Malam ini, Wonwoo akhirnya menceritakan semua hal yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun, termasuk istrinya sendiri. Sebenarnya, Wonwoo sudah lama mencurigai sang ayah terkait pembunuhan berantai yang terjadi.
Seperti yang ia katakan sebelumnya, hampir semua korban memiliki hubungan bisnis dengan ayahnya. Namun bisnis yang Wonwoo maksud ini bukanlah bisnis biasa. Wonwoo selalu curiga jika sang ayah memiliki bisnis gelap. Sudah hampir setahun Wonwoo diam-diam menyelidikinya, namun sayang belum ada hasil.
Tampaknya rencana Wonwoo mulai tercium oleh sang ayah. Buktinya, setiap Wonwoo mencoba menghentikan percobaan pembunuhan, ia selalu tiba-tiba didatangi oleh sekelompok orang dan dihajar habis-habisan, bahkan ia pun pernah hampir mati karena ditikam oleh orang suruhan tersebut.
Kini Jennie mengerti, alasan petugas kepolisian mengatakan jika Wonwoo selalu berada tak jauh dari tempat kejadian pembunuhan. Bukan karena pria itu adalah pelakunya, namun karena pria itu mencoba untuk menghentikan pembunuhan yang akan terjadi.
Pantas saja para polisi salah paham.
Pantas saja para polisi itu tak pernah mendapatkan bukti yang menyatakan jika Wonwoo adalah pelakunya.
Di sisi lain, Jennie tak mengerti dengan pemikiran suaminya. Ia meringis saat melihat luka di sekujur tubuh Wonwoo saat Jennie memaksa pria itu melepas pakaiannya. Pantas saja Wonwoo selalu mengenakan baju berlengan panjang, ternyata ia menutupi tubuh kekarnya yang hampir dipenuhi luka. Jennie menangkap pria itu beberapa kali seolah dia sedang mengerang kesakitan. Namun, Jennie terlalu takut untuk bertanya.
"Biasa aja liatinnya." ucap Wonwoo sembari terkekeh saat melihat manik Jennie yang sudah berkaca-kaca.
"Kenapa kamu ga lapor polisi?"
"Susah, Jen. Ga akan ada yang percaya. Papah punya koneksi dimana-mana."
Jennie menggeleng pelan, "Bukan itu. Maksud aku, kenapa kamu ga laporin orang yang udah nyerang kamu?"
Wonwoo tersenyum kecil, ia meraih jemari sang istri dan mengelusnya lembut. "Kayaknya, kamu belum ngerti. Tapi, semua orang yang nyerang aku itu orang suruhan papah. Bisa dibilang, papah lagi ngasih peringatan aku buat berhenti."
Benar-benar gila. Apa bisnis yang sebenarnya tuan Jeon sembunyikan sampai anaknya sendiri tidak boleh mengetahuinya?
"Tapi, gimana perasaan kamu kalo misalnya papah kamu emang bersalah? Maksud aku, kalo kamu nyelidikin papah kamu, berarti kamu udah siap kan kalo misalnya papah kamu terbukti pembunuh dan di penjara? Gimana perasaan kamu?"
°°°°°
Jennie membuka matanya, ia menoleh mendapati sang suami yang kini tertidur di sampingnya. Jennie bangkit dengan perlahan, mencoba untuk tak mengganggu istirahat sang suami.
Lengannya bergerak membelai lembut helaian rambut pria itu. Apa yang harus Jennie lakukan? Apakah ia harus membiarkan suaminya itu berjuang mengungkap kebenaran sendirian? Namun jika ia ingin membantu, apa yang bisa dirinya lakukan?
Jennie terlonjak saat Wonwoo terdengar mengerang pelan. Gadis itu beralih memegang jemari Wonwoo, mencoba menenangkannya dengan mengelusnya. Ia kembali memeriksa tubuh pria itu. Jennie sengaja menyuruh Wonwoo tidur tanpa busana. Entah apa yang akan pria itu pikirkan, Jennie tidak peduli. Jennie hanya tidak ingin luka pada tubuh pria itu membusuk karena lembab dan selalu ditutupi kain.
Hari ini, keduanya tak memiliki agenda apapun. Jennie tak ada kelas dan Wonwoo, pria itu disuruh libur satu hari saja oleh istrinya. Wonwoo pun tak keberatan sama sekali dengan permintaan istrinya itu.
Sebenarnya, Sejeong meminta untuk bertemu Jennie siang ini, katanya ada sesuatu yang penting. Jennie menyetujuinya, dengan syarat tidak terlalu lama. Karena masih ada banyak hal yang Jennie ingin tanyakan pada Wonwoo, dan Jennie ingin mendapatkan jawabannya hari ini juga.
Jika dipikir-pikir lagi, sepertinya ada yang janggal. Kalau misal setiap korban memiliki hubungan bisnis dengan tuan Jeon, bukankah tuan Jeon akan rugi jika rekan bisnisnya tiba-tiba mati begitu saja?
Bukankah akan lebih masuk akal jika pembunuh berantai yang harusnya mereka curigai bukanlah tuan Jeon, melainkan seseorang yang membenci dan bermasalah dengan tuan Jeon?
°°°°°
"Hah, tiba-tiba banget?"
Jennie menatap Sejeong bingung, gadis itu seolah menunggu penjelasan dari Sejeong yang tiba-tiba memberinya undangan.
"Masih mending gue ya. Lo lebih parah karena ga bilang apa-apa, eh tiba-tiba udah punya suami aja." balas Sejeong sedikit kesal.
"Ya maap." ucap Jennie tersenyum kikuk, "By the way, selamat ya, semoga acaranya lancar."
Sejeong tersenyum hangat, "Makasih, Jen. Jangan lupa dateng bareng suami lo."
Jennie hanya tersenyum mendengar hal itu. Ia kembali menatap undangan di tangannya, undangan pernikahan Sejeong dan Doyoung. Jennie benar-benar senang. Dua tahun sudah keduanya menjalin hubungan, akhirnya mereka akan memiliki akhir yang bahagia.
Jennie tidak akan pernah melupakan semua keluh kesah Sejeong selama dua tahun itu. Setiap kali keduanya bertengkar, Sejeong selalu datang ke rumah Jennie dengan riasan yang berantakan karena air mata.
"Bilangin makasih juga ke suami lo."
"Buat apa?" Jennie mengerutkan kening, kemudian lanjut bertanya, "Lo kenal dia?"
"Lah, suami lo ga ngasih tau apa-apa?" tanya balik Sejeong.
Melihat Jennie yang hanya menggeleng, Sejeong kembali menjelaskan, "Keluarga gue kan emang punya hubungan bisnis sama keluarga Jeon. Bulan lalu, keluarga gue hampir bangkrut, Jen. Untung ada tuan Jeon yang nyelametin keluarga gue sampai akhirnya kami sekeluarga masih bisa bertahan sampai sekarang. Dan, dia juga yang nyaranin buat ngadain pernikahan ini di penthouse-nya, tanpa bayaran sepeserpun."
Jadi, pernikahan Sejeong dan Doyoung akan diadakan di griya tawang apartemen Dernière maison?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Hell In Heaven
Mystery / Thriller❝ Kayaknya, ada yang salah dari apartemen ini. ❞ *RE-PUBLISH 「Jenwoo (Jennie, Wonwoo) ft. 96 line」