6

207 15 0
                                    

Harsh Word!

oOo

.
.
.
.

Pandangannya memburam, keringat dingin mengalir dari dahi membasahi wajahnya. Teriakan dari orang-orang menggema masuk kedalam telinga. Saka menggelengkan kepalanya dengan cepat mencoba menyadarkan dirinya. 

"LEMAH!"

"CUPU!"

"BANGSAT! GUE UDAH KELUAR DUIT YA!!!"

"BANGUN ANJING!"

Umpatan demi umpatan terdengar, tanpa ada yang memberitahu dia sadar bahwa umpatan itu untuk dirinya. Dengan kesadaran yang tersisa Saka mulai mencoba berdiri.

Pandangan Saka mulai menjelas dia menatap tajam kearah lawannya dengan sisa kekuatannya Saka berlari menerjang dan memberikan satu pukulan telak di dagu membuat lawannya tergeletak seketika. Pemuda itu menopang tubuhnya di kedua lutut merasakan kalau batasnya sudah sampai.

Tangannya di angkat oleh wasit, menandakan bahwa dirinya kembali memenangkan pertandingan walau harus hampir mati di ring. 

Setelah pertandingan berakhir dengan sorakan untuknya Saka berjalan menuju ruang ganti, selama kakinya melangkah pemuda itu menutup telinganya menghentikan suara dengung yang terdengar.

Dirinya mengambil sebuah kantung es yang sudah ia siapkan setiap kali ke gedung ini disimpan di dalam kulkas setelah meminta izin dengan pemilik tempat ini. Punggungnya ia sandarkan dengan nyaman diatas kepalanya sekantung es ia taruh, matanya menutup mencoba mengistirahatkan diri.

Hingga suara decitan pintu membuat ia membuka matanya dan melirik kearah orang yang baru saja datang. Saka mengubah posisinya menjadi duduk tegak. 

"Santai aja Ka, lo hampir mati hari ini tadi" Saka tertawa kecil tidak menyanggah sama sekali.

Pria itu mengambil tempat disamping Saka, ditangannya terdapat sebuah amplop coklat yang ditunggu oleh Saka. Dia adalah Arga pemilik tempat ini, tempat dimana Saka mencari uang tambahan untuk kuliah dan membantu uminya. Saka tau uang ini tidaklah halal bisa dibilang juga judi, orang-orang itu mempertaruhkan uangnya pada Saka untuk kesenangan mereka dan Saka yang memang membutuhkan uang mau tak mau mengorbankan dirinya babak belur.

Amplop itu diserahkan pada dirinya.

"Thanks bang" Arga mengangguk

"Kepala lo aman?" Arga bukanlah pria serakah yang jahat dia memang memiliki bisnis haram ini tetapi bukan berarti dia tidak perduli dengan anak-anak muda yang datang ketempat ini untuk mencari uang apalagi ditambah dengan hal yang anak-anak itu ceritakan. Kebanyakan dari mereka memiliki masalah ekonomi makanya Arga terima, karena dia tau bagaimana kehidupan tanpa ekonomi yang baik.

"Aman bang, pusing pusing dikit lah" balas Saka dengan menyengir. Arga menggelengkan kepalanya diantara anak-anak yang bekerja dengannya Saka adalah yang paling mengkhawatirkan.

"Minggu ini udah dua kali, jatah lo udah cukup" Pemuda itu terkejut

"Loh bang? kan masih ada weekend" Arga menatapnya tajam.

"Nggak Saka, lo istirahat! gue nggak mau liat lo mati di ring ya" Saka merinding saat pandangannya bertemu dengan milik Arga. Pria itu terkadang bisa sangat menyeramkan.

Meskipun berat dengan perlahan Saka mengangguk, padahal dia sangat membutuhkan uang lebih minggu-minggu ini. Masalahnya kalau dia masih bersikeras dia bukannya mati di ring oleh lawan tetapi bisa-bisa mati di tangan Arga.

"Lo mau langsung balik?" tanya Arga. Saka kembali mengangguk

"Yaudah hati-hati" Arga membawa langkahnya keluar dari ruang ganti kembali membiarkan Saka sendirian untuk bersiap pulang. 

Messed UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang