oOo
.
.
.
.Tanpa mengucapkan salam, remaja berumur 18 tahun itu masuk ke dalam rumah yang terlihat amat sepi dan gelap. Tentu saja itu karena dia tinggal sendiri disini.
Zaidan menyalakan saklar lampu teras dan melepaskan sepatu yang ia kenakan lalu menaruhnya ke rak.
Zaidan bukanlah anak yang sangat rapi tapi bukan juga anak yang berantakan, dia tahu bahwa dirinya terkadang malas untuk beberes maka dari itu dia berusaha untuk tidak membuat berantakan isi rumahnya.
Seperti biasa saat sampai rumah dia akan langsung menaruh tasnya di kursi belajar kamarnya, dan berjalan ke kamar mandi tak lupa menaruh pakaian kotornya di dalam mesin cuci.
Setelah bebersih Zaidan memeriksa lemari dapur mencari sesuatu untuk dimakan, betapa tak beruntungnya dia saat stok mie instannya sudah habis. Dia terdiam didepan lemari sambil menggaruk kepalanya. Sepertinya dia harus pergi ke mini market terdekat untuk mencari makan malam.
Dengan zipper jacket abu-abu kesayangannya dia keluar dari rumah tak lupa mengunci pintu. Kalau kalian mengira Zaidan adalah yatim piatu karena dia tinggal sendiri jawabannya adalah tidak. Orang tua Zaidan masih lengkap hanya saja mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga tak bisa mengurus anak semata wayang mereka.
Papah Zaidan merupakan seorang dokter ahli penyakit dalam disebuah rumah sakit besar yang ada di kota ini sedang Mamahnya merupakan anggota DPR. Pekerjaan keduanya membuat mereka memilih untuk tinggal dekat dengan tempat kerja masing-masing. Papah Zaidan tinggal di sebuah apartemen di samping rumah sakit dan Mamahnya tinggal di sebuah rumah dinas yang diberikan oleh pemerintah.
Kampus Zaidan sendiri berada cukup jauh dari rumah sakit tempat Papahnya bekerja ataupun instansi pemerintahan tempat Mamahnya bekerja makanya semenjak kuliah dia memilih tinggal sendiri. Toh sedari kecil dia sudah terbiasa sendirian, karena walau dulu mereka tinggal di satu rumah tetap saja Zaidan sulit melihat kedua orang tuanya berada di rumah akibat kesibukan mereka.
Begitu sampai di mini market pandangannya terarah pada seorang pemuda yang sekiranya seumuran dengan dirinya tengah menikmati sebuah mie instan cup di depan mini market. Itu adalah tetangganya, Zaidan sendiri hanya tahu wajahnya karena sering berpapasan ketika pagi hari ingin berangkat kuliah mengingat rumah mereka berseberangan, tapi tak pernah saling menyapa.
Zaidan memilih untuk mengabaikannya saja toh dia tidak begitu kenal dan pasti akan canggung kalau dirinya tiba-tiba menyapa. Setelah mengambil beberapa mie instan dan mie cup juga beberapa nugget ayam Zaidan berjalan ke kasir guna membayar. Pandangannya terarah keluar jendela minimarket dia masih bisa melihat pemuda itu duduk di tempatnya tadi tapi sepertinya dia sudah selesai dengan makanannya, terlihat melamun sambil memandang kearah jalanan di depannya.
Entah apa yang merasuki Zaidan anak itu malah memilih untuk memasak mie cupnya di mini market dan membawanya menuju tempat duduk pemuda itu. Ada rasa aneh ketika dia melihat pemuda itu, dia seperti dirinya yang sendirian di tengah keramaian.
"Disini kosong?" tanya Zaidan, pemuda itu mengangkat kepalanya untuk menatap kearah Zaidan kemudian mengangguk. Zaidan pun mengambil tempat disana.
Walau duduk di meja yang sama keduanya sama-sama diam dengan aktivitas masing-masing Zaidan dengan makanannya dan pemuda itu yang kembali melamun.
"Lo tetangga depan rumah gue kan?" tanya pemuda itu, Zaidan mengangguk
"Tinggal sendirian?" lagi, Zaidan mengangguk. Kemudian tak ada percakapan diantara mereka, mungkin karna Zaidan menjawabnya sedikit-sedikit membuat pemuda itu menjadi canggung sendiri.
Setelah menghabiskan makanannya Zaidan segera membuat sampahnya.
"Nggak pulang?" tanya Zaidan
"Males pulang, toh nggak ada orang juga di rumah" Zaidan mengernyit seingatnya tetangganya ini masih tinggal dengan orang tuanya soalnya terkadang dia melihat pria paruh baya dengan setelan jas rapi ada di rumah itu dan berbicara dengan pemuda ini.
