︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Selamat membacaᯓᡣ𐭩.Dua tahun kemudian…
Astagiri yang sudah berumur 18 tahun sekarang mulai mengerti apa yang dimaksud jangan banyak pikiran. Bukan berarti tidak memikirkan perihal masa depan, tapi lebih menjaga agar tidak memikirkan sesuatu secara berlebihan.
Astagiri juga mulai tidak mendengarkan perkataan orang lain, apalagi jika perkataan itu berpotensi menyakitinya. Astagiri tidak akan membiarkan itu terjadi.
Apalagi setelah dirinya mengerti betul setiap kata-kata yang di ungakpan Bangtan untuk mengajaknya berubah menjadi lebih baik.
Yang paling Astagiri ingat, ada sebuah kata-kata, kurang lebih ia berbunyi seperti ini. "Mulai lah dari hal-hal kecil, maka kamu akan mendapatkan hal-hal yang besar." Perkataan dari salah satu member Bangtan itu membuat Astagiri bersemangat untuk mencintai dirinya sendiri.
Mulai beryukur atas apa yang ia miliki saat ini, menghadirkan tawa dengan cara yang mudah dan sederhana. Mulai mengobati luka-luka yang ia terima secara suka rela. Astagiri mencoba berdamai dengan keadaannya
Astagiri juga masih setia megambil obat satu bulan sekali ke rumah sakit. Hanya mengambil, tidak dengan meminumnya. Astagiri takut ketergantungan dengan obat, maka dari itu ia percaya pada dirinya sendiri bahwa ia sehat dan akan selalu sehat.
Meskipun terkadang dapat semburan dari mba Asti yang mengetahui jika ia tidak meminum obatnya.
"Asta, kamu ini, kenapa enggak di minum obatnya?" Mukanya yang terlihat marah dengan tangan berdecak di pinggang menunjukkan ia marah.
Ekspresinya masih teringat jelas di ingatan Astagiri, lucu jika mengingat momen-momen itu. Padahal Astagiri hanya perlu menjaga makan dan pikirannya agar tetap stabil, itu sudah cukup tanpa harus repot-repot meminum obat.
"Aku sehat dan aku bukan orang penyakitan." Perkataan itu seperti mantra untuk dirinya sendiri, ia selalu mengulang-ulang kata itu di pikirannya.
Sampai pada akhirnya ia mulai menerima dan berdamai dengan masa lalunya. Memaafkan orang yang membuatnya terluka dan meminta maaf jika dirinya yang menjadi luka bagi orang lain.
Astagiri sudah lulus sekolah, hubungannya dengan Akash terputus, karena Akash yang dipindahkan tempat kerjanya oleh papa Akash sendiri, sejak satu tahun lalu.
Astagiri pov on
"Mungkin ini yang terakhir kali saya mengantar kamu, jika tidak ada jaga dirimu baik-baik," Om itu tiba-tiba memberi pesan padaku.
"Kenapa, om?"
"Saya ditugaskan di kota lain, hanya tiga tahun tidak lama."
"Oh, yaudah. Ngapain bilang ke gue?"
"Saya hanya memberi tahu, siapa tahu kamu tiba-tiba mencari saya, karena rindu tidak bertemu," ucapnya dengan pede sekali.
"Pede abis! Nggak lah, nggak akan." Aku mengelak karena pada saat itu aku merasa tidak akan mungkin merindukan orang yang membuatku jatoh kedalam parit.
"Lihat saja nanti."
"Dih, nggak akan ya dan itu nggak akan terjadi!" ucapku menggebu-gebu, mencoba mengelak ucapan om tua itu.
Dan benar saja, ternyata aku merindukannya tepat di lima bulan setelah kepergiannya pindah di kota lain. Terkadang aku berandai akan sekedar bertemu atau berpas-pasan dengan di jalan, namun semua itu hanyalah angan-angan ku saja.
Lagipun tidak ada hubungan yang lebih antara aku dengan nya. Mungkin hanya aku yang jatuh cinta? Jatuh cinta? Iya, aku mulai terjatuh dalam pesona orang itu. Entah kapan, tapi aku selalu mengingat momen-momen antara aku dengan om Akash.
Andai aku tidak segengsi itu untuk mengungkapkan isi hati yang baru aku sadari. Mungkin dulu aku menolak keras akan atensinya yang berada di sekitar ku, tapi sekarang aku sangat ingin melihat dirinya walaupun dengan jarak yang jauh, yang terpenting masih berada disekitar ku.
Rindu ini menyiksa namun aku malu untuk mengungkapkannya. Rindu yang aku punya masih kalah dengan gengsi seluas dunia. Terkadang aku pusing sendiri dengan pikiran ku yang berandai-andai tentang om Akash.
Dengan kegiatan ku yang hanya dirumah setelah lulus sekolah pikiran ku semakin dilema dan terus dipenuhi olehnya, aku dibuat prutasi dibuatnya. Apalagi saat aku mengingat kenangan manis bersamanya secara tanpa sadar aku tersenyum.
Jika diingat-ingat aku seperti orang gila, hanya karena memikirkan Akash, aku sampai senyum malu-malu menahan salah tingkah. Hei, padahal aku hanya memikirkannya bukan berada di hadapan pria itu, tapi kenapa aku terkadang sampai harus menahan salah tingkah?
Astagiri pov off
Setelah lulus sekolah Astagiri menjadi pengangguran, Astagiri sudah mencoba melamar kesana kemari namun belum ada panggilan juga. Lagipun uang bulanan dari papa gabirel masih berjalan walaupun tidak bisa ditambah. Biasanya semasa sekolah dulu jika uang bulanannya habis ditengah jalan Astagiri suka meminta ulang, walaupun mendapat komentar tentang uang yang cepat habis.
Jika ditanya kenapa Astagiri tidak bekerja saja di kantor milik papanya? Astagiri tidak ingin dan tidak mau, papa gabirel pun tidak menawari jadi yasudah Astagiri mencari kerja saja di tempat lain. Walaupun sampai sekarang ia masih setia menjadi pengangguran ia tetap senang.
Kabar teman-temannya pun sudah jarang bertemu karena mereka sudah menemukan pekerjaan masing-masing, sulit sekali untuk bertemu, paling bisa 4 bulan sekali baru bisa bertemu itupun melihat kegiatan satu sama lain, kosong atau tidak. Meskipun begitu persahabatan mereka tetap terjalin.
ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆★⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ
Haii guyss!!
Duhh part menuju ending nihhhhh
Jangan lupa vote and komen yu guyss, bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagiri ✓
Teen FictionAsta berhasil mencintai dirinya sendiri lebih dari apapun, setelah melewati banyak luka yang disebabkan oleh orang sekitarnya. Sempat putus asa dan berpikir bahwa kehidupannya tidak akan lama karena suatu hal, kejadian itu membuat Asta putus harapan...