︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Selamat membacaᯓᡣ𐭩.
Ternyata tidur tanpa harus memikirkan sesuatu yang membuat nya sakit itu melegakan, ya? Tertidur tanpa harus memikirkan bayang-bayang dari cibiran dan perkataan orang lain, sungguh membuat Asta bangun dengan keadaan perasaan yang lebih tenang.Astagiri mulai membuang kebiasaan buruknya untuk bisa lepas dari jerat bayang-bayang kelam yang selalu hingap di pikirannya. Selalu mencoba mengalihkan pikirannya yang kian kusut, memikirkan sesuatu yang membuatnya bahagia.
Namun belum bisa lepas dari kebiasaan makan mie di pagi hari. Sedang asyik membuat mie sambil mendengarkan musik lewat earphone, Asta di kaget oleh mba Asti yang memegang pundaknya secara tiba-tiba.
"Ya ampun, mba. Ngagetin aja," ujar Astagiri dengan mengusapkan dadanya kaget.
"Biasa aja kali neng," gurau mba asti
"Ih mba ni, udah tau aku kagetan."
"Lagian, si neng di panggil-panggil nggak noleh, lagi bikin apa atuh pagi-pagi begini."
"Hehe, lagi bikin mie mba. Mba mau?" Dengan mengangkat sedikit panci yang terisi mie itu untuk ditawarkan pada mba Asti.
"Nggak, mba makanya nanti agak siangan dikit."
"Oke, jangan lupa makan mba."
"Siap neng, yaudah atuh kalo gak ada yang perlu di bantu mah, mba ke depan dulu," pamit mba Asti dengan sopan.
"Silakan Mba." Astagiri mempersilakan, setelah itu lanjut fokus pada kegiatannya sendiri.
Setelah jadi, seperti biasa Astagiri akan membawanya ke kamar untuk disantap, niat awal ingin makan mie sambil nonton kartun, namun niat itu urung karena dilayar handphonenya tertera nama Yolana yang mengajaknya video call, langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa basa basi.
Ternyata Yolana menyambung kannya pada Elena dan Sisil, memang ya 3 serangkai ini tidak pernah lepas. Bersamaan mereka juga sedang makan.
"Wuih, kok bisa samaan gini, padahal gak janjian, loh," ungkap Astagiri.
"Mungkin itu yang di namakan jodoh," ucap santai Sisil sambil menyuapkan makanannya.
"Makan apa tu sil, ungu-ungu gitu warnanya,"
"Itu nasi goreng anjir, waranya coklat, sejak kapan jadi ungu," nyolot Yolana dari sebrang sana.
"Iya, itu maksud gue, salah bilang warna doang, gitu aja nyolot, hih,"
Terlihat Yolana hanya memutar bola matanya ke atas, mendelik.
"Biasa aja kali matanya, gak usah juling begitu,' timpal Elena. Ternyata Elena diam namun memperhatikan.
"Gue lagi males debat sama lo, jadi yaudah, iyain aja." Putus Yolana sebelum di kasih ultimatum oleh sang Baginda ratu lagi.
"Siapa juga yang ngajak debat," gumam Elena dari sebrang sana.
Astagiri diam sambil menikmati mienya yang tinggal sedikit, tidak terasa mie kuah pedas itu sudah hampir habis, dasar maniak mie.
"Makan apaan tu, Ta. Bibir sampe merah merona seperti itu." Yolana penasaran dengan makanan yang di makan oleh Astagiri.
"Slurp, slurp, slurp," Astagiri menyeruput kuahnya yang sangat menggoda itu. "Mie kuah pedas, beuh mantap," sambungnya mengacungkan jempol, pertanda enak.
"Sialan lo bikin gue ngiler aja," dengus Yolana dari sebrang sana.
"Haha, kapan-kapan beli sama gue tapi bayarnya pake duit sendiri-sendiri."
"Yeu, kirain dibayarin. Penonton kecewa sobat." Yolana memulai dramatisnya
"Eh guys, gue keluar duluan ya, mah jalan nihh. Digo udah didepan. Bye," tiba-tiba Sisil pamit untuk jalan bersama Digo-kekasih Sisil.
"Have fun, ya"
"Siappp," Sisil mematikan panggilan video tersebut.
"Gue baru tau si Sisil punya pacar, lo berdua punya juga?"
"Gue banyak sih yang mau," pede Yolana dari sebrang sana membanggakan dirinya sendiri.
"Percuma banyak yang mau kalo masih gamon sama masa lalu."
"Yaudah, gue diem. Dasar jomblo," kesal Yolana sambil mengacungkan jari tengahnya pada Elena.
"Uuu ada yang gamon nihh," ejek Astagiri.
"Diem lo ta, mau gue santet?" Yolana memberikanku ancaman bulana.
"Tinggal santet balik," goda Astagiri.
"Dahlah, gue mau pundung! Bye!!" Namun Yolana masih belum mematikan panggilan video nya. "Ini beneran gak ada yang mau nahan gue gitu?" Sambungnya dengan nada tidak percaya.
Setelah mengatakan itu tidak lama, malah Elena yang mematikan panggilan video itu.
"Lah, malah tu anak yang keluar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagiri ✓
Teen FictionAsta berhasil mencintai dirinya sendiri lebih dari apapun, setelah melewati banyak luka yang disebabkan oleh orang sekitarnya. Sempat putus asa dan berpikir bahwa kehidupannya tidak akan lama karena suatu hal, kejadian itu membuat Asta putus harapan...