Part 1 ✨

100 52 20
                                    


Hai namaku Asya atau lengkapnya Farsya Anandita. Aku adalah anak tunggal dari ayah yang bernama Brama Santoso dan Ibu Erita Maharani. Ayahku adalah seorang manajer di sebuah perusahaan Industri sedangkan Ibuku adalah seorang Dokter.

Saat ini aku masih menempuh sekolah menengah atas tepatnya di kelas 11. Aku menjalani hari-hari ku dengan penuh kebahagiaan. Memiliki orang tua yang sangat perhatian dan menyayangiku lalu teman-teman di sekolah yang selalu bisa menghiburku. Dan begitupun dia, sosok yang setiap saat selalu menyempatkan waktunya untuk menemaniku.

Saat ini aku hanya tinggal berdua bersama Bik Ira di rumah yang tidak begitu besar namun tetap saja membuatku cukup kesepian. Sebab Ayah yang harus ke luar negeri karena pekerjaan sedangkan Ibu berada di kota lain juga, dengan tujuan yang sama. Sudah hampir 1 minggu keduanya pergi, entah kapan akan kembali. Karena hal tersebut, seringkali aku mengajak teman-teman sekolah untuk bermain di rumah, agar aku tidak merasa kesepian beberapa waktu ini.

*Di Pagi Hari

Kukuruyukkkk

Pagi ini cuaca terlihat begitu cerah, tidak ada mendung ataupun rintik hujan seperti hari sebelumnya. Asya merenggangkan tubuhnya lalu bersiap-siap untuk menuju ke sekolah. Seperti seorang anak remaja lain, Asya juga mempoles wajahnya dengan beberapa skincare, walaupun dia sudah terlihat cantik tanpa itu semua.

Setelah semua terlihat sudah rapi, Asya pun turun menuju meja makan untuk ritual sarapan. Asya bukan tipikal yang suka sarapan, namun sarapan menjadi keharusan untuknya karena penyakit asam lambung yang ia miliki.

"Pagi Bik Ira," sapa Asya kepada seorang wanita tua yang selalu menjadi pengganti orang tuanya, disaat ayah ibu pergi keluar kota karena pekerjaan.

"Pagi Non Asya Cantik."

"Ihhh jangan gitu panggilnya, Asya kan jadi malu Bik Ira," ucap Asya dengan raut wajah imutnya.

"hehe iya-iya. Ayo dimakan dulu sarapannya, biar perutnya nggak kosong."

"Okee Bik Ira. Hmm Bik Ira temani Asya sarapan yaa."

"Siappp."

Asya memakan sarapannya dengan tenang, tidak terdengar suara sedikitpun saat ini. Hal itu sudah menjadi kebiasaan penghuni rumah ini, bahwa tidak ada yang boleh berbicara saat sedang makan.

Tak lama setelah itu, Asya sudah menyelesaikan ritual sarapannya dan tak lupa ia membantu Bik Ira untuk membereskan meja makan. Meski sering kali dilarang oleh Bik Ira, namun Asya tetap membantunya. Asya kasihan jika Bik Ira yang sudah tua namun masih berkerja berat seperti ini.

"Non! biar Bik Ira aja yang mencuci piringnya, nanti bajunya kotorloh."

"Nggak kok, aman. Lagian ini kan cuma dikit juga." Bik Ira hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku Asya yang terkadang sulit untuk dibantah.

Tinn Tiinn

"Nah, itu Den Dewa udah jemput. Udah-udah biar Bik Ira aja yang lanjutin yaa. Nanti Non Asya terlambat loh, kasihan juga Den Dewa nya nungguin." Bik Ira selalu mendramatiskan suasana, jika kalau tidak seperti ini, sudah pasti Asya tidak akan selesai.

"Hufft Oke deh. Ya udah, Asya pamit dulu ya Bik Ira. Jangan lupa antar sarapannya pak Ameng."

"Okee Siapp."

Pak Ameng adalah satpam di rumah Asya dan sekaligus supir pribadinya. Namun jika ada Dewa, Asya tidak mau diantar jemput oleh Pak Ameng. Alasannya, ia tidak ingin naik mobil karena mabuk. Padahal yang Asya inginkan adalah agar bisa berdua dengan Dewa.

"Pagi cantiknya Dewa." Asya dengan reflek mencubit pinggang Dewa, gadis itu selalu salah tingkah setiap kali Dewa memanggilnya cantik, terkadang imut.

"Aduhhh sakit sayangggg." Dewa mengaduh sakit saat pinggangnya dicubit Asya, walaupun itu hanya pura-pura saja.

You and My TulipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang