Flashback
Dewa dan Asya perlahan memejamkan matanya. Namun setelah beberapa menit, terdengar suara hp milik Dewa berbunyi.
Papa is calling...
Dewa menatap heran nama yang tertampang pada layar hp nya. Sudah jam 1 malam, untuk apa ayahnya menelpon. Pada akhirnya Dewa menerima panggilan tersebut.
"Halo pa."
"Kamu dimana?."
"Aku di Markas. Kenapa?."
"Ayah Asya sedang kritis saat ini." Degg Dewa merasa tidak tenang saat ini. Apa lagi yang harus Asya terima.
"Maksud Papa apa?."
"Tadi ayah Asya, sedang menuju bandara untuk pulang ke Indonesia malam ini. Namun saat turun dari mobil, seseorang tidak dikenal menembaknya. Dua peluru masih bersarang pada dadanya. Saat ini papa dan Ryo sedang menuju kesana. Kamu pastiin Asya untuk mengetahui terlebih dahulu sampai besok papa dan yang lainnya sampai. Kamu paham?"
"Iya Pa. Apa masih ada kesempatan untuk bertahan?."
"Huft. Papa tidak bisa memastikan, sebab peluru itu beracun dan akan cepat tersebar pada saraf dalam tubuh."
Dewa hanya terdiam mendengarkan semua. Ia memandang wajah Asya yang tenang, namun entahlah bagaimana saat ia tahu semua.
"Dan satu lagi."
"Hmm?"
"Papa akan pertimbangan untuk kepergian kamu ke Singapura. Papa tahu Asya juga sangat butuh kamu saat ini."
"Terima kasih Pa."
"Oke. Jaga Asya, papa sudah akan naik pesawat. Semoga semua baik-baik saja."
"Hati-hati."
Dewa menyandarkan tubuhnya pada tepian ranjang. Kepalanya begitu sakit saat ini memikirkan segalanya. Ada banyak hal yang terjadi beberapa waktu terakhir ini. Mengenai kepergiannya ke Singapura, mengenai Asya, dan saat ini ayah Asya.
Dewa pun turun dari ranjang dan menuju dapur. Ia butuh minum saat ini. Ia butuh ketenangan dan kesegaran.
"Ngapain?" ucap Kevin yang membuat Dewa sedikit terkejut.
Tanpa menjawab, Dewa hanya memperlihatkan segelas air kepada Dewa. Lalu keduanya duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Ayah Asya kritis." ucap Dewa dengan tatapan kosong.
"Maksud Lo?"
"Kena tembak saat mau pulang ke Indonesia tadi dan papa sedang menuju kesana untuk memastikan keadaannya. Meski harapan itu hanya sedikit sekali."
"Bagian apa?"
"Dada, dengan dua peluru beracun."
"What the fu*k! Gue nggak yakin bakal bisa bertahan."
"Hmm. Lo kasih tahu yang lain, pastiin Asya ngga tahu apa yang terjadi sampai Papa kasih info berikutnya."
"Hmm" Kevin bangkit dari duduknya dan menuju lantai dua. Ia akan memberitahukan kepada Gavin, Rangga dan yang lainnya. Lalu kepada para gadis-gadis itu.
Sedangkan Dewa masih berada di sofa, ia menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam. Pikirannya saat ini hanya ingin menunggu kabar dari ayahnya. Meski harus kabar buruk sekalipun.
*Kamar Atas
"WOIII BANGUNNN!" Kevin dengan seenak jidatnya teriak membangunkan Rangga dan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and My Tulips
Novela JuvenilCerita yang ringan untuk dibaca oleh kalian yang tidak begitu suka konflik.