Sangat pagi sekali, aku mendapat pintu depan yang diketuk dengan lumayan keras. Segera aku berlari dan meraih engsel pintu yang hampir seluruh bagiannya sudah diselimuti karat. Pintu terbuka dan menampilkan seorang pria paruh baya yang menenteng tiga piring makanan sekaligus. Tangan dan badannya meliuk-liuk tidak bisa diam, yang segera aku sadari bahwa ia tengah kepanasan.
"Taruh saja di meja, Pak," ucapku.
Pak Sohari setengah berlari menghampiri bidang lurus paling dekat, yaitu permukaaan buffet yang berada tidak jauh dari pintu masuk untuk meletakkan piring-piringnya.
"Anakku, Kenya, hari ini berulang tahun yang ke-3. Kami hanya mengadakan syukuran kecil-kecilan dan membagikan makanan ke semua tetangga terdekat." Dia memperhatikan sekeliling ruang tamu. "Ayahmu, kapan terakhir kali dia berkunjung?"
"Selamat ulang tahun untuk Kenya, mungkin tiga bulan yang lalu, " jawabku.
Beliau menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Aku tidak akan berani membiarkan Kenya hidup sendirian jika nanti dia seusiamu. Ayahmu sungguh pemberani, dan kau juga."
Aku mengangguk setuju. "Darahnya mengalir di tubuhku."
"Hahaha." Pak Sohari tertawa renyah sambil mengusap perutnya yang buncit. "Benar juga."
"Ya."
"Temanmu yang kemarin itu benar-benar terlihat seperti aktor Hollywood," pujinya. Aku berpikir sejenak, apakah yang dia maksud adalah Abinawa? Dan Bapak ini baru saja menyebutnya seperti aktor Hollywood?
Bisa jadi maksudnya adalah aktor yang memiliki peran sebagai burung gagak jelek atau penyihir berhidung panjang dan runcing yang tidak kalah jelek.
"Sayangnya dia bukan temanku."
Setelah bertanya-tanya tentang bagaimana keseharianku, dan kapan aku berencana pulang, beliau pamit dan akan melanjutkan kesibukannya membagi makanan ke tetangga yang lain. Sebelumnya ia berpesan padaku untuk bersikap lebih manis dan menyuruhku untuk sesekali bermain di luar rumah. Sebenarnya aku sering bermain di luar rumah, hanya saja, sendirian. Maksud Pak Sohari adalah memintaku agar ikut bermain bersama warga sekitar.
Aku hanya mengiyakan meskipun sudah pasti aku tidak akan melakukan hal-hal merepotkan semacam itu.
Ketika aku hendak kembali menutup pintu, sebuah kepala tiba-tiba menyembul dari arah luar dengan cengirannya yang khas. Yang sepertinya tidak pernah dia tunjukan pada hari-hari sebelum aku mengenalnya.
"Ini hari minggu," ketusku.
Abinawa menaikkan sebelah alisnya. "Kemarin kamu setuju untuk pergi ke rumahku dan bertemu Papa. Aku datang untuk menjemputmu."
Aku lupa akan hal itu.
"Okay, ayo."
"Dengan pakaian seperti ini?"
"Ayolah, apa yang salah sih?"
Abinawa mendengus. "Setidaknya sisir rambutmu, Akas."

KAMU SEDANG MEMBACA
AWAN DI LANGIT SWITZERLAND
Genel KurguAku tidak yakin jika alam semesta ini merupakan antroposentris. Pada usiaku yang ke-17, aku berdo'a agar diberikan banyak sekali keajaiban di tahun tersebut. Namun, aku tidak berdo'a secara spesifik seperti yang Tuhan harapkan. Kejadian-kejadian ti...