"Majalah-majalah ini hanya mengatakan omong kosong."
"Yeah, ancaman penyihir jahat semakin kuat, dia yang akan menguasai dunia sihir? Omong kosong, selama Dumbledore hidup, penyihir jahat sialan itu tidak akan bisa mengganggu siapapun."
"Siapapun yang menulisnya, mereka pasti sudah gila!"
"What do you think?" Tanya Lily membuat Mary berhenti mendengarkan makian para siswa kelas atas tentang isi majalah dan koran yang baru saja dirilis.
"About what, Lily?"
"Para penyihir jahat itu, mereka semakin bertambah banyak dan menambah terornya."
Mary menghela nafas panjang, "Apa yang mungkin bisa kita lakukan selain meminta tolong pada orang dewasa untuk melindungi kita? Kita bahkan belum belajar banyak mantra pertahanan."
Sirius dengan nampan di tangannya duduk di samping Lily dan menyahuti omongan Mary, nampaknya bocah itu mendengar semuanya semenjak tadi.
"I swear I really hate The Wizardnews!"
"Tapi mereka satu-satunya yang selalu berbicara fakta, Sirius." Timpal Peter membuat Sirius makin terlihat jengkel.
"Aku tidak peduli, tidak bisakah mereka hanya memberitakan yang baik-baik saja? Lihat seberapa takutnya orang-orang sekarang!"
Remus datang membawa nampan dan duduk disamping Mary, sepertinya gadis itu sengaja mengosongkannya untuk Remus. "You look worry, what happened Mary?"
"Semua orang khawatir, Remus. Bahkan ayahku yang selalu terlihat baik-baik saja pun khawatir."
Remus melirik koran The Daily Wizardnews diatas meja makan yang habis di baca oleh James, guratan tipis terlihat di pelipisnya. Entah apa yang ia pikirkan, namun sepertinya Remus tidak berniat mengungkapkannya pada siapapun.
Bocah laki-laki itu menyentuh ujung rambut coklat Mary, mengelusnya seakan itu adalah kain sutra dengan kualitas terbaik.
"Don't worry, you'll be fine, dan ayahmu juga akan baik-baik saja. Dia pria paling keren yang pernah aku temui setelah ayahku."
Senyum kembali merekah di wajah Mary setelah mendengarnya, Remus selalu bisa membuatnya kembali tenang, dengan cara yang benar. Berbeda dengan Sirius ataupun James yang akan menjahilinya sampai ia lupa dengan kekhawatirannya.
"Ayahku akan besar kepala jika ia mendengarnya, Remus."
"Aku akan mengatakannya lagi secara langsung saat aku bertemu dengannya."
"Oh? Jadi kau berencana untuk mengunjungi rumahku lagi?" Tanya Mary menggoda.
Wajah Remus memerah, ia menghirup wangi bunga mawar dari rambut gadis kecil disampingnya, "Hanya jika kau dan ayahmu mengizinkannya.."
"Of course they will, mate! Aku juga sangat menunggu kedatangan kalian lagi kerumahku." Sahut James yang tidak sengaja mendengar percakapan keduanya.
Sirius menatap Remus sambil mengedipkan matanya, "Tenang saja, Remus. Aku tidak akan melupakanmu, aku pasti akan mengajakmu untuk menginap di penginapan gratis ternyaman didunia itu lagi."
"Oh please, aku sangat ingin menginap dirumahmu juga, Mary." Ucap Lily frustasi, sepertinya hanya ia yang belum tahu seperti apa rumah sahabatnya itu.
"Yeah! Me too!" Kata Marlene merasakan hal yang sama.
"Kalian bisa bergabung dengan kami, Ginger, Blondie. Tapi khusus untuk kalian, ada biaya tambahan karena rumah itu khusus untuk orang berambut gelap." Canda Sirius membuat Lily mengerucutkan bibirnya.
Mary memutar kedua matanya, "Sekali lagi biar kuingatkan, that's my house, Sirius. Jadi jangan bertindak seakan kau adalah pemiliknya!"
Sirius tertawa terbahak-bahak, begitu pula dengan James.
"Oh, yeah, my bad! I'm sorry my queen."
"Kau tidak bisa menyalahkannya, Mary, dia sangat diterima di rumahmu." Timpal James disetujui Sirius.
"Sebagai tamu! Bukan sebagai pemilik baru. Jadi semua temanku bisa menginap kapan saja mereka mau. Ada banyak kamar kosong."
"Oh my god, kau sangat baik, aku harap orang tuaku mengizinkanku berkunjung libur musim panas nanti."
"I'll wait for all of you.."
"Tidak ada biaya tambahan kan?" Tanya Lily tersenyum manis.
Mary tertawa kecil, mengangguk cepat dan kembali melanjutkan makannya, begitu pula dengan Remus dan yang lain. Setelah itu mereka semua kembali melanjutkan hari mendengar setiap gosip terbaru sang penyihir jahat.
...
"Ughhh, aku tidak bisa menemukan buku yang lengkap!" Ucap Lily frustasi, sudah setengah jam gadis itu mencari-cari buku yang ingin dipinjam dari perpustakaan.
"Hmmm? Buku dengan materi apa yang kau cari Lily?"
"Buku yang ini lengkap bagian tanaman, tapi tidak banyak yang bisa diketahui tentang jenisnya dan apa fungsinya untuk ramuan. Buku yang lain hanya menjelaskan jenis tanamannya saja."
Mary berpikir sejenak, "Kalau begitu pilih buku itu dan cari buku yang menjelaskan jenis tanaman yang lengkap beserta fungsinya untuk ramuan, untuk mengetahui bagian apa yang digunakan dalam ramuan yang dijelaskan di buku kedua, kau bisa menggunakan buku pertama."
Lily tersentak kaget, "Ah..! Kenapa aku tidak terpikirkan hal itu sebelumnya?! Sudah kuduga aku sangat terdistraksi akhir-akhir ini.."
Gadis itu kembali mencari buku yang tadi telah ia kembalikan ke rak buku ramuan. Meninggalkan Mary dan Remus yang merasa sahabatnya itu butuh lebih banyak istirahat dibanding belajar.
"Beberapa bocah Slytherin mengganggunya beberapa hari ini, Rem. Kurasa itu sebabnya dia sangat emosional."
"Mengganggu?"
"Yeah, mereka nyaris menghancurkan ramuannya di kelas ramuan. Mereka juga melempari kami dengan batu saat kami duduk di pinggir danau." Ungkap Mary mengingat ulah menyebalkan beberapa gadis Slytherin beberapa hari lalu.
"Mereka juga mengganggumu?" Tanya Remus heran.
"Ya, tapi tidak sebanyak mereka mengganggu Lily. Mereka hanya sering menyenggolku saat berpapasan." Mary menunjukkan luka goresan kecil di telapak tangannya, ia terjatuh saat seorang gadis Slytherin menyenggolnya dengan keras di koridor setelah makan malam.
Kedua mata Remus membulat, ia segera meraih tangan kawannya itu dan menjilat lukanya. Mata Mary ikut membulat karena kaget.
Remus merogoh sesuatu di saku jubahnya dengan tangan satunya, sementara satu tangannya ia gunakan menopang tangan Mary yang luka. Sebuah plester luka yang ia dapatkan dari Madam Poppy, yang tidak pernah ia sangka akan ia gunakan.
"Remmy, ini hanya luka kecil." Ucap Mary sambil tersenyum, meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Luka tetaplah luka, Mary."
"Kau bahkan tidak peduli pada lukamu sendiri, jika bukan poppy yang mengobatinya, kau akan membiarkannya saja bukan?"
Remus terdiam sejenak, lalu menghela nafas sebelum berbicara, "Menurutku, ini tidak terlalu menyakitkan.. Melihat temanku terluka lebih menyakitkan daripada luka-luka ini."
Mary ikutan menghela nafas dan menunduk dalam.
"Begitupun denganku, Remmy. Luka ini tidak menyakitkan.. Melihat teman-temanku terluka, khususnya dirimu jauh lebih menyakitkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Mr. Wolf
Fiksi PenggemarTimeline sebelum Dear Frederick, menceritakan kehidupan Marianne Rose Brosvett di Hogwarts dan kisahnya dengan Remus Lupin. ... "Jika reinkarnasi benar-benar ada, kau ingin terlahir sebagai apa Remmy?" "Aku ingin menjadi apapun selain manusia ser...