*Satu Tahun Kemudian
Seorang gadis sedang duduk di halaman belakang rumahnya. Ia memandang serangkaian bunga tulip putih yang baru saja ia dapatkan dari kurir paket. Tidak ada alamat pengiriman, namun terdapat kartu berisi tulisan dengan sebuah inisial.
To: Gadis Cantik
Bunga tulip merah ini melambangkan cinta yang kuat dan abadi. Semoga siapapun yang kamu cintai saat ini, cinta itu akan kuat dan abadi selamanya.
From: Secret
Asya menyukai bunga ini, ia akan menaruh beberapa tangkai ke dalam vas bunga dan diletakkan di kamarnya. Meski ia tidak tahu siapa pengirim bunga ini.
"Asya" Suara panggilan dari bundanya membuat Asya sedikit terkejut.
"Iya bunda" Asya beranjak dari tempat duduknya, dan tak lupa membawa bunga yang ia dapatkan tadi ke kamarnya.
"Asya bawa ini ke kamar dulu," ucap Asya bergegas menuju kamarnya. Setelah itu ia kembali menuju bundanya yang berada di ruang tamu.
"Sya"
"Kenapa bunda?"
"Asya udah kelas 12 kan? Asya mau kuliah dimana? Kan sebentar lagi mau ujian."
Asya tidak langsung menjawab, ia hanya terdiam. Jujur saja dia tidak tahu akan melanjutkan kemana. Yang ada dipikiran Asya saat ini adalah kabar dari seseorang yang menghilang setahun ini.
"Sya"
"Ehh iya bund. Maaf"
"Jadi gimana?"
"Asya mau kuliah di Singapura. Sekalian mau nyari kak Dewa juga."
Deg
Ibu Asya terkejut mendengar permintaan dari gadis itu. Apa mungkin saatnya ia mengetahui semuanya? Ia sebenarnya juga sudah tidak tahan jika harus menyembunyikan kabar Dewa selama ini.
"Kenapa Asya yakin Dewa disana? Padahal semuanya sudah mencari keberadaan Dewa."
"Entahlah. Asya merasa bahwa Kak Dewa masih ada, dana beberapa kali Asya juga mimpiin Kak Dewa. Apalagi pesawat jatuh itu sudah sampai Singapura. Mana tahu Kak Dewa diselamatkan sama orang."
"Kamu kebanyakan nonton sinetron atau baca novel ya?" Bunda Asya sedikit terkekeh mendengar Asya.
"Ihhh Bundaa! Asya serius lohh!"
"Iya iya Maaf. Tapi Sya-"
"Tapi apa?" Asya dibuat penasaran oleh bundanya.
"Bunda setuju kamu kuliah di sana."
"Eeittss. Bunda mau kemana, tapi belum selesai loh ngomongnya."
"Besok aja deh, bunda harus ke rumah sakit lagi," ucapnya, lalu meninggalkan Asya dengan raut kebingungan. Ia pun merebahkan tubuhnya di sofa, mungkin ia akan tidur sebentar sebelum berangkat latihan badminton.
Beberapa bulan terakhir ini, Asya menghabiskan waktunya untuk berolahraga badminton. Ia tergabung ke salah satu klub badminton yang ada di sekolahnya. Sejak kepergian ayahnya dan Dewa, Asya menjadi pribadi yang lebih mandiri. Tidak ada Asya yang manja dan cengeng lagi.
Asya merasa lebih baik saat ini meski hatinya masih teramat rapuh. Kepergian dua orang laki-laki yang mengisi hatinya secara tiba-tiba membuat Asya hancur dan berantakan.
Asya sempat dirawat di ruang sakit begitu lama saat tahu bahwa dihari yang sama Dewa juga pergi. Yang Asya tahu, Dewa pergi ke Singapura karena suatu hal namun pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Akan tetapi Asya sudah mencari berita mengenai jatuhnya pesawat tapi tidak satupun ia temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and My Tulips
Teen FictionCerita yang ringan untuk dibaca oleh kalian yang tidak begitu suka konflik.