13. candy (revisi)

33 10 1
                                    

******

Jay keluar dari kamar dan bergegas menuju ruang makan untuk segera sarapan, sepanjang jalan dia bersiul senang dengan tangan yang menyugar rambut ke belakang. Suasana hati nya sedang senang, karna setelah berkaca melihat diri nya yang terlihat sangat tampan, Jay jadi merasa sangat percaya diri pagi ini.

Meski sempat kena mental akan kritikan Evan tentang rambut baru nya, tapi Jay tidak bisa untuk berlarut dan mendengar kan ucapan orang iri karna ketampanan nya seperti Evan, meski sangat mustahil Evan iri pada Jay karna dia yang lebih tampan dari nya.

"Pagi Mami-ku sayang"

Jay menyapa sambil mengecup sayang pipi sang Mami, melihat tingkah putra semata wayangnya yang terlihat bahagia membuat Mami tersenyum.

"Anak Mami kayak nya lagi seneng, ya?." Ujar nya menebak.

Jay tertawa pelan, lalu mengangguk menjawab. Ia menarik kursi dan duduk di sana, menunggu teman nya yang lain.

"Anjir, pantesan kemarin hujan, ternyata karna lo bangun paling awal," Shaka berseru heboh.

Mami tertawa pelan, merasa tak masuk akal dengan ucapan Shaka terhadap putra nya. Jay hanya bisa mendengus sebal, padahal jika di pikir ia selalu bangun awal namun selalu datang terlambat karna bersiap-siap.

"Penampilan lo hari ini udah kayak brandalan mau tawuran, anjir." komentar Shaka setelah menelisik penampilan Jay.

"Anjing lo norak, ini tuh namanya fashion!"

Shaka mengernyit jijik mendengar itu, fashion apa nya? Dengan baju seragam yang di keluar kan dan tidak di kancing kan hingga memperlihat kan kaos berwarna hitam, dasi yang sengaja di gantung di leher, benar-benar tidak ada rapih nya sama sekali.

"Pagi semua" Seno menyapa ceria.

Kedatangan nya di ikuti Evan, Jeno dan Riki. Mereka semua bergegas untuk segera duduk karna sarapan sudah akan dimulai.

"Lho putra Mami satu lagi mana?" Tanya Mami heran, ia tak melihat kedatangan Jerren.

"Masa masih tidur sih? Gak biasa nya"

Riki mengangguk menyetujui ucapan Jeno, Jerren bukan pribadi yang suka bangun terlambat jika sekolah, pemuda itu juga tidak memiliki kebiasaan begadang sehingga esok pagi nya ia akan mengantuk dan susah bangun.

"Biar gue liat ke kamar nya" ujar Riki.

Mereka mengangguk setuju, menunggu dalam diam, Jeno bahkan menahan diri untuk tidak makan duluan karna sudah lapar. Tapi karna Mami yang juga ikut menunggu Jerren, ia juga akan menunggu dengan sabar.

"Mana?"

Shaka dan yang lain melirik ke arah belakang Riki, namun keberadaan pemuda yang di cari nya malah tidak ada.

"Anaknya emang ngeselin," geram Riki.

Ia menyimpan secarik kertas di meja makan, yang langsung di ambil oleh Evan. Terdapat satu baris kalimat yang langsung membuat Evan menghela nafas, tangan nya menyodorkan pada yang lain dan berakhir ke tangan Mami.

"Yaudah, mending kita langsung makan aja, biar nanti kalian chek langsung di sekolah." Titah Mami.

Mereka mulai sarapan dengan tenang, lalu setelah selesai langsung bergegas pergi ke sekolah. Jerren dengan sikap keras kepala dan menyebal kan nya sungguh membuat mereka dongkol.

"Mami kita semua sekolah dulu ya, kayak nya nanti kita gak balik kesini, tapi langsung ke rumah Major," ujar Shaka berpamitan.

"Iya sayang, hati-hati ya."

7 Sekawan (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang