Di tahun keempat hubungan keduanya, gantian sekarang Arunika yang tengah sibuk dengan skripsi dan Tangkas menjelma menjadi kekasih siaga yang menyemangati hingga menawarkan segala jasa untuk membantu kekasihnya menjalani mumetnya momen ini. Masih dengan kesabarannya Tangkas menghadapi segala emosi Arunika yang tak jarang membuat jurang baru di antara keduanya. Tangkas memahami hal itu hanya efek dari beban stres yang sedang dialami kekasihnya.
Karir Tangkas yang berjalan mulus membuat dirinya semakin memiliki sedikit waktu untuk membersamai Arunika, namun bukan berarti ia benar – benar melupakan kekasihnya. Tak jarang Tangkas memberi perhatian – perhatian kecil seperti mengirimkan makanan untuk kekasihnya itu karena tahu Arunika sedang butuh asupan makanan manis atau sekedar ingin kekasihnya itu tidak melewatkan jam makan. Atau kadang meminta Dimas, adik lelaki Arunika, untuk membelikan sesuatu yang sedang diinginkan kekasihnya itu.
Memasuki tahun kelima, Arunika pun wisuda. Di tengah kesibukannya, Tangkas tetap ada di sana bersama keluarganya juga, memberi ucapan selamat dan menjadi bagian dari keluarga Arunika untuk berbagi kebahagiaan di hari kelulusannya. Arunika tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, ia bahkan memeluk Tangkas di depan kedua orangtua mereka.
Butuh waktu sedikit lebih lama bagi Arunika untuk mendapatkan pekerjaan, namun di tengah hari – harinya itu dia tidak pernah putus asa mencoba memasukkan CV kemana – mana dan bahkan mencoba di perusahaan tempat Tangkas bekerja juga. Dengan sabar Tangkas menghibur kekasihnya itu di saat Arunika mengungkapkan kekecewaannya yang belum mendapatkan kerja sementara Nina langsung melanjutkan S2 di luar negeri dan meninggalkannya sementara.
Tangkas menawari Arunika untuk melanjutkan S2 namun kekasihnya itu menolak dengan alasan lelah belajar dan ingin segera memasuki dunia kerja. Lagi – lagi Tangkas memakluminya, ia menyesal belum juga siap menikahi Arunika karena Tasya baru saja menjalani semester tiga dan mamanya sudah tidak semuda dulu untuk terus bekerja. Ia ingin mamanya berhenti berjualan dan beristirahat saja menikmati masa tuanya di rumah.
Meski bu Marlina selalu meminta Tangkas untuk segera mengajak Arunika melenggang ke pernikahan, ia masih merasa belum pantas dan siap. Arunika tumbuh di keluarga menengah ke atas, ia tidak ingin mengajak wanitanya itu kesulitan ketika sudah hidup bersama.
Hampir setahun menganggur, akhirnya Arunika diterima kerja di sebuah media lokal. Tangkas ikut bersyukur atas kabar baik itu dan ia mengajak keluarganya untuk merayakan hal baik yang baru saja didapatkan sang kekasih.
Kesibukan Arunika di pekerjaan barunya tak membuat Tangkas cemburu, sebab kekasihnya itu fokus untuk bekerja bukan hal lain. Begitu juga dirinya yang memilih menyibukkan diri dengan meningkatkan performa di perusahaannya. Hingga perusahaan tempat ia bekerja memberi apresiasi untuk Tangkas dalam hal beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang S2. Tangkas dilema. Ia sudah berniat untuk melamar Arunika tahun depan dan jika harus melanjutkan S2 itu berarti ia harus menunda hal itu.
Hal ini ia diskusikan dengan mamanya. Marlina melihat kesempatan baik yang mungkin sangat mustahil untuk datang dua kali dan juga ia mengingat bahwa Arunika sedang menikmati masa – masa dirinya bekerja yang berarti Tangkas memiliki waktu selama kurang lebih dua tahun untuk menyelesaikan pendidikannya itu selagi membiarkan Arunika mengeksplorasi kemampuannya bekerja.
Tangkas pun menerima tawaran beasiswa itu dan bersiap untuk memberitahu kekasihnya di kencan mereka malam minggu nanti.
Tatapan terpaku Arunika membuat gelombang penyesalan dalam hati Tangkas tampak menyesakkan.
"S2 di Amerika? Nggak bisa di Indonesia saja, Yang?"
"Aku dapat kursi di sana, Yang."
Meski berusaha menahan diri untuk tidak menangis, namun ini kali pertama bagi mereka berdua untuk terpisah ribuan mil jauhnya dan untuk waktu yang cukup lama. Dua tahun itu lama bagi Arunika yang bahkan tidak dapat menahan rindu lebih dari dua minggu. Dan mudah overthinking jika pesannya tidak dibalas Tangkas lebih dari dua jam.
"Jauh." Ucapnya sambil menghapus setitik airmata yang hendak jatuh.
"Aku tahu, tapi kita bisa video call, Yang. Aku usahakan lulus cepat. Kamu, masih mau nunggu aku, kan?"
Meski berat, Arunika tidak bisa menghalangi karir kekasihnya yang sangat cemerlang. Ia bahkan minder dengan Tangkas dan segala kecakapannya dalam segala hal. Tangkas memeluk Arunika yang menangis namun ia tidak dapat menahan Tangkas untuk keegoisannya. Karir Tangkas sangat penting demi masa depan mereka dan juga demi bu Marlina dan Tasya. Tangkas bukan miliknya seorang, lelaki itu adalah anak lelaki dan kakak lelaki seseorang, Arunika berupaya memahami situasi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romance[CERITA INI SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA dan LENGKAP] Restart : Mengulang kembali. Kalau saja hidup memiliki tombol restart ketika manusia melakukan satu kesalahan yang fatal dan menyesalinya kemudian. Mungkin, sudah laku tombol itu dibeli oleh banyak...