Hari ini, Jennie pulang lebih lambat dari biasanya. Pukul enam sore ia baru turun dari taksi di depan apartemen. Tidak ada yang penting, kelas sudah selesai sejak siang hari namun ia memilih untuk berdiam diri di kampus. Biasanya ia selalu pergi ke kafe Jeongyeon, namun tidak dengan hari ini. Karena sejujurnya, Jennie merasa curiga kepada sang sahabat dan memilih untuk menjauh dari Jeongyeon untuk beberapa waktu.
"Jennie! Sini!"
Jennie mengerutkan kening saat Rowoon, si tukang es teh memanggil namanya. Tumben sekali. Meski dengan ragu, Jennie pun tetap menghampiri kedai Rowoon, "Kenapa?"
Rowoon nampak melihat sekeliling, seolah memastikan tak ada orang lain yang akan mendengar pembicaraan keduanya, "Kamu kenal pria yang selalu sama Yerin?"
"Kun?" Mendapat anggukan kepala dari Rowoon, lantas Jennie kembali menjawab, "Tau, dia pacarnya."
"Kamu tau dimana dia tinggal?"
Dengan ragu, Jennie menggelengkan kepalanya. Ia memicingkan mata pada Rowoon,"Emang kenapa?"
Tak kunjung mendapat jawaban dari si lawang bicara, lantas Jennie kembali berucap, "Jawab dong!"
"Pria itu mencurigakan. Sepertinya, dia punya hubungan yang buruk dengan Wonwoo. Suami kamu memang tersangka, tapi mungkin saja dia juga sedang berada dalam bahaya."
°°°°°
Beberapa minggu berlalu, semuanya berjalan seperti biasa. Penjagaan di sekitar apartemen pun semakin diperketat. Kini, sekeliling apartemen itu dipenuhi oleh anggota polisi yang menyamar menjadi seorang pedagang. Tapi anehnya, korban masih terus bertambah. Itu artinya, pembunuhnya pasti sangat hebat, bukan?
Pembunuh itu selalu berhasil melakukan perbuatannya tanpa ketahuan satupun anggota kepolisian yang berjaga di sekitar apartemen. Mungkinkah jika sang pembunuh memiliki banyak koneksi dengan kepolisian sehingga aksinya tak dicurigai sedikitpun? Rasanya, tidak ada yang tidak mungkin.
Mengenai Kun, pria itu sempat ditangkap oleh kepolisian kemarin untuk diinterogasi. Namun, petugas langsung membebaskannya karena tak ada satupun tuduhan yang terbukti.
Kun memang punya hubungan buruk dengan Wonwoo, namun itu murni karena masalah pribadi mereka saat masih SMA, keduanya merupakan teman sekelas. Kun adalah anak berandalan yang hobi masuk ruang BK, sementara Wonwoo adalah kebalikannya. Sebagai ketua kelas, tentunya Wonwoo selalu dilibatkan setiap kali teman sekelasnya itu berbuat ulah, salah satunya karena Kun sering sekali mencari masalah dengan kelas lain. Namun yang membuat Wonwoo heran, pria itu tak terkalahkan meskipun melawan segerombolan anak dari kelas lain sendirian.
Setiap Kun melakukan hal berbahaya, Wonwoo langsung memarahinya dan melaporkannya ke guru BK tanpa ragu. Karena itulah sampai sekarang ia tidak pernah akur dengan Wonwoo. Namun, ia tegaskan jika dirinya sama sekali tak menyimpan dendam pada Wonwoo, begitu jelas Kun pada detektif yang menginterogasinya.
"Menurut aku, kamu harus coba cek orang ngga mencurigakan sama sekali. Siapa tau, malah orang itu pelakunya."
Wonwoo nampak hanya menganggukkan kepalanya, menyetujui perkataan istrinya.
Sementara Jennie, gadis itu kembali fokus mengoleskan masker pada wajah Wonwoo sembari sesekali terkekeh karena merasa wajah pria itu nampak lucu di matanya.
"Tentang penangkapan Kun, Rowoon ga bilang apa-apa?" tanya Jennie mengganti topik, setelah ia selesai mengaplikasikan masker pada seluruh wajah Wonwoo.
Wonwoo nampak terdiam sejenak, seolah sedang mengingat kembali kejadian kemarin, "Dia cuma bilang, pelapornya masih penghuni apartemen ini, mereka suami-istri yang baru pindah ke sini."
Tunggu, tiba-tiba perasaan Jennie menjadi tidak enak.
°°°°°
Hampir pukul sepuluh malam, Jennie masih termenung di balkon kamarnya. Sementara sang suami sudah terlelap sejak beberapa menit yang lalu karena kelelahan.
Jennie melihat ke arah bawah, ke sebuah kedai dengan lampu yang masih menyala. Apalagi kalau bukan kedai es teh Rowoon.
Jennie mengerutkan kening saat Rowoon tiba-tiba melambaikan tangan ke arahnya.
"Sok asik." gumam Jennie pelan, kemudian kembali menghirup udara segar dari balkon kamarnya.
Namun pria itu tak kunjung berhenti, lambaian tangannya semakin kencang. Sepertinya Jennie salah mengartikan. Pria itu bukan sedang menyapanya, tapi itu seperti lambaian untuk menyuruhnya pergi.
Tak lama, Rowoon pun berlari meninggalkan kedainya menuju pintu masuk apartemen. Disusul beberapa pedagang lain yang memang juga petugas kepolisian.
Jennie kembali mengerutkan kening, "Mereka mau kemana?"
Tiba-tiba, setetes air dari atas apartemen jatuh ke pipinya. Jennie pun mengusap pipinya tanpa ragu. Tapi tunggu dulu, ini bukan tetesan air melainkan darah segar.
Tetesan darah kembali jatuh di pipinya, Jennie segera mendongak ke atas untuk melihat ke atas untuk melihat ke arah rooftop, jaraknya cukup dekat karena ia tinggal di lantai 9. Tentu saja ia bisa melihat sesuatu di rooftop dengan jelas.
Tunggu, ada seseorang di atas sana. Orang itu berdiri membelakangi arah Jennie melihatnya. Orang itu juga memakai pakaian serba hitam, dengan pisau di tangannya yang masih meneteskan darah segar.
Setelah itu, seluruh lampu apartemen padam. Orang itu pun berbalik, namun Jennie tidak mampu melihat wajah pria itu karena semuanya sudah berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Hell In Heaven
Misterio / Suspenso❝ Kayaknya, ada yang salah dari apartemen ini. ❞ *RE-PUBLISH 「Jenwoo (Jennie, Wonwoo) ft. 96 line」