Arunika bisa menghembuskan napas lega, karena tugas mewawancara hingga setting foto profil bintang tamu bukan lah tugasnya. Namun ia kebagian mengedit hasil liputan hingga editing foto Bhanu dan Dianika. Sejak tadi netranya tak lepas menguliti penampilan Bhanu yang jauh semakin matang dan tampan. Lelaki itu tidak banyak berubah namun usia justru membuatnya semakin menggoda di mata setiap wanita tak terkecuali Arunika. Berulang kali ia mengingatkan diri bahwa dirinya bukan lagi remaja SMA dan ada Tangkas bersamanya saat ini. Bhanu hanya lah catatan kecil dalam lembaran masa remaja yang seharusnya tetap berada di sana.
"Kok bengong, Run? Mau gue bantuin? Mumpung kerjaan gue done semua, mau main AOV tapi si Malik lagi meeting sama si Bos." Dio duduk di sampingnya, ikut melihat layar komputer Arunika yang menampilkan foto – foto Bhanu dan Dianika hasil jepretan Dio di studio kantor mereka.
Arunika tersenyum pada Dio, tawarannya sangat membantu ia untuk beranjak dari memandangi foto – foto Bhanu yang tampak memanggil – manggil seluruh kenangan remajanya.
"Thanks untuk inisiatifnya ya, Bro."
"Santai." Ucap lelaki itu dan ia fokus pada layar komputernya setelah Arunika memindahkan file foto – foto yang harus diedit sebelum dipublikasikan dalam media mereka. "Oh ya, gue dapat kenalan cewek di Tinder. Kantornya nggak jauh dari sini, ceritanya nih gue mau pura – pura anter dia pulang tapi gue males jemput dia ke kantornya karena muter baliknya lo tahu sendiri jauh di Semanggi. Menurut lo, kalau gue minta dia kesini dulu, gimana? Lo sebagai cewek akan gimana?"
Ketikan tangan Arunika berhenti mendengar Dio meminta pendapat darinya. Ia menggaruk pelipis yang tidak gatal sama sekali. Kemudian ia membayangkan, jika Dio adalah Tangkas, lelaki itu tidak akan peduli meski harus putar balik di Monas dari Gatot Subroto kalau urusan jemput menjemput Arunika. Namun, dia tahu Dio bukan lah Tangkas dan jalan Gatot Subroto jam lima sore memang nggak masuk akal untuk putar balik di Semanggi maupun Slipi.
"Naik apa dulu?"
"Jalan kaki? Dia ngantor di Kartika Chandra lho. Dekat kan ya kesini?" Dio menatap Arunika ngeri, kemudian gadis itu menggeleng sambil tertawa.
Jarak yang Dio maksud sesungguhnya cukup jauh untuk ditempuh jalan kaki oleh perempuan yang bisa ditebak Arunika mungkin akan mengenakan heels.
"Suruh naik ojek aja kesini, beres."
"Iya ya. Hahaha, gue ogah banget muternya beneran deh."
"Dia pasti ngerti, office hour emang gila jalan sini." Ujar Arunika membulatkan sarannya, Dio mengangguk – angguk tercerahkan.
"Nggak jahat kan gue keliatannya?" Lelaki itu kembali memastikan.
"Tergantung sih,"
"Lho kok?" Dio tidak terima dengan jawaban rekan kerjanya.
"Ya kalau niat lo emang males aja jemputnya, jahat sih. Tapi rasional kalau lebih ngeri kena macet padahal nggak seberapa jaraknya."
"Nah kan. Oke deh, gue bilang gitu aja. Thanks, Sisturr."
Namun, Arunika menyesali sarannya pada Dio kemudian ketika dirinya hendak pulang bersama Mira, ia melihat Dio sedang menunggu seorang gadis yang tengah berjalan dari gerbang gedung perkantoran mereka menuju tempat di mana Dio berdiri.
Saat hendak membalikkan tubuh, Arunika batal bersembunyi karena pak Cahyo, Malik, Dianika dan Bhanu berada tepat di belakangnya dan bosnya itu justru menyapa seraya kembali mempertanyakan hasil suntingan miliknya yang harus terbit esok hari.
Arunika sengaja membelakangi Dio dan gadis yang baru ia kenal lewat dating apps itu ketika si gadis menyapa Dio dengan mesra. Dengan profesional Arunika menjawab pertanyaan pak Cahyo, namun suara gadis kenalan Dio tertangkap telinganya.
"Bhanu?"
Bhanu yang ikut mendengarkan penjelasan Arunika pun menoleh kearah sumber suara yang memanggil namanya.
"Ih ya ampun Bhanu, masih inget gue nggak?" Arunika menyadari langkah gadis itu yang kini mendekat ke arahnya dan Bhanu. "Gue Citra, Nu."
"Oh ya ampun! Inget dong, apa kabar lo, Cit?" Bhanu merangsek maju mendekati Citra, sementara Arunika masih berusaha menyembunyikan wajahnya dari gadis itu yang Arunika bisa duga akan sangat mudah mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romance[CERITA INI SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA dan LENGKAP] Restart : Mengulang kembali. Kalau saja hidup memiliki tombol restart ketika manusia melakukan satu kesalahan yang fatal dan menyesalinya kemudian. Mungkin, sudah laku tombol itu dibeli oleh banyak...