Part 2 ✨

62 46 0
                                    

*Koridor Sekolah

Dewa berlari di koridor sekolah. Tidak ada hal lain yang lebih penting baginya kecuali mengenai Asya. Ia sangat ingat bagaimana dulu perjuangannya untuk mendapatkan Asya.

Gadis manis yang memiliki sejuta keunikan. Asya, si gadis manja yang selalu mengisi hati dan pikirannya. Dewa akan rela bertaruh nyawa untuk gadisnya itu.

Sesaat setelah Kevin mengabarinya tentang Asya, Dewa sedikit panik akan gadis itu. Pasalnya, Asya memang sangat mudah menangis. Begitu lembut sekali hatinya. Dewa juga merasa bersalah karena mengabaikan hp nya yang berbunyi sejak tadi, dan ternyata itu adalah pesan dari Aya.

Saat sampai di lapangan, Dewa menembus kerumunan siswa dan mencari keberadaan dari Asya. Dadanya bergemuruh, jangan sampai gadis itu sakitnya kumat. Asya paling tidak bisa menangis, apalagi dalam keadaan yang padat seperti ini.

"Kak," panggil Aya

"Dimana Asya?."

"Udah di antar ke UKS. Tadi sesak katanya, terus masih nangis juga. Jadinya, diantar sama Ersa ke UKS."

"Oke." Dewa pun memutar tubuhnya dan beralih menuju UKS.

Tokk tokk

"Masuk. Ehh Kak Dewa."

Dewa membalasnya dengan gerakan alis saja.

"Asya udah dipasang oksigen, tapi nangisnya belum berhenti. Kakak masuk aja, aku pamit dulu," ucap Ersa, salah satu sahabat Asya

"Hmm." Dewa pun masuk ke UKS dan melihat keadaan gadisnya yang masih nangis sesenggukan, padahal sudah terpasang oksigen.

Dewa mendekat ke Asya, lalu membawa gadis itu ke pelukannya. Ia mengelus punggung gadis itu yang masih masih bergetar.

"Sttt. Udah ya nangisnya, maafin kakak tadi nggak jemput ke kelas." Asya hanya menggelengkan kepalanya dipelukan Dewa. Namun, tangisnya sudah sedikit mereda.

"Asya mau pulang," ucap gadis itu dengan pelan dan suara yang parau.

"Oke." Tanpa berfikir panjang Dewa menyetujui keinginan Asya. Ia pun menelpon Kevin untuk disiapkan mobil agar mereka bisa pulang. Tidak mungkin ia akan membawa Asya pulang dengan motor ninjanya.

"Dimana? Udah siap?"

"Oke."

Setelah percakapan singkat melalui hp tersebut, Dewa membantu Asya untuk berdiri dan melepas oksigen yang terpasang.

Dewa ingin menggendong Asya, namun gadis itu tidak mau karena malu dilihat teman-teman yang lain. Akhirnya Dewa memapah Asya dengan pelan-pelan hingga menuju ke parkiran.

"Kak?,"

"Hmm"

"Asya hari ini ada ulangan. Gimana dong?,"

"Susulan aja. Sama siapa?,"

"Pak Krisna."

"Oke. Udah aku izinkan."

"Kok cepet banget si."

"Udah diem. Sini, masuknya hati-hati."

Dewa menutup pintu mobil dengan pelan, lalu beralih menuju kursi pengemudi. Ia juga tidak membawa dengan kecepatan tinggi, agar Asya bisa beristirahat dengan tenang.

Dewa sebenarnya ingin menanyakan alasan gadis ini menangis tadi. Namun, melihat keadaan Asya yang belum baik, ia menunda untuk bertanya. Biarlah dia simpan dulu, sampai keadaan Asya membaik.

"Tidur aja dulu. Nanti kalau sampai aku bangunin."

"Hmm. Tapi tangannya sini dulu."

Asya menaruh tangan Dewa sebagai bantalan untuk dia tidur. Asya selalu nyaman dengan tangan besar milik Dea.

"Sayang, kalo tangan aku diginiin gimana caranya aku bawa mobil."

Tersadar akan hal itu Asya pun melepas tangan Dewa dengan terpaksa.

"Maaf." Dewa hanya menanggapi dengan senyuman.

Selama perjalanan pulang, Asya hanya tertidur pulas. Dewa yang melihat itu merasa lebih baik. Tak jauh dari rumah Asya, Dewa memberhentikan mobilnya dan singgah disalah satu mini market dan ia akan membeli makanan untuk Asya.

Dewa membeli beberapa kotak susu rasa strawberry dan roti. Ia tahu Asya akan sangat sulit jika disuruh makan nasi saat sakit seperti ini. Sehingga Alternatifnya, ia harus membujuk gadis itu dengan roti dan susu rasa strawberry ini.

Dewa kembali menuju mobil dan melaju dengan dengan pelan. Tak lama keduanya sudah sampai di depan rumah Asya.

Pak Ameng yang melihat Dewa turun dari mobil, dengan cepat membuka pintu pagar.

"Loh Den. Kok udah pulang?."

"Asya sakit pak."

"Hoalahh. Ayo masuk Den, mobilnya biar saya yang bawa."

Dewa kembali ke mobil untuk membangun kan Asya. Namun melihat tidur gadis itu sangat pulas, ia tidak tega jika harus membangunkan.

"Di gendong aja den. Nggak apa-apa, itu Bik Ira udah bukain pintu juga."

Dewa pun menggendong Asya dengan pelan, dan membawa gadis itu menuju kamarnya.

"Haduhhhh. Non Asya kok bisa sakit, padahal tadi pagi sudah sarapan loh den."

"Bukan Asam lambung yang kambuh bik, tapi tadi nangis terus sesak katanya."

"Haduhhh. Ada-ada aja, ya udah Bibik ke bawah dulu ya Den ambilkan minum."

"Iyaa Bik. Oh ya Bik, pintunya nggak usah ditutup ya."

"Siapp."

Meski kedua orang tua mereka tidak melarang hubungan keduanya, namun terkadang Dewa merasa masih tidak enak jika berduaan dengan kondisi kamar tertutup. Biarkan saja semua melihat apa yang terjadi, ia tidak ingin ada pandangan orang yang salah terhadapnya. Ia juga merasa lebih nyaman jika seperti ini.

Setelah menaruh tubuh Asya di kasur, ia membuka kaos kaki gadis itu dengan perlahan dan menyelimuti tubuh Asya.

Dewa juga membuka kaos kakinya dan naik ke ranjang yang sama, tepat di samping Asya. Tangan kirinya mengelus dengan pelan rambut Asya, sedangkan tangan kanannya sibuk menscroll hp.

Dewa meras bosan saat ini, matanya juga sudah mulai terasa berat. Ia pun mencoba merebahkan tubuhnya disamping Asya dan memeluk gadis itu. Tak lama Dewa pun juga ikut terlelap.

Dari kejauhan Bik Ira melihat kedua pasangan remaja itu. Ia merasa bersyukur Asya mendapatkan laki-laki seperti Dewa. Bahkan saat peran orang tua tidak ia dapatkan saat ini.

Dewa selalu menjadi superhero bagi Asya, entah bagaimana jika semua kebenaran itu terungkap. Ia berharap keduanya akan bersama-sama selamanya.

"Kenapa Bik?" Bik Ira mengusap pipinya yang sudah basah. Saat Pak Ameng datang menghampirinya.

"Sedih aja lihatnya Pak. Kalo Non Asya tahu apa yang terjadi pasti ia sangat sedih."

"Ya mau bagaimana lagi. Semuanya juga sedang berusaha kan? Kita doakan saja."

Setelah percakapan singkat itu, keduanya perlahan menjauh dari kamar Asya. Tak lupa Bik Ira sedikit menutup pintunya, agar tidak terlalu terganggu dengan keadaan diluar.

.
.
.
.
.
Yeayyy selesai
Semangat buat next part.
Yukk di support guyss ✨✨

You and My TulipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang