ASTAGIRI || 18

23 17 0
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Selamat membacaᯓᡣ𐭩.

Malam-malamnya Astagiri kembali terisak tangis, memikirkan perkataan orang yang berhasil ia rekam dan memutar ulang layaknya kaset rusak dalam ingatan. Pikiran Astagiri menari-nari mengajaknya berdansa dengan darah yang terus bercucuran kesana kemari. Apakah salah jika ingin bahagia? Sesulit itukah untuk mendapat kebahagiaan? Kenapa mereka tega sekali melayangkan perkataan jahat pada dirinya? Salah apa Astagiri pada mereka?

Banyak pertanyaan yang membuat Astagiri pusing bukan kepalang, meremat rambutnya secara kasar karena kesal pikiran itu tidak mau pergi. Astagiri hanya ingin tenang, kanapa berisik sekali di kepalanya. Astagiri tidak sekuat itu untuk menampung banyak pertanyaan yang tidak ada jawabannya.

Malam itu, Astagiri kembali menangis sampai ia tertidur karena lelah. Meringkuk, memeluk dirinya sendiri saat merasa kesepian.

.•°♡°•.

Paginya Astagiri sudah siap dengan pakaiannya, lengkap dengan Hoodie yang melekat di tubuhnya. Karena orang yang menjemputnya belum datang, Astagiri menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu.

"Mba, Asta pengen nasi goreng dong, tolong masakin yaa," ujar Asta.

"Siap, neng."

Astagiri pun menunggu dimeja makan dengan duduk manis, dengan melihat video lucu di tiktok yang di genggam oleh tangannya.

Ada video lucu yang membuat Astagiri tertawa kecil menghibur diri. Tidak lama dari itu mba Asti pun sudah selesai memasak nasi gorengnya.

"Wah, terima kasih, mba," ucap Astagiri senang nasi gorengnya sudah siap.

"Sama-sama."

"Mba, udah makan?" tanya Astagiri.

"Belum, biasanya juga nanti neng agak siangan dikit," jawab mba Asti.

"Oh begitu, okeiii deh. Jangan lupa makan mba, nanti pulang kurus takut di kira nggak dikasih makan disini lagi," kelakar Astagiri mencairkan suasana.

"Ah, si neng aya-aya wae. Yaudah atuh neng, mba mau ke belakang dulu."

"Oke, mba." Astagiri melanjutkan makan yang tertunda.

Makan dengan lahap tanpa menghiraukan apapun, yang penting perutnya terisi. Sampai suara klakson mobil pun ia hiraukan.

Tin Tin Tin

Suara klakson itu berbunyi kembali. Astagiri berdecak menanggapinya. Segera membereskan makannya lalu minum hingga airnya tandas tak tersisa.

Tin Tin Tin

"Iya, bentar! Elah." Astagiri sedikit berteriak dari dalam dengan jalannya yang terburu-buru.

Menatap nyalang seperti mengeluarkan laser dari mata pada mobil, ah tidak, pada sosok pengemudi yang akhir-akhir ini menjadi lebih menyebalkan.

Membuka pintu mobil dengan kasar lalu menutupnya juga secara kasar, Astagiri paling tidak suka diganggu ketika makan, itu membuat moodnya hilang seketika.

"Apa?" Akash engangkat alisnya sebelah mempertanyakan pada bocah yang menatapnya nyalang, namun sangat menggemaskan dimatanya.

"Ipi, ipi, ipi," Astagiri mencibir Akash dengan menirukan perkataannya. "So-soan kek orang nggak tau, gue lagi makan," sambungnya ngegas.

Akash yang mendengar gerutuan Astagiri hanya tersenyum jahil, ia lebih suka melihat tampilan ini daripada tampilan lain. Itu membuatnya tidak suka. Akash jadi lebih suka mengganggu Astagiri, entah apa tujuannya. Akash hanya ingin saja, itu menjadikan hiburan tersendiri baginya.

"Apa urusannya sama saya, kalau kamu lagi makan?"

"Pake nanya lagi, lo juga udah tau kalo gue nggak suka di ganggu kalo lagi makan."

Keheningan menyambut mereka.

"Ya udah jalan! Ngapain diem? Tadi aja kelakson kaya orang lagi buru-buru," semprot Astagiri ngegas.

Seketika tawa yang jarang Astagiri dengar itu meledak seketika.

"Suka banget bikin gue kesel," keluknya kesal.

"Iya-iya, maafin saya," akhirnya Akash meminta maaf.

Hening beberapa menit, sampai Akash berani mengajak lawannya berbicara duluan.

"Besok, kamu ada acara gak?"

"Umm?" Menatap Akash dengan alis menukik heran sekaligus kaget, tumben sekali bertanya biasanya juga kaya patung hidup. "Kenapa?" Sambungnya bertanya balik.

"Bisa tolong bantuin saya, memilih kado buat adek saya?"

"Hah? Serius ngajak gue? Gak salah denger nih gue?" ucapannya sedikit syok.

"Iya, siapa lagi? Kan, saya cuman punya kamu maksudnya kenalan saya yang cewe seumuran dengan adek saya, ya kamu." Akash jelaskan.

"Oo, emang adek lo umur berapa?"

"15 tahun."

"Eumm,  boleh deh, tapi traktir gue jajan ya. Awas aja kalo engga, gue ngadu ke papa," ancam Astagiri jika ia tidak diberi jatah jajan.

"Dasar bocil aduan," gumam Akash dengan senyum kecil terbit di bibirnya.

"Hah, apa lo bilang?" Astagiri tidak mendengar jelas gumaman Akash.

"Saya bilang apa emang?" Akash malah balik bertanya.

"Malah balik nanya," jawab Astagiri malas.

Ternyata berhadapan dengan orang yang lebih tua umurnya itu sangat menguras emosi ya? Astagiri merasa sikap Akash ini aneh sekali, tiba-tiba saja dia jadi suka menganggu dirinya, walaupun jarang cuman aneh saja, kan? Astagiri juga biasanya tidak mudah akrab dengan orang baru, apalagi jika itu laki-laki, makin tidak berani untuk membuka suara.



ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆★⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ

Ges tau nggak? Aku ngetiknya sambil nguap-nguap, nggak tau kenapa. Padahal masih siang😭😭😭

Mungkin feel-nya juga kurang dapet kali ya? Mohon maaf, atas ketidak terasanya adegan ini😭😭🙏🏻

Meskipun begitu, jangan lupa vote dan comen yaa supaya aku bisa lebih semangat lagi.

Terima kasihhh🌷🌷




Astagiri ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang