Terik Matahari membuat keringat sebesar biji jagung di dahi Arunika semakin bertambah, tissue yang ia remas bahkan sudah basah dan hampir robek sebab berkali – kali ia usapkan di sekitar wajah demi menghalau keringat yang membanjiri. Namun, enggan juga dia beranjak dari lapangan basket hanya demi melihat penampilan Bhanu, gebetan tampannya yang sedang latihan upacara.
Bhanu Adi Wibowo, hanya anak SMA biasa dengan wajah sedikit kebule – bulean. Tidak populer seperti Rangga yang pernah menjabat sebagai ketua OSIS atau Junior yang kekayaan plus paduan wajah menawannya menjadi idola teman – teman Arunika kebanyakan. Namun Bhanu memiliki paras tampan yang khas dan manis menurut Arunika, hingga membuat gadis itu tergila – gila sejak pertama kali mengenalnya di kelas satu SMA. Tidak heran juga mengingat wajah Bhanu memang sering menghiasi layar kaca sejak duduk di bangku SMP. Ya, Bhanu sudah jadi bintang sinetron sejak dua tahun lalu namun namanya belum sepopuler artis Ibukota lainnya.
Tepukan di bahu Arunika membuat gadis itu terlonjak kaget, dengan cepat ia menoleh dan mendapati Citra—salah satu gadis cantik di sekolah mereka—telah berada di sisinya. Yang tentu saja bukan teman baik bagi Arunika.
"Lihatin siapa sih? Junior atau Bhanu?" Nun tak jauh di lapangan sana, Junior justru sudah beranjak dari titik pandang Arunika meninggalkan beberapa temannya dan Bhanu yang notabene mencuri perhatian di antara semua anak lelaki yang berada di lapangan saat ini.
Kikuk, Arunika yang sering menjadi bulan – bulanan karena kepribadiannya yang gampang grogi, rendah diri serta merasa dirinya tidak cantik sebab wajahnya berjerawat menatap cemas ke arah lapangan basket berganti ke gerombolan Citra yang terkikik di belakang gadis cantik itu.
"Anak – anak latihan upacara." Arunika menjawab dengan suara hampir mencicit.
Citra mengibas angin di depan wajahnya, dengan ekspresi mengejek ia meminta Arunika berkata jujur. "Halaaahh, bilang saja kamu lagi lihatin Bhanu. Lagi pula, Run, mana mungkin sih Bhanu akan tertarik sama kamu. Lebih baik kamu ke klinik estetik deh, jerawat kamu hampir nutupin muka."
Mudah bagi Citra menebak hal itu, sebab di tengah lapangan sana, hanya Bhanu yang memiliki wajah lebih tampan di antara yang lain.
Setelah berkata demikian, Citra terbahak dan meninggalkan Arunika yang pias di tempatnya berdiri. Dipandanginya punggung gerombolan Citra dengan tatapan nanar dan sakit hati. Arunika menyadari bahwa dirinya tidak secantik Citra, Eka atau Kamila, toh dirinya selama ini cukup tahu diri dengan tidak mengobral rasa suka pada Bhanu meski kadang ia kesulitan mengendalikan tatapan memuja setiap bertemu dengan lelaki itu yang mungkin bahkan tidak menyadari keberadaannya.
Kedua mata Arunika memanas, namun dengan cepat ia menghapusnya sebelum mengalir deras. Di lapangan basket, semua anggota paskibra sedang beristirahat, tak terkecuali Bhanu yang tengah membuka botol air mineral hingga meneguknya kemudian. Semua itu tak luput dari perhatian Arunika, namun hanya sampai situ saja keberaniannya memperhatikan Bhanu. Ia pun berbalik perlahan, sedikit tidak rela namun akhirnya menuju kelas sebelum tertangkap basah anak lain sedang memandangi Bhanu dengan menyedihkan.
Ternyata di kelas Arunika, sudah ramai ledekan tentang dirinya yang berdiam diri di pinggir lapangan demi melihat Bhanu. Saat mengedarkan pandangan, Arunika mengerti siapa pelaku yang menyebarkan berita itu. Citra terkikik sambil meledeknya dari kursi tempat ia duduk, semua orang pun mencandai Arunika soal perasaannya pada Bhanu.
Kejadian itu berlangsung selama setahun terakhir Arunika duduk di bangku SMA, ejekan semua orang tentang perasaannya yang bertepuk sebelah tangan itu ramai diperbincangkan. Anak – anak perempuan yang merasa Arunika bukan saingannya justru mengejek dirinya untuk lebih sering sadar diri dan mundur dari perasaan itu. Sementara anak laki – laki memintanya berdandan dan berobat agar jerawatnya hilang, yang mana keduanya tetap menyinggung dan menyakiti hatinya.
Mungkin mereka tidak tahu, sudah segala cara Arunika coba untuk menyembuhkan wajahnya dari jerawat yang meradang, bukan salahnya jika ia memiliki kulit sensitif dan jerawat di wajah.
Meski ejekan tentang perasaan Arunika ramai terdengar, Bhanu tak sedikitpun terganggu apalagi merespon. Bahkan untuk sekedar mencari tahu tentang Arunika pun tidak hingga gadis itu hanya bisa pasrah pada takdir yang membuatnya tidak juga mendapat perhatian Bhanu barang secuil. Mungkin Bhanu juga sadar wajahnya rupawan dan memiliki penggemar tidak dapat ia hindari, terlebih karirnya di dunia entertainment membuatnya kerap digandrungi para gadis remaja.
Tapi sejak memutuskan menyukai Bhanu, Arunika memang tidak bercita – cita menjadi kekasihnya. Dianggapnya perasaan itu sebagai penyemangat di sekolah, ketika dirinya bahkan tidak memiliki teman dekat karena rasa minder yang mendera atau sekedar semangat untuk melangkahkan kaki menuju tempat ia menuntut ilmu.
Arunika akrab dengan perundungan dan rasanya dikucilkan. Sejak dirinya memang tidak populer secara fisik, pun akademis, ia harus menelan pil pahit bernama 'invisible' alias menjadi mahkluk tak terlihat di antara kawan – kawan remajanya. Ia tergolong siswa biasa – biasa yang memang selalu menjadi buih di antara kawan remajanya yang cenderung ingin tampil dan mendapatkan spotlight.
Hari – hari yang dilalui Arunika di sekolah memang tidak mudah, namun ia masih terhibur setiap bertemu Bhanu di manapun. Entah kantin, atau lapangan sekolah, dan terkadang di perpustakan. Dengan jadwal tapping sinetron cowok itu yang padat, bertemu Bhanu di sekolah memang seperti anugrah langka yang Arunika syukuri.
Hingga hari kelulusan sekolah, Bhanu tidak juga menggubris perasaan Arunika. Namun gadis itu tidak kecewa, ia hanya ingin masa remaja ini segera berlalu. Jika mereka berjodoh, Arunika yakin mereka akan bertemu lagi entah kapan. Jika tidak, tentu saja ia akan belajar melupakan Bhanu. Toh ia sadar diri, sosok seperti Bhanu tidak akan pernah tertarik dengan dirinya yang jauh dari kata cantik.
Ia sudah bertekad ketika lulus SMA nanti, dirinya akan melakukan apapun untuk mendapatkan wajah mulus tanpa jerawat dan mengubah penampilannya menjadi lebih menarik. Ia berjanji akan membuat mata manapun mengaguminya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romance[CERITA INI SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA dan LENGKAP] Restart : Mengulang kembali. Kalau saja hidup memiliki tombol restart ketika manusia melakukan satu kesalahan yang fatal dan menyesalinya kemudian. Mungkin, sudah laku tombol itu dibeli oleh banyak...