𝗕𝗼𝗼𝗺!: 𝟮𝟭

1 0 0
                                    

*Zee, ikut aku yok" ajak Arjuna, sembari memasang helm miliknya. Si gadis menoleh sekilas dengan tatapan datar.

"Kemana?".

"Gedung dekat pabrik semen. "

"Sekarang? "

"Iya sayangku... " Arjuna sambil berkedip.

Mungkin ini terakhir kali aku manggil begitu, Zee. Batin Arjuna

"Oke".

Kedua murid tersebut melajukan motor mereka ke gedung yang dimaksud, kawasannya di sore hari mulai sepi, cukup misterius.

Gedung tersebut nampak masih berdiri kokoh diatas tanah, tidak ada bagian manapun yang keropos ataupun retak. Setelah sampai ke sana, mereka berdua langsung berjalan ke atap gedung tepatnya di atas lantai 3, melewati tangga.

Bughhh..

Duggggg

Plashhhhh

Mereka diberi bogeman oleh beberapa orang, hingga terjatuh lemas tak berdaya apapun.

Mereka di seret, Arjuna di tahan kedua tangannya oleh dua orang. Sementara Alzee ditahan tepat di dekat pembatas, mereka juga melihat Stella yang bersimpuh tak berdaya dengan keadaan yang sudah acak-acakan.

Prokkk... Prok.. Prokkk

Kedatangan Edgar dan juga Olive tak mengejutkan Alzee sama sekali, ia sudah tahu bahwa semua ini adalah rencana mereka. Alzee juga sudah menunggu lama rencana kedua sejoli itu dilaksanakan.

"Hai Jun, gimana kabarnya?" sapa Edgar, Olive duduk di kursi kebanggaan pacarnya, atap gedung ini dikepung oleh anak buah Edgar. "Lepasin Stella! Gak ada hubungannya dia sama masalah kita!!! " kecam Arjuna.

"Hmm, gue gak mau basa-basi, biar cepet kelar" gumam Edgar.

Edgar dan Olive tertawa puas, sedikit pengakuan dari Arjuna sudah lebih dari cukup. "Bukannya pacar lo itu... Alzee ya?" Arjuna pun bungkam.

"Liat Alzee, babak belur, gak bisa sekedar jalan aja, sekarat hahaha" Olive suka sekali mengejek orang lain. "Lepasin STELLA! " pemuda macam apa di Njun ini?

"Gampang tinggal pilih kok, pilih Stella atau Alzee, yang lo pilih bakalan pulang bareng sama lo" dasar licik kedua pasangan ini. Otak Arjuna yang saat ini masih guoblok pun berpikir pendek, ia berpikir maksudnya adalah yang ia pilih akan pulang satu motor dengannya.

"Stella, tapi sebelum itu gue mau ngaku"...

"Haha, bendera putih rupanya".

"Zee, sebenarnya aku cinta sama Stella... Tapi aku nggak mau dia terluka karena banyak musuhku yang bertebaran, jadi kamu yang aku jadikan pacar. "

"Maaf Zee, tapi semua demi Stella agar dia bisa tetap selamat... I love you, Stella" si empu bahkan tak percaya, perasaannya terbalas ternyata.

Bukan reaksi yang sudah diduga, Alzee tertawa keras nan hambar di tempatnya, sambil menatap tepat ke mata Arjuna.

"Gue udah tau, tapi apa lo harus korbankan teman sendiri? Biar cinta lo tetap aman?. GUE TEMEN ATAU SAMPAH HAH?!...

... Kalau orang lain  di posisi ini, pasti mereka kecewa berat, tapi untuk Alzee tidak. Gue gak kecewa sama fakta ini, karena gue udah tau sejak awal. Lo pikir cara lo buat korbankan temen sendiri itu sudah benar?" Kata-kata panjang darinya, menunjukkan sekali bahwa ia marah kali ini.

"Sebagai temen, sakit hati gue, makan tuh cinta! Orang g*bl*k!. Sakit hati anak orang woi! Pikirin kalah yang lainnya lo perlakuin gini? Atau lo yang diperlakuin kaya begini? Apa lo bakal tetap senyum terang-terangan kaya gue?! Jawab an*in*! "

𝗕𝗼𝗼𝗺! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang