Epilog

2 1 0
                                    

     Akhirnya peluh dan tenaga saya terbayarkan sudah. Jalan hidupku yang begitu terjal tak menyurutkan niat untuk meraih kesuksesan di masa depan. Menyerah pada keadaan bukan solusi dalam mengarungi derasnya cobaan kehidupan. Terus mengayuh meski bermandikan peluh adalah prinsip hidup yang saya pegang dengan teguhnya.

     Sekelumit kisah hidup yang terasa sulit dan meremuk nasib yang rumit telah menemukan resolusinya. Ya, benar-benar pulih yang berakhir dengan perdamaian. Berlepas dari yang resah dan carut-marut, kita memang pamit dan membiarkan langkah ini surut. Kita mengisi hari-hari di bab terakhir sisa-sisa hidup ini tanpa dia dan mereka. Setidaknya kita sudah menikmati setiap gundah yang terlampau mengingatnya.

     Tertawa, sering disalahartikan sebagaimana tangisan sering dianggap kedukaan. Tawa dan tangis terkadang memiliki simbolis yang berlawanan dalam mengiris pandangan. Mari, riuhkanlah langit malam dengan sejuta harapan. Do'a-do'a baik kita panjatkan. Menyusun ulang rencana, menata ulang pondasi mental, kita kembali lagi ke garis awal. Yang pasti untuk hari ini, esok, dan seterusnya, aku—kamu—dan kita semua semoga dipenuhi dengan kebahagiaan.

Bantal KusamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang