Dua tahun berjalan, tidak pernah sekalipun Tangkas marah pada Arunika hingga membentaknya. Tidak pernah. Semua tingkah polah kekanakan Arunika ia hadapi dengan sabar seluas samudra. Arunika semakin mencintai Tangkas karena kesabaran lelaki itu dalam menghadapinya.
Memasuki tahun ketiga hubungan keduanya.
Tangkas wisuda dan Arunika telah berhasil menemani lelakinya hingga di titik ini. Momen bahagia itu tidak dilewatkan oleh Arunika yang bahkan mengajak seluruh keluarganya untuk mengucapkan selamat pada Tangkas di hari lelakinya wisuda.
"Mama doakan, mas Tangkas segera mendapat pekerjaan dan menabung untuk melamar mbak Uni." Ucapan bu Marlina pada Tangkas di hari wisudanya, membuat kedua pipi Arunika bersemu merah.
Bukan sekali saja bu Marlina meminta Arunika bersabar menunggu anaknya datang melamar. Namun Arunika juga mengerti, dia tidak pernah meminta Tangkas tergesa – gesa melamarnya, toh dirinya juga masih kuliah. Namun mendengarnya lagi dari bibir wanita bijak itu, membuat Arunika semakin tak kuasa mengontrol pikirannya yang membayangkan telah duduk di pelaminan bersama lelaki yang sangat ia cintai. Restu orangtua keduanya telah ia dapatkan, seharusnya jalannya melangkah bersama Tangkas bukan hal sulit menuju mahligai pernikahan itu. Ia masih bersabar karena Tangkas masih harus bekerja dan membuat kondisi finansial keluarganya stabil. Lelaki itu masih memiliki tanggung jawab adiknya yaitu Tasya hingga wisuda dan bagi Arunika hal itu tidak masalah.
Ketiadaan ayahnya yang sudah lama berpulang memang membuat lelaki itu menjadi tulang punggung keluarga kelak. Sejak masih kuliah pun kekasihnya itu kerap mengambil pekerjaan lepas untuk membantu bu Marlina mencari uang. Sungguh mandiri dan bertanggung jawab sosok Tangkas bagi Arunika.
Ia telah membuat rencana, ketika dirinya lulus kuliah nanti dan bekerja, ia juga akan ikut menabung sehingga lelakinya tidak perlu kesusahan membiayai pernikahan mereka kelak. Dan jika Tasya masih kuliah ketika mereka sudah menikah, Tangkas bisa tetap membiayai adiknya tanpa khawatir keuangan keluarga kecil mereka kekurangan. Semuanya sudah Arunika pikirkan baik – baik.
Tangkas sempat menganggur selama enam bulan lamanya, dan di masa – masa itu pekerjaan Tangkas hanya mengantar jemput Arunika ke kampus sekaligus membantu mamanya berjualan di kantin kampus mereka. Hal itu tidak membuat Tangkas malu meski beberapa adik tingkat mengenalnya, Arunika pun terlihat santai meski beberapa temannya tahu ia berpacaran dengan Tangkas dan lelaki itu sering terlihat membantu bu Marlina di kantin. Arunika justru bangga dengan Tangkas yang tidak gengsi melakukan semua itu.
Di penghujung tahun ketiga hubungan keduanya, Tangkas diterima bekerja di sebuah perusahaan multinasional. Arunika menyelamati kekasihnya itu dengan gembira, bahkan bu Marlina mengajak calon menantunya itu untuk turut merayakannya hal ini bersama. Bukan hal baru kalau bu Marlina juga mengajak mama Arunika untuk makan bersama atau sekedar mampir menanyakan kabar. Kedua keluarga itu sudah sangat akrab hingga orang sekeliling mereka pun bisa menebak arah hubungan Arunika dan Tangkas yang pasti akan melenggang ke pernikahan.
Gaji pertama yang diterima Tangkas, ia berikan sepenuhnya pada sang mama. Bu Marlina pun membelikan sepasang cincin pertunangan dan meminta anaknya menyimpan kedua cincin itu hingga waktu yang tepat untuk melamar Arunika itu tiba. Tangkas tidak menyangka mamanya justru memikirkan hal ini alih – alih menuntutnya untuk mendahulukan keluarga.
Dengan rapi ia simpan cincin itu, saat ini Arunika masih kuliah dan ia pun masih berproses.
Namun, sesekali ia mengajak kekasihnya itu berlibur ke luar kota berdua untuk menikmati waktu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romance[CERITA INI SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA dan LENGKAP] Restart : Mengulang kembali. Kalau saja hidup memiliki tombol restart ketika manusia melakukan satu kesalahan yang fatal dan menyesalinya kemudian. Mungkin, sudah laku tombol itu dibeli oleh banyak...