Kelas sudah kosong hingga menyisakan sang major, mereka masih terduduk di kursi masing-masing setelah memasukkan semua peralatan belajar kedalam tas.
Pemuda yang menjadi titik fokus itu, kini tengah membaringkan kepalanya diatas meja dengan tangan yang di lipat sebagai bantalan. Mereka semua diam tanpa berniat membangunkan Jerren, suhu tubuh pemuda itu hangat ditambah wajahnya yang pucat.
"Kita ke rumah sakit aja?." Saran Riki khawatir.
Seno menghembuskan nafas gusar. "Lo mau dia ngamuk?." Sahutnya, mengingat sifat Jerren yang sangat anti dengan tempat tersebut.
Ketukan pada pintu mengalihkan perhatian mereka, terlihat seorang pemuda yang berdiri dengan kepala menunduk. Dapat Major liat jika pemuda itu tengah melawan rasa takut terbukti dengan tangannya yang bergetar.
Jay bangkit dari duduknya, menghampiri pemuda itu yang diikuti oleh Jeno yang penasaran.
"Siapa?." Mata Jay memicing berusaha mengingat apakah ia mengenal pemuda yang terlihat culun itu.
Ekspresi Jeno cengo saat melihat pemuda itu menggerakkan tangannya membuat gerakan-gerakan yang tak di mengerti olehnya dan Jayden.
"Apasih?! Lo tunawicara?." Tebaknya dengan ekspresi ragu.
"Tulis aja ok?." Saran Jeno, ia berusaha membuat gerakan menulis yang untungnya dipahami oleh pemuda tersebut, terbukti tangannya mengeluarkan buku kecil didalam saku.
"Ada yang titip surat ke aku buat Jerren."
"Surat." Jeno membeo saat membaca isi tulisan pemuda tersebut.
"Dari siapa? Lo kenal sama orang yang ngasih?."
"Bego! Dia gak ngerti, tulis aja tulis." Cerca Jeno kesal.
Jay menurut sambil mendengus sebal, ia menulis apa yang ia tanyakan tadi. Lalu berdecak kesal, tangannya tersodor meminta surat yang di maksud saat pemuda itu menggeleng menjawab pertanyaanya.
"Makasih ya,....Daniel." ucap Jeno setelah melirik name tag pemuda tersebut.
Pemuda tersebut yang diketahui bernama Daniel itu, berbalik pergi dengan terburu-buru. Jay dan Jeno tak ambil pusing dan kembali masuk ke dalam menghampiri temannya yang menunggu. Ah ternyata pemilik surat yang dipegang Jayden juga sudah bangun.
"Ada apa?, gue gak sengaja denger kata 'surat', surat apa?." Seloroh Shaka penasaran.
"Ada yang titip surat ke Daniel buat Jerren." Jawab Jeno.
"Daniel? Daniel siapa?."
"Yang barusan ngasih."
Riki mengangguk mengerti mendengar balasan Jayden, ia cukup penasaran mengenai isi surat tersebut. Tidak biasanya ada orang yang berani memberi suratnya lewat orang. Biasanya, surat selalu berada dibawah meja atau loker mereka. Isinya hanya berupa ungkapan cinta dan kekaguman yang membuat Riki muak.
"Coba buka." Titah Riki tak sabar.
Jerren yang memegang surat tersebut masih terdiam, matanya menatap lamat surat tersebut. Kesadarannya belum terkumpul sempurna, meski begitu kepalanya mulai berpikir, apakah isinya sama seperti sebelumnya yang menyatakan cinta?.
"Ayok buru buka, gue juga penasaran." Desak Jeno.
Jerren menurut, tangannya membuka surat tersebut dengan pelan. Matanya bergulir membaca isi surat tersebut yang hanya tertulis dua baris kalimat singkat. Kalimat yang mampu membuat Jerren terkejut dan menimbulkan senyum tipis dibibirnya.
"Eyy, surat cinta ternyata." Ujar Seno terkekeh gemas meliha ekspresi Jerren yang terkejut namun berakhir tersenyum.
Mereka berenam sedari tadi memang memperhatikan ekspresi Jerren, dari ekspresinya Seno dapat menebak jika surat itu berisi surat Cinta.
"Mana-mana gue pengen baca." Pinta Jeno antusias, ia penasaran isi dari surat tersebut. Ia juga ingin tau gadis mana yang menyukai sahabatnya itu. "Yaah~~." Bahu Jeno sontak melemas melihat Jerren yang mengantongi surat tersebut kedalam saku.
Tingkahnya itu membuat sahabatnya menatap bingung, tidak biasanya Jerren melarang mereka untuk mengetahui isi surat yang diberikan oleh penggemarnya. Lagipula, ini bukan pertama kalinya Jerren mendapatkan surat dan mereka membacanya bersama.
"Kenapa?." Tanya Evan, pemuda itu menaruh curiga pada sahabatnya itu.
Jerren tersenyum tipis berusaha menenangkan. "Gak papa, yang ini spesial buat gue." Balasnya dengan senyum yang belum hilang.
"Anjayyy~ sumpah? Lo jatuh cinta sama siapa Je?." Sambar Shaka.
"Gila, gue penasaran siapa cewek yang berhasil buat Jerren jatuh cinta."
"Aah cie~, anjir lah lo yang jatuh cinta gue yang seneng."
"Ini harus dirayakan gak sih?."
Cuitan-cuitan itu membuat Jerren tersenyum kecil, kepalanya menggeleng heran melihat sikap antusias para sahabatnya. Terlebih saat Jay yang mengatakan harus merayakan, ia hanya bisa mengangguk menyetujui disusul sorakan semangat.
Matanya bertabrakan dengan mata Evan, pemuda itu memberikan senyum tipis padanya. Sekalipun terlihat datar, Jerren sangat tau bahwa pemuda itu juga ikut senang.
Jerren memperhatikan para sahabatnya yang sedang merencanakan apa yang akan mereka lakukan untuk merayakan pertamakalinya Jerren jatuh cinta.
Jatuh cinta ya? Entahlah. Jerren bahkan berusaha mengontrol ekspresinya dengan mempertahankan senyum tipis ditengah tangannya yang bergetar hebat dibawah meja.
Ia bahkan berusaha menekan rasa takut yang menderanya saat berhasil membaca dua baris kalimat tersebut.
Tebeceh
Hmm, surat cinta ya?
Sj, 05 september 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Sekawan (Slow Up)
Novela JuvenilDia menjadi penyembuh luka lama orang lain, namun juga menjadi luka baru untuk orang yang di sembuhkan. 'Untuk pemuda yang bertahan dengan jiwa yang rapuh. Semoga engkau lekas sembuh dengan jiwa yang kembali utuh'. "We are connected to each other."...