Bab 14 Masa lalu Panji

1 0 0
                                    

Kang Panji, keluargamu tidak menyukai aku sampai kapanpun hubungan kita tidak akan direstui,"

"Tapi aku sangat mencintaimu Srinti, apakah kamu mau kalau kita menikah siri sajah? Aku mau membawamu ke sebuah kota, disana kita menikah, kau mau kan menjadi istriku?" gadis muda bernama Srinti hatinya luluh kala sang Arjuna mengajak pergi, rasa cintanya pada pemuda itu membuat dia nekad meninggalkan kampung halamannya bersama llaki-laki bernama Panji. Saat itu negeri Indonesia sedang dijajah keadaan kampung tidak begitu aman. Panji pamitan pada keluarganya untuk turut berjuang begitupun Srinti. Mereka pemuda dan pemudi yang aktif turun membantu membela NKRI.

Panji dan Srinti ikut dengan mobil yang kerap datang dari kota untuk mendistribusikan bantuan senjata dan bahan pangan untuk rakyat. Mereka akhirnya tiba di kota Kerawang. Kota gudangnya cikal bakal para penari.

"Kalian mau turun dimana?" tanya konektur mobil yang dia tumpangi.

"Mobil ini berakhir dimana Bang? Saya turun di tempat terakhir mobil ini berhenti," jawab Panji.

"Sangat berbahaya kami akan melintasi perbatasan yang dijaga ketat oleh para mata-mata penjajah, sebaiknya kamu turun di kampung ini saja mengingat malam akan segera datang."

"Kalian ikat saja tangan kami, nanti kalau penjaga bertanya katakan saja aku mata-mata yang akan kau serahkan kepada jendral Owen,"

"Kau tahu Jendral Owen?" tanyanya lagi. Lelaki yang membawa srinti mengangguk.

"Baiklah, kita lanjutkan saja perjalanan semoga tidak ada aral melintang."

Akhirnya mobil yang di tumpangi Panji tiba di daerah Karawang.

Di tempat inilah mereka akhirnya menikah dan Srinti si gadis kampung yang lugu kini menjadi sitri Panji, namun sayang Panji tak lama membersamai Srinti di rantau. Ia pergi mencari pekerjaan meninggalkan Srinti yang saat itu sedang hamil muda.

"Nyai, akang mau mencari pekerjaan, sebaiknya kamu jangan pergi keluar rumah selama akang belum kembali, kampung ini masih awam buat kita. Jadi baik-baiklah selama akang pergi, yah!"

"Iyah, Kang. Tolong jangan lama-lama aku takut berada di kampung orang tanpamu," jawab srinti.

Hari berganti hari, minggu pun berlalu berganti bulan hingga bulan ke sembilan Panji belum juga kembali. Srinti sangat sedih dan kecewa pada suaminya kenapa tega meninggalkan dirinya sendiri.

"Sampai tiba waktunya Srinti melahirkan, Panji pun belum kembali.

Para tetangga yang merasa kasihan bahu membahu membantu proses kelahiran anak Srinti. Kehidupan keras yang Srinti jalani membuatnya putus asa, saat dia tahu salahsatu tetangganya sangat menginginkan anak. Wanita sebatangkara itu nekad menyerahkan anaknya untuk mereka asuh.

Srinti yang merasa sakit hati pergi ke hutan larangan atas petunjuk seorang Nenek tua yang mendatanginya dalam mimpi, kemudian bertapa di sebuah air terjun. Selama setahun wanita berparas cantik itu berada di Hutan larangan sambil bertapa akhirnya menjelma jadi gadis cantik yang mahir menari ronggeng

Setelah berhasil Srinti muda segera mencari cara agar bisa kembali ke kampung halaman. Sebelum dia pulang dia sempatkan melihat anaknya dari jauh.

"Mae, kamu gadis kecilku. Hanya aku Ibumu, Nak," ujar wanita yang nyaris seabad menunggu kehadiran sang buah hati. Srinti mengeleus dada, tak terasa cairan bening membasahi kedua pipinya.

Betapa bahagianya saat Srinti menitipkan bayi kecilnya untuk dia asuh. Hingga Mae tumbuh menjadi gadis cantik secantik ibunya, Srinti.

Tidak bisa digambarkan bagaimana sedihnya hati Srinti saat harus berpisah dari buah hatinya. Tetesan air mata mewakili betapa hancurnya hati seorang ibu saat harus meninggalkan buah hatinya. Namun Srinti tak bisa memilih, hidupnya kini hanya sebatang kara. Kehidupan keras dijaman itu turut mengeraskan hatinya.

Sepeninggal Srinti kampung Karawang diserbu penjajah hingga warga yang tersisa di amankan, keluarga yang mengadopsi Maesyaroh akhirnya pindah ke Cimahi.

Panji yang kala itu pamit untuk mencari pekerjaan, di perjalanan dia ditangkap oleh penjajah dan dimasukan ke dalam tahanan. Panji dituduh menjadi mata-mata musuh hingga mendekam selama dua tahun di penjara. Saat tidak terbukti akhirnya Panji dibebaskan. Panji berniat mencari keberadaan Srinti. Namun betapa sakitnya saat tahu tempat dulu meninggalkan istri dan calon anaknya sudah menjadi kampung mati yang tak berpenghuni. Bertanya pun tak ada artinya tidak ada yang tahu kemana penghuni kampung diungsikan.

Sementara Mae di bawah asuhan Niken dan Ondi tumbuh menjadi gadis remaja cantik, namun hingga usianya menjelang tiga puluh belum juga mau menikah. Akhirnya diusianya menjelang kepala empat barulah Mea menemukan jodohnya hingga Mae akhirnya memiliki anak saemata wayang bernama Sarah.

Mae yang merasa bahagia, sangat memanjakan anaknya, namun saat melihat Sarah sangat bebas bergaul Mae segera menikahkan Sarah dengan lelaki alim bernama Handi. Dari mereka lahirlah seorang bayi cantik yng diberi nama Ayuningtiyas. Seperti itulah kisah tentang Ayuningtiyas terlahir kedunia.

Sementara Srinti Ketika sampai di kampung, Ia mmencari kebaradaan Panji namun ternyata Panji tidak ada. Sejak itulah Srinti berkiprah menjadi ronggeng hingga mendapat gelar primadona. Sampai akhir hayatnya Srinti tidak lagi mengetahui bagaimana kabar anaknya yang bernama Maesyaroh juga suaminya yang bernama Panji.

Panji baru kembali ke kampung saat Indonesia sudah merdeka, saat Srinti dikabarkan meninggal setelah menjadi primadona ronggeng. Panji mengisi kesedihannya dengan giat bekerja. Lelaki yang hanya mencintai istrinya itu akhirnya menikahi ibunya Kokom, dengan alasan kasihan melihat kehidupan wanita itu sangat mengenaskan.

Flash back of

#ParadeMumtazBatch1

#TantanganMenulisNovel

#Jumkat800

#Day14

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang