𝗕𝗼𝗼𝗺!: 𝟭𝟴

1 1 8
                                    

⚠︎☠︎⚠︎

Tok... Tok... Tok...

Keira berjalan menuju pintu untuk membukanya, karena seseorang mengetuk pintu dari luar. Ia tak tahu bahwa orang yang mengetuk pintu itu adalah Alzee, dan Keira cukup kaget dengan kedatangan gadis itu.

"Masuk dulu atuh" Alzee dipersilakan oleh Keira untuk masuk ke dalam, ia duduk di lantai beralaskan karpet tebal.

"Den Juna masih tidur, ngigo nyariin Non Alzee mulu.. Itu kepalanya sakit ya Non, kok malah kesini? Bukannya istirahat aja?" Alzee heran dengan Keira, apa gadis itu tak bersekolah?. "Udah mendingan" ia mengukir senyum tipis.

Pewaris tunggal keluarganya itu mendamaikan mata Keira, Alzaa bukan lagi pewaris, karena gadis itu dirawat oleh paman dan bibi mereka.

"Saya permisi ya Non, mau lanjut kerja" seolah gadis itu adalah maid lama huhu.

"Panggil Alzee"

"Oke deh"

Keira pergi melanjutkan pekerjaan yang sudah terlalu lama ditunda-tunda, Alzee pun masih duduk bersila diatas karpet tebal berwarna putih itu.

Sebenarnya tadi Keira belum menyapu dan mengepel lantai atas, itu karena Arjuna terus memanggilnya untuk mengambilkan sesuatu. Dia agak kesusahan karena para seniornya pulang kampung, mau bagaimana lagi, hanya dirinya yang akan bekerja disini selama beberapa minggu.

Lantai atas itu terlalu luas untuk di bersihkan sendirian, jadi pastinya Keira butuh waktu setidaknya setengah jam untuk sekedar menyapu nya. Karena memang luas, plus ia bekerja sendirian.

Pukkk

Pukk

Alzee menepuk pipi Arjuna yang tertidur lelap, bukannya tidur di kamar, pemuda tersebut malah berbaring tidur di sofa sejak tadi pagi. Menjahili Arjuna ternyata cukup menyenangkan untuk Alzee.

"Bangun..." mendengar alunan nada lembut dari ucapan Alzee, tentu saja Arjuna dapat terbangun dari tidurnya yang pulas. Pemuda itu tersenyum pada Alzee, ia beralih ke posisi duduk, kemudian menepuk tempat kosong di sampingnya.

Alzee melangkah, ia mendudukkan diri di tempat kosong itu. Senyum manis Arjuna kembali nampak, tangan pemuda itu bahkan memindahkan bantalnya ke atas paha Alzee, dan meletakkan kepalanya di bantal itu.

Ia masih demam, suhu tubuhnya tak kunjung turun juga sejak tadi. "Kok nggak istirahat aja?" Arjuna sempat heran dengan kedatangan gadis kutub nya, jadi ia pun bersuara.

"Masih sakit" punggung tangan Alzee mendarat di kening Arjuna, masih panas ternyata. "Tapi kamu juga sakit, kok malah kesini? Kenapa tangannya merah?" pertanyaan bertubi-tubi itu dilayangkan oleh Arjuna.

"Di gandeng Ion"

"Orion marah?" tanya Arjuna.

Alzee tentu menggerakkan kepalanya keatas bawah, yaitu mengangguk. "Tadi boleh pulang, suruh istirahat, tapi mau kesini..... Dimarahin Ion, tetep ngeyel" masih saja datar.

"Yaudah, kamu pulang aja ya" suruh Arjuna, dasar pemuda aneh.

"Why?"

"Gak mau sayangku dimarahin sama Orion lagi, kasian kalau dimarahin, dia galak" Arjuna mengelus perban di kepala Alzee.

"Nggak"

"Istirahat ya, kamu lagi sakit, kalau dimarahin Orion gimana? Sayangku gak boleh dimarahin" Lagi-lagi Arjuna ngeyel mau Alzee pulang, padahal dia kangen.

"Gak berani" Orion tak berani memarahinya, baru membentak dirinya saja, Orion langsung maaf 5 kali berturut-turut.

"Kalau kamu tambah sakit gimana? Kalau aku udah sembuh terus kamu belum, jadi aku di sekolah sama siapa?" seakan dirinya adalah anak kecil, tapi ia juga tak mau Alzee menanggung amarah Orion.

𝗕𝗼𝗼𝗺! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang