ASTAGIRI || 23

18 10 0
                                    


︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Selamat membacaᯓᡣ𐭩.


Akash membawa Astagiri pulang kerumah gadis itu. Tidak mungkin ia membawanya pulang kerumah, kan? Bisa di amuk nyonya Arya ini mah.

Disetiap lampu merah yang Akash lewati, ia memanfaatkan waktu itu untuk menatap wajah Astagiri yang terlihat damai dan tenang. Cantik dan manis secara bersamaan.

Lampu merah mulai berubah warna, Akash pun kembali menatap jalanan, sesekali melirik Astagiri yang terlihat nyaman dalam tidurnya. Tidak sampai disitu Akash pun terkadang membernarkan surai rambutnya yang terkadang menghalangi wajah Astagiri.

Mobil Akash mulai masuk ke halaman rumah Astagiri. Diteras rumah terlihat mba Asti yang menunggu, wajahnya cemas begitu terlihat kentara.

Disaat Akash turun, mba Asti langsung menodongnya dengan pertanyaan.

"Den, itu si neng kenapa?" Suara mba Asti sedikit kaget bercampur khawatir, mungkin ia mengira Astagiri pingsan? Pikir Akash.

"Ketiduran mba, kecapean habis main kayanya," terangnya memberi tahu.

"Kirain mba, si neng teh pingsan. Yaudah atuh sok anterin ke kamarnya langsung."

Akash sedikit terdiam. "Benar tidak papa, jika saya masuk kamar gadis, mba?"

"Aman, si mba udah percaya sama kamu mah."

Akash sedikit celingak-celinguk mencari sesuatu. "Pak Gabrielnya kemana? Bukannya sudah pulang?" tanya Akash yang ternyata mencari papa nya Astagiri.

"Oh itu, tadi berangkat lagi, katanya ada urusan mendadak. Kemungkinan besok lusa pulangnya," jelas mba Asti.

Akash mengangguk-anggukkan kepalanya, mengerti. "Yaudah mba, saya mau mengantarkan dulu Astagiri ke kamarnya."

"Oh siap atuh, sok mangga, silakan. Mba mau kebelakang dulu, sekalian adek mau minum apa?"

"Tidak usah mba, terima kasih. Saya juga mau langsung pulang."

"Siap atuh, mba pamit kebelakang dulu," pamitnya.

Akash mengangguk. Lantas berjalan mengitari mobil untuk menggendong Astagiri. Mengangkatnya secara perlahan sampai pas di gendongan.

"Sebenarnya kamu dikasih makan apa? Enteng banget saya angkat," bermonolog sendiri diiringi kekehan kecil, merasa konyol dengan tingkahnya.

Akash pun memasuki rumah Astagiri untuk pertama kalinya, luas, tenang dan sepi. Tiga kata itu cocok dengan suasana rumah ini. Menyusuri anak tangga untuk sampai di kamar Astagiri. Walaupun baru pertama kali singgah, Akash merasa yakin bahwa kamar Astagiri berada di atas dan benar saja, pintu dengan warna pink muda dihiasi tulisan warna putih bernama Astagiri Gildea Pratama.

Langsung saja Akash membuka pintu itu, saat pertama kali masuk hidungnya langsung mengirup bau segar, seperti bunga yang bermekaran. kamar dengan nuansa merah muda dan juga putih menyegarkan mata saat memandang sekitar.

Meletakkan Astagiri secara perlahan, menarik selimut untuk menyelimuti Astagiri. Akash memandanginya sebentar, matanya menyorot akan sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.

Akash segera keluar dari kamar Astagiri. Lantas berpamitan pada mang Ujang, karena yang terlihat hanya mang Ujang seorang.

***

Astagiri terdiam, memikirkan omongan orang lain yang mempengaruhi pikirannya, membuat ia bertanya-tanya tanpa menemukan jawaban dari semua pertanyaannya.

Astagiri terbangun dari beberapa jam lalu dengan keadaan mata yang sudah bengkak, karena kemarin ia menangis tanpa tahu aturan. Tidak ada yang membangunkan karena orang rumah sudah tahu, jikalau dihari libur Astagiri akan keluar pada siang hari atau bahkan tidak keluar kamar sama sekali.

Pagi-pagi sekali Astagiri sudah dibuat penat oleh pikirannya sendiri, memikirkan banyak hal diluar kapasitas otaknya sendiri, terlalu memaksakan.

Astagiri lupa, seharunya ia jangan terlalu stres dan memikirkan sesuatu secara berlebihan apalagi dengan keadaan perut kosong. Sampai dimana Astagiri terjatuh tersungkur dari duduknya di pinggiran kasur. Astagiri terjatuh dengan tubuh yang kejang-kejang, mata yang menjuling ke atas sampai yang terlihat hanya warna putih.

Kejang-kejang itu berlangsung selama 3 menit sampai Astagiri tidak sadarkan diri dan mirisnya tidak ada yang mengetahui itu. Astagiri tergeletak di kamarnya sendirian.

Sampai Astagiri terbangun dengan lingung.

"Gue kenapa?" Batinya bertanya.

Mulai terduduk dengan memegangi kepalanya yang teramat pusing, ia mencoba mengingat apa yang terjadi dengan dirinya barusan. Namun nihil, tidak ada ingatan yang muncul.

"Oh, kambuh lagi, ya? haha," menertawakan dirinya sendiri. Merasa miris dengan apa yang sedang terjadi.

Lantas Astagiri beranjak dan merebahkan dirinya di kasur, ia sangat lelah. Padahal ia sudah tidur semalaman penuh kenapa masih saja lelah?

Tidak butuh waktu lama seperti biasanya, Astagiri langsung tertidur pulas dalam hitungan menit.

Sementara itu, seseorang yang akhir-akhir ini selalu memikirkan dirinya. Siapa lagi jika bukan Akash Aryaduta. Iya dia orangnya.

Tidur Akash jadi terasa tidak tenang hanya karena gadis kecil itu yang mulai mengusik pikirannya sedari tadi malam.

Akash juga tidak mengerti kenapa dalam otaknya selalu melihat Astagiri berkeliaran. Rasanya kepala Asiah akan meledak jika terus memikirkan gadis kecil itu.

Tidak ingin larut dengan pikirannya itu, lantas Akash beranjak untuk berolahraga ringan di apartemennya. Terdapat ruangan khusus hanya untuk dirinya berolahraga, menjaga tubuhnya agar tetap terlihat bagus.



ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆★⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ

Duhh nggak kerasa udah mau ending aja ni cerita

Jangan lupa vote and comen ya guyss, bye-bye.

Terima Kasih.

Astagiri ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang