepada Pak Kades juga Sartono.

"Pak kades juga Ibu, saya haturkan terimaksih sudah mau menampugnku dan membimbingku selama saya penelitian. Alhadulilah semua bahan yang sudah saya teliti sudah saya dapatkan. Saya mohon maaf apabila selama saya ada di desa Cikalong ini sudah membuat Desa Cikalong menjadi geger. Karena saya tiba-tiba menjadi ronggeng yang mungkin meresahkan warga dan saya mohon doa restu dari Bapak semoga saya bisa lulus dalam sidang skripsi nanti,"

"Alhamdulilah, Bapak selaku Kades Desa Cikalong merasa senang turut membantu Nak Ayu dalam penelitian ini, dan satu hal Bapak atas nama warga Desa cikalong mengucapkan terimakasih bahwasanya Nak Ayu sudah berhasil membangunkan seni ronggeng yang nyaris mati karena digerus roda jaman, namun berkat Nak Ayu tari ronggeng bisa kembali hidup.

Beberapa bulan kemudian.

Ayuningtiyas, S.Pd. gelar sarjana pendidikan sudah nempel di belakang namanya. Gadis yang semakin terlihat cantik kini sedang berjuang mencari lowongan pekerjaan. Dari satu sekolah ke sekolah lain terus tak berhenti memasukan lamaran.

Hari menjelang siang saat matahari berada di atas kepala, wanita cantik berbaju abaya di bawah lutut, masih berkeliling mencari kemungkinan diri bisa mengabdikan ilmunya di sebuah sekolah. Badanya terasa cape dan haus, Ia duduk di sebuah kedai minuman.

Sementara tak jauh dari keberadaan Ayu tiga orang lelaki sedang diskusi.

"Yem, gimana sudah dapat pesanan Bos gadis yang masih virgin? Kita bisa kaya kalau kita bisa mendapatkannya. Gila, bandot tua itu mau bayar satu M bro. Hahahah bisa kaya mendadak kita,"

Saat itu mereka melihat Ayu yang sedang istirahat dan minum.

"Kau tengoklah itu, gadis itu sangat cantik pipinya bak pualam, Bro. bulu matanya lentik. Hidungnya ah... sungguh sangat sempurna," ujar lelaki yang dipanggil Suyem berdecak kagum.

"Wow kalau itu sih bidadari turun dari lnagit, Bro," timpal lelaki kurus yang di kepalanya topi kupluk menutupi rambutnya.

Ayu baru saja membuka masker, wajah cantiknya tereksplor dengan jelas. Sambil minum Dia menatap ke sebrang jalan sebuah bangunan yang di atasnya bertuliskan Gedung Kesenian menarik hatinya. Setelah sekian lama mencari pekerjaan sebagai guru namun belum juga ada lowongan.

"Ayo kita giring ke tempat sepi, Bro lalu kita bekap saja. Kau siapkan kain dan bubuhi obat bius. Aku yakin gadis itu masih orisinil." Otaknya dipenuhi lembaran merah sebanyak satu M jumlah yang pantastis.

"Kau, Srul siapkan mobil ikuti kami sebelah sana sepertinya sepi," ujarnya.

Saat ayu berdiri dan hendak membayar minuman, dua lelaki bertampang garang mendekat, mata elangnya tajam menguliti seluruh tubuh Ayu. Dia sampai berdecak dan menelan saliva.

Menyadari ada lelaki yang berniat jahat Gadis itu segera memakai masker kembali . Ayu segera menyerahkan uang lima ribuan kemudian segera pergi berniat menyebrang jalan. Kedua lelaki itu saling berkedip, dari jauh sebuah mobil mendekat. Mepet ke badan ayu. Saat kedua lelaki sudah bersiap dengan sebuah kain hendak membekap Ayu terdengar suara sirine pulisi. Hingga kedua lelaki yang berniat menculik Ayu tak jadi melakukan aksinya. Ayu yang tidak menyadari bahaya mengancam segera menyebrang. Kedua lelaki itu terus mengikuti kemanapun Ayu melangkah. Setibanya di sebrang kedua lelaki itu mendekati Ayu dan bersiap menjalankan aksinya. Namun Kini Ayu sadar kalau kedua lelaki yang tadi dia temui di warung minuman kini mengikutinya.

"Mau apa kalian? Kenapa terus mengikutiku hah?" tanya Ayu .

"Gadis cantik, jangan melawan ikutlah baik-baik denganku, kalau tidak,"


"Kalau tidak?" tanya Ayu. Sebuah pisau tergenggam di tangan lelaki yang berkupluk. Dalam diam Ayu berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan diri dari kedua preman ini, keadaan sangat sepi. Saat itu kebetulan ada sebuah mobil yang hendak masuk ke halaman gedung yang bertuliskan gedung kesenian. Ayu segera melambaikan tangan mencoba mencari pertolongan, membuat kedua preman itu murka dan nekad membekap ayu. Saat tangan kedua Preman hendak menyentuh tubuh Ayu.

"Bugh ... suara pukulan menghantam lelaki yang hendak membekap mulut Ayu.

Ayu tertegun membalikan tubuhnya, lelaki kurus berkupluk terjengkang akibat pukulan seseorang berambut panjang dan diikat kebelakang dengan rapihnya. Semenatar lelaki satu lagi segera melayangkan bogem mentahnya kepada lelaki yang berhasil membuat kawannya terjengkang. Tap pergelangan tangannya di tangkap, dengan sekali tarik tangan preman itu berhasil ditarik kebelakang tubuhnya, dengkul lelaki berambut gondrong bertumpu di pinggang preman hingga terlihat preman itu meringis sambil mencoba melepaskan dari pitingan tangan lelaki berambut gondrong itu.

"Aw ... lepas gobl***k, kau berani melawanku, kuhabisi kau!" lelaki itu segera melepaskan bobot tubuh si preman lalu menginjak punggungnya keras.

Brug ... rasain lo,

Kemeja hitam dililit bagian tangan sampai siku. Celana Cargo crem melengkapi penampilannya yang maco.

"Diam kamu. Ini urusanku, Ayo dek kita pulang ibumu menunggumu," ujar laki-laki tadi mencoba menghilangkan jejak. Membuat Ayu jadi ingin tertawa.

"Abang pergilah dulu sana, aku masih ada perlu!" jawab Ayu. Tak menunggu kedua preman itu bereaksi Ayu segera melangkah menuju pintu gedung, dan segera membuka pintunya lalu masuk. Dibelakang, lelaki berambut gondrong yang terikat kebelakang mengikutinya.

Sesampainya di dalam terlihat Ayu gelisah celingukan matanya memindai sisi ruangan yang terlihat sepi.

"Nona, siapa kedua lelaki tadi?" suara bariton membuat Ayu kaget. Gadis itu tidak menyadari kalau llelaki itu mengikutinya.

"Eu ... mereka sepertinya mau menculik aku, Pak. Tolonglah saya mau bersembunyi disini nanti setelah mereka pergi saya berjanji mau pergi dari sini," jawab Ayu.

"Kau yakin berani keluar sendiri, apa kau yakin mereka mau melepaskanmu?"

"Eu, aku tidak tahu, Pak tapi aku harus pergi," jawab Ayu.

"Baiklah kalau begitu, kalau kamu mau masuklah di dalam sedang ada latihan persiapan pagelaran seni. Kau bisa istirahat sambil nonton," jawab Lelaki yang berkharisma. Gadis itu hanya mengangguk kemudian mengekor lelaki menuju ke dalam gedung. 

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang