𝗕𝗼𝗼𝗺!: 𝟬𝟰

4 2 0
                                    

⚠︎☠︎⚠︎

Februari tanggal 14, hari kasih sayang, hari dimana orang terkasih memberikan hadiah dan cinta. Tapi tunggu dulu, siapa yang akan merayakan valentine , secara kan di sini orang-orang adalah kutub es.

Berbeda dengan ketiga pangeran sekolah, hari valentine masih lama beberapa bulan lagi, namun kenapa laci meja mereka sudah dipenuhi coklat.

Nasib menjadi pangeran sekolah ya begini, valentine diberi coklat, ulang tahun dibanjiri hadiah, kalau kena musibah yang nangis sampai bikin banjir. Tak ayal, Alzee juga terkena imbas dari kepopuleran nya karena sifat dingin itu, coklat batangan tersusun rapi dalam laci meja nya.

Alzee memang merasakan risih karena itu, tapi tak apa, karena coklat itu bisa membuatnya fokus belajar sebagai camilan. Entah kenapa akhir-akhir ini selalu jam kosong, para murid pun menjadi kebosanan sendiri.

"Nih, " ucap Arjuna, pemuda itu mengulurkan tangannya untuk memberikan sebungkus coklat batangan, tidak tahu saja kalau Alzee punya banyak. Tapi bagi Alzee apapun yang bisa membuat fokus belajar maka akan ia terima, termasuk pemberian Arjuna kali ini.

"Makasih" sesaat setelah nya, Orion dan Adesta melewati ambang pintu kelas, menenteng tas menuju ke bangku. Mereka berempat kompak memakan coklat pemberian tadi, murid dalam kelas pun kegirangan karena coklat mereka diterima.

Sekilas Arjuna memperhatikan cincin di jari tengah Alzee, sangat berkilau yang cahayanya menyilaukan mata. "Permisi ya" Adesta mengisap rokok yang ia bawa, entah tak terkena razia atau bagaimana, yang pasti para fans nya jadi kegirangan.

Orion menyusul dengan rokok miliknya, ia menyesapnya dalam, melihat kedua temannya menikmati rokok, Arjuna tergiur. Pemuda yang mendapat predikat pangeran sekolah itu mengeluarkan sebatang rokok dari saku seragamnya.

Api tersulut dari pemantik nya, benda yang lebih mirip permen nikotin itu menyala di bagian ujungnya, jari Arjuna mengapit benda itu. Alzee melihat sendiri bagaimana Arjuna dan kedua temannya mengisap benda itu, ia tak tahan lagi... Sudah cukup.

"Turunkan." Alzee berucap mutlak, ketiganya entah terkena sihir atau apalah itu tapi mereka menurut. Bagaimana pun dinginnya Alzee, tapi ia masih punya hati untuk sekedar mengingatkan bahayanya rokok.

Perintah mutlak itu dituruti ketiga pangeran sekolah, Alzee pun berdiri membawa buku sejarah dan coklat batangan nya. "Adios" gadis itu dengan santai melompati jendela kelas, pergi dari ruang yang disebut kelas.

Namun setelah berlalunya Alzee, ketiga pangeran sekolah itu masih mengisap rokok mereka, ternyata merokok di kelas enak juga ya.

Brakkk

Keenan datang dari bangkunya ke bangku pojok, ia menggebrak meja dengan sesuatu yang ia dapat dari Alzee. Lantas pemuda yang bekerja sebagai kasir swalayan itu pergi ke kantin, ia tak sarapan pagi tadi.

Ternyata yang di bawakan oleh Keenan tadi adalah beberapa lembaran kertas, namun kenapa tintanya merah, ini dari Alzee?

Jangan merokok!

Kira-kira ada jika 50 lembar kertas di tulis dengan kata yang sama oleh Alzee.


Berarti jika mereka tidak menurut bisa saja mereka ditebas oleh Alzee? Gadis dengan sikap dingin itu mengerikan sekali, lebih mengerikan dari Arjuna. Apa insting Alzee kuat sekali, bahkan tau kalau ketiga pemuda ini kembali menyesap rokok mereka.

Ah sudahlah

Arjuna dan kedua temannya membanting rokok itu ke lantai, lalu menginjaknya hingga padam, Alzee itu baik tapi tertutup sifat dinginnya saja.

Duarrr💥

Alzee menghembuskan nafas panjangnya, ia agak frustasi sebenarnya karena tahu ketiga pemuda itu tidak menurut. Tapi ia alihkan semuanya dan lebih memilih untuk kembali berkencan dengan buku sejarah, ia terlihat antusias membacanya walau sudah dua jam berlalu.

Slurppp

Alzee lagi-lagi menyedot capcin yang ia beli dari Mbak Ayu, bukannya di kantin, tapi ia ada di taman belakang sekolah yang agak terbengkalai dengan gazebo nya. Jadi ia minta pada Mbak Ayu untuk mengemas capcin itu dalam cup plastik, taman belakang lebih menarik.

Di depan gazebo taman belakang terdapat sebuah kolam yang jernih berisikan ikan-ikan kecil, Alzee kerap memberi mereka makan. Suasana disini itu sejuk dan damai, tak heran Alzee memilihnya.

Ditambah dengan suara angin dan burung yang bersahutan juga bunyi barang bambu yang bertubrukan dihempas angin, tetapi alami kan?

Entah ada apa disini, namun tempat ini memiliki harum yang tak hilang. Aroma hujan, ya aroma itu, aroma yang datang ketika hujan datang dan airnya menimpa tanah setelah sekian lama panas terik.

"Mau lumpia, Zee?" tanya Keenan, ia terlanjur kesal dengan tugas sejarah yang begitu banyak dan sulit, jadi ia susuk saja Alzee. Dari rumah ia membuat lumpia, Keenan membungkusnya dalam kotak bekal.

Alzee menoleh, kemudian ia mengangguk, tak ayal setelah mengambilnya ia berterimakasih pada Keenan. Gadis itu terlihat fokus mengunyah lumpia berisikan satu ruang dibuat oleh Keenan tadi pagi, rasanya enak sekali.

"Titip Mbak Ayu" Keenan mengerti maksudnya, Alzee memintanya membuat banyak lumpia untuk dititipkan pada Mbak Ayu dikantin, untuk tambah penghasilan juga. "Iya, makasih saran nya, Zee" sang empu mengangguk.

"Boleh minta tolong, Zee? "

"Apa? "

"Bantu tugas sejarah, banyak sih"

"Boleh"

"Makasih Zee, nih ambil lagi"

Alzee tak akan berbohong soal rasa lumpia buatan Keenan, ini benar-benar enak, tangannya itu pun mengambil lagi lumpia dalam kotak bekal Keenan. Ia suka lumpia dan kini ia memakannya, Keenan adalah orang yang ramah nan pengertian ya.

Eh, lalu untuk apa tadi Keenan pergi ke kantin jika ia membawa lumpia dari rumah? Untuk membeli cabai, gak lengkap gorengan tanpa cabai.

Jadi kepengen punya temen kek Keenan, gak minta  punya temen kek jaran. Oh maap saya curhat.

Alzee akui tugas sejarah yang diberikan Bu Sisil kali ini memang terlalu banyak, beberapa diantaranya juga belum dipelajari. Itu agak merepotkan, tapi untuk nilai yang memuaskan, mereka semua akan berusaha.

"Shift malam? " pemuda di sampingnya menoleh, kemudian tersenyum ramah sambil mengangguk. Entah kenapa Keenan sangat sering mendapatkan giliran shift malam, jarang ia jaga kasir pada siang hari.

Alzee menepuk bahu Keenan, lantas pemuda itu menoleh. "Makan, jangan lupa" senyuman manis kembali terbit dari wajah Keenan, pemuda itu dengan antusias menjawab. "Siap komandan" tangannya terangkat disamping pelipis, Keenan berpose hormat.

Sebenarnya Alzee tau bahwa di swalayan tempat Keenan bekerja, ada banyak sekali jin dan syaiton yang membuat bulu kuduk berdiri, mengerikan. Tapi reaksi dari Keenan hanya senyuman, itu karena pemuda tersebut sudah terbiasa, bahkan menganggap para mahluk tak kasat mata itu sebagai teman.

Walaupun tak bisa melihat sosok mereka, namun Keenan percaya mereka benar-benar ada, dan Keenan juga menghormati keberadaan mereka.

Ia tahu bahwa dunia tidak hanya dihuni oleh manusia, hewan, dan tumbuhan saja... Namun para mahluk tak kasat mata pun ikut serta di dunia yang fana ini, jadi tidak ada salahnya berbagi dunia.

Dadahhh👋🏻
Duarrr🤡

𝗕𝗼𝗼𝗺! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang