Angin malam ini cukup menenangkan untuk Dewa meski hanya sementara. Tidak tahu bagaimana yang dirasakan oleh hatinya saat ini kecuali dia sendiri. Ia masih tidak mampu memberikan jawaban apapun kepada Ayahnya.
Dewa memandang jam dinding di kamarnya, terlihat sudah menunjukkan pukul 22.00 . Ia bergegas bersiap-siap untuk menuju arena balap meski Matanya yang sedikit memerah karena merokok, tidak menjadi halangan baginya.
Kini stelan wajib berwarna hitam sudah ia kenakan. Terlihat tulisan The Moge di bagian punggung jaket tersebut dan itu adalah nama geng motor miliknya.
Dewa menuruni tangga rumahnya secara perlahan. Ia tahu saat ini pasti ada yang belum terlelap tapi semoga ibunya sudah, saat akan sampai didepan pintu. Langkahnya terhenti oleh ucapan seseorang, ia seakan kepergok saja.
"Mau kemana kamu Dewa?," ucap Ayahnya
"Balap," balasnya dengan singkat.
"Cepatlah pergi, sebelum mama turun dan melihat mu."
"Iya Pa." Setelah percakapan singkat itu, Dewa pun meninggalkan rumahnya dengan sedikit lega. Karena biasanya, ayah Dewa tidak begitu suka jika dia balapan. Namun entah kenapa malam ini diizinkan.
Dewa membelah jalanan kota malam ini dengan suasana hati yang masih gundah. Dinginnya angin malam menusuk menembus kulit-kulit tubuhnya. Ia menatap tajam jalan yang mulai sepi tanpa gangguan apapun.
Tak lama Dewa sudah sampai di markas, namun ia sedikit mengernyit heran melihat beberapa gadis yang ia kenal berada di markasnya.
"Hai Kak Dewa," ucap Ersa sembari melambaikan tangannya.
"Asya tahu?."
"Aku rasa enggak. Tapi enggak tahu deh kalo Ale yang bilang. Soalnya dia yang suka ember, ya kan put?."
"Bener kak," lanjut Putri
Dewa cukup khawatir saat ini, ia takut Asya akan tahu keberadaannya malam ini. Apalagi ketiga temannya ada disini kecuali Alesya yang masih kurang sehat. Asya sudah pasti akan mencari keberadaan ketiga temannya.
Drrrtt drrrtt
Cantiknya Dewa is calling
Jantung Dewa berdegup begitu kencang saat melihat nama gadisnya tertera dengan jelas. Ia sangat gugup untuk menerima panggilan itu. Terlihat sudah 2x Asya menelpon Dewa, tapi ia sama sekali belum berniat untuk menerima.
"Angkat aja Wa. Daripada ribut lagi."
Dewa dengan yakin menerima panggilan dari Asya walaupun jantungnya tidak aman saat ini. Dewa mencoba mencari tempat yang tidak terlalu ramai.
"Halo sayanggg."
"Kok Kak Dewa angkatnya lama? Biasanya cepat."
"Maaf ya tadi lagi di kamar mandi. Kenapa sayang?."
"Diem!"
"Hah"
"Aaaaa Asya salting dipanggil sayang terus sama Kak Dewa." Dewa hanya tersenyum mendengar perkataan dari Asya. Ada saja tingkah laku pacarnya ini.
"Oke oke. Jadi kamu mau apa?"
"Asya kesepian, tadi Asya telpon Ersa katanya sibuk, Putri juga gitu, terus Aya lagi sama Kak Kevin. Huftt"
"Jadi maunya gimana Sekarang?"
"Mau ketemu Kak Dewa."
"Nggak bisa sya. Aku mau ketemu papa bentar lagi."
"Hmm. Ya udah deh, Asya tidur aja."
"Ya udah. Good night cantiknya Dewa." Dewa memutuskan panggilan telepon miliknya saat Kevin memanggilnya untuk turun ke jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and My Tulips
Fiksi RemajaCerita yang ringan untuk dibaca oleh kalian yang tidak begitu suka konflik.