Bab 22 Istri Rafael Kebakaran Jenggot

1 0 0
                                    


Wiwin tidak memberi perintah apapun selain menyuruh para penculik itu membawa Ayu ke sebuah rumah kosong. Setelah satu malam Ayu disekap, rencananya dia mau menemui gadis itu untuk mengancam agar segera menjauh dari suaminya. Gadis itu melupakan satu hal, kalau cinta tak bisa dipaksakan. Cintanya pada Rafael membuat dirinya tak bisa berpikir menggunakan logika.

Keesokan harinya, Ayu masih terikat didalam ruangan sementara di apartemen milik Rafael, pagi ini Wiwin sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya. Saat itu bunyi ponsel suaminya terdengar nyaring tidak lama terdengar suaminya berbicara entah dengan siapa.

"Iyah aku kenal dia mahasiswaku, apa hilang? Maksudmu Ayuningtiyas hilang." Lelaki itu setengah berteriak setelah mendengar berita dari ujung sana.

Lelaki yang bergelar suami Wiwin itu tegang saat mendengar kalau gadis bernama Ayu menghilang. Sementara di bibir Wanita yang punya andil atas hilangnya Rahma, terbentuk senyum menyeringai. Wanita dengan tubuh tabun itu pura-pura tidak mendengar apa yang suaminya bicarakan.

Setelah Rafael selesai berbicara, lelaki itu segera tidak menunggu lama langsung pergi tanpa pamit pada Wiwin. Wiwin tak peduli pada suaminya, ia pun segera berkemas untuk mendatangi Ayu di tempat penyekapan.

Sementara di ruang penyekapan, setelah satu hari satu malam, Ayu tak nyaris patah arang setelah mencoba melepaskan diri namun tak juga berhasil akhirnya saking lelahnya Ia tak sadar matanya terpejam lalu terlelap.

"Cucuku, kenapa kamu diam saja ayo lepaskan talinya. Pulanglah kenapa diam saja disini?"

"Nenek buyut, apa kabar? Kemana saja Nenek lama tidak menemuiku?" tanya Ayu yang sudah tak asing lagi dengan Nenek buyutnya yang sering menghadiri mimpinya.

"Aku hanya memantau dari jauh, kenapa kamu diam saja bukalah tali pengikatnya, cepat pulang ibumu mengkhawatirkan dirimu. Urusan dengan wanita yang menculikmu biar jadi urusanku," ujarnya. Nenek bernama Srinti itu hanya menarik ujung tambang yang mengikat tangan dan kaki Ayu sampai terlepas. Gadis itu mengerjapkan mata hingga penutup bola matanya terbuka.

"Aku mimpi Nenek Srinti lagi ternyata," netra ayu segera memeriksa apa betul talinya sudah terlepas? Tangannya sengaja Ayu gerakan untuk ngecek kebenaran mimpinya. Pluk ... tambang yang mengikat kaki dan tangan Ayu melorot saat Ayu menggoyang-goyang tangan dan kakinya, dan akhirnya tambang itu lepas dari tangan Ayu dan numpuk di lantai.

Gadis itu belum berencana untuk kabur. Hatinya mengatakan kalau dia harus mengetahui siapa yang sudah berbuat jahat pada dirinya. Semenjak dia dikurung tak satupun orang mendatanginya. Semalam dari luar hanya terdengar sepertinya ada orang yang berjaga-jaga.

Krotak bunyi suara kunci sedang dibuka. Setelah pintu terbuka, seorang wanita bermasker berdiri di depan gadis yang masih duduk di kursi. Ayu mendongak memindai seorang wanita bertubuh gemuk memasuki ruangan. Gadis itu seperti mengenali postur tubuh itu namun tidak yakin wajahnya tertutup masker. Wanita yang baru tiba membuka maskernya ujung bibirnya berjengit dan keluar suara decihan.

" Heh! kamu kira kamu siapa beraninya mencintai suamiku? Dengar! Kalau kamu masih mengejar suamiku maka aku tidak segan membuatmu jadi santapan para preman yang kemarin menculikmu, paham!" Kacamata hitang bertengger di kepalanya.

"Bu ... bu Wiwin, maksudmu mencintai suamimu? Maaf aku tidak mengerti Bu Wiwin. Siapa yang dimaksud suamimu?"

"Diam, kamu jangan pura-pura! Dasar cewek gatel, suami orang masih pula kamu goda," ujarnya lagi. Ayu yang tidak terima pada tuduhan Wiwin segera berdiri dan melangkan mendekat. Sontak Wiwin kaget saat menyadari Ayu sudah tidak terikat lagi kemudian mundur, namun Ayu pun mendekat.

Titisan Nyai RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang