꒷♡꒷꒦︶
Selamat membacaᯓᡣ𐭩.Sudah enam bulan berlalu hari-hari Astagiri tidak ada perubahan sama sekali, apalagi setelah 2 bulan yang lalu ia dinyatakan positif epilepsi. Akibat dari Astagiri yang selalu menekan pikirannya terlalu berat, memaksa untuk merasakan sakit lebih jauh, itu menyebabkan stres berkepanjangan.
Sebelum dirinya dinyatakan positif epilepsi, Astagiri melakukan pemeriksaan otak dengan MI atau CT scan untuk melihat gambaran otak sehingga dapat mendeteksi kondisi yang abnormal, lalu melakukan pemeriksaan Electroencephalogram atau EEG untuk mengetahui adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang dapat menyebabkan kejang, Astagiri juga melakukan tes darah untuk mengetahui kondisi genetik, infeksi, atau kondisi lain yang terkait dengan kejang.
Dari pemeriksaan Electroencephalogram atau EEG dinyatakan baik-baik saja, namun dokter tetap menyarankan Asta untuk tetap meminum obat anti epilepsi selama dua tahun karena Astagiri hanya melakukan tes selama 30 menit dari 24 jam kesehariannya, untuk mengindari kejadian hal-hal yang tidak di inginkan maka dokter menyarankan untuk tetap meminum obat secara rutin agar ubat itu bekerja secara efektif.
Mama Girel sangat terpukul ketika anak semata wayangnya di beri ujian hidup yang berat. Ia kira setelah selesai pengobatan yang lalu Astagiri akan dinyatakan terbebas dan sembuh dari penyakit. Tapi kenyataannya setelah sembuh Astagiri mendapat penyakit yang masa pengobatannya selama itu?
Mama Girel hanya bisa menangis menyayat hati, mengeluarkan emosi kesedihan teramat pedih, orang tua mana yang tidak merasakan sakit melihat anaknya harus berjuang dengan obat-obatan agar bisa sehat?
Papa Gabriel mungkin juga sama terpukulnya sama seperti mama Girel, namun papa Gabriel begitu pandai menutupinya, masih bersikap acuh tak acuh seperti tidak perduli. Namun jika tidak perduli mana mungkin papa Gabriel menemani dirinya untuk melakukan segala pemeriksaan yang diperintahkan dokter pada Astagiri serta membiayai semua pengeluaran untuk pemeriksaan dan pengobatan yang terbilang cukup besar.
Papa Gabriel hanya pandai menutupi semua perasaan yang dirasakannya, karena Astagiri juga seperti itu. Buah tidak akan jatuh terlalu jauh dari pohonnya, Astagiri itu versi papa Gabriel mini.
Oke, setelah Astagiri dinyatakan seperti itu, Astagiri mulai mengosongkan pikirannya, tidak memikirkan suatu hal secara berlebih, benar-benar tidak memikirkan apapun selain dirinya sendiri. Astagiri hanya mengikuti alur seperti aliran air yang mengalir, benar-benar hanya mengikuti arus air itu. Tanpa memikirkan masa depan, tanpa memiliki rencana apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang.
Astagiri beranggapan bahwa memikirkan hal itu akan memicu kejang-kejang itu muncul kembali.
"Huh, bosen sekali." Dengan posisi terlentang yang berantakan sudah dapat di jelaskan Astagiri bosan sekarang. "Pandemi ini kapan hilangnya sih," sambungnya menggerutu kesal.
Astagiri sudah kelas 11 sekarang tapi sekolah masih dilakukan secara daring. Malas sekali tapi mah gimna lagi? Jalanin aja meskipun bertarung dengan kemalasan.
"Apa, gue kedanau itu lagi aja ya?" Astagiri bermonolog sendiri, memikirkan untuk datang ke suatu tempat.
Astagiri jadi teringat dengan danau itu, selain pemandangannya indah, udaranya juga sejuk dan itu cocok untuk dijadikan tempat penenang dikala bimbang atau gabut seperti sekarang.
Tanpa pikir lama Astagiri lekas beranjak dan bersiap. Lagi pun dirumahnya tidak ada siapa-siapa, hanya ada mba asti sama mang Ujang. Kedua orangnya masih sibuk dengan pekerjaan. Untuk sekarang bagi Astagiri gak masalah mereka sibuk dengan pekerjaan asalkan jangan sampai lupa mengirimkan uang kepada dirinya, itu sudah lebih dari cukup bagi Astagiri.
Astagiri sudah siap dengan pakaian gaun selutut nya itu. Gaun putih dengan corak bunga biru yang menghiasinya, terlihat begitu manis jika dipadukan dengan wajah lugu Astagiri. Membawa tas selempang untuk membawa barang yang ia butuhkan.
Astagiri pun segera mencari yang Ujang untuk mengantarnya ke danau.
"Mang, anterin aku kedanau dongg," rayu Astagiri supaya mang Ujang mau mengantarnya.
"Mau kemna atuh neng, masih pagi juga,"
"Justru karena masih pagi mang, udaranya seger, ayo dong anterin. Kan, Astagiri gak dibolehin bawa kendaraan sendiri. Ya, mau ya?" Semakin merayu agar mang Ujang luluh.
"Yaudah atuh neng, nangi pulangnya kamarin mang Ujang, biar sama mang Ujang di jemput." Akhirnya mang Ujang mau mengantarkannya.
"Terima Kasih, mang Ujang."
Astagiri pun diantar menggunakan mobil, karena tidak meyakinkan jika ia naik motor, ia memakai gaun yang teramat manis, ingat?
Memakan waktu selama 15 menit untuk menuju danau itu, sekarang Astagiri berbinar melihat pemandangan yang teramat indah ini, selalu sukses membuatnya kagum dan terpesona.
Astagiri menikmati waktu itu dengan mendengarkan musik lewat earphone yang menyumpal telinganya, bersandar di pohon guna menambah ketenangan yang di dapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagiri ✓
Teen FictionAsta berhasil mencintai dirinya sendiri lebih dari apapun, setelah melewati banyak luka yang disebabkan oleh orang sekitarnya. Sempat putus asa dan berpikir bahwa kehidupannya tidak akan lama karena suatu hal, kejadian itu membuat Asta putus harapan...