"Gue ngga tau, anjir. Gue dapetin cermin itu dari undian minggu lalu. Tapi karena modelnya cewe banget, jadi lama-lama gue ga suka juga. Makanya gue kasih cermin itu ke lo kemarin."
Jennie hanya mampu menghela nafas lega. Meskipun dirinya masih curiga pada pria tersebut, namun ia melihat jika pria itu serius dengan perkataannya. "Lain kali cek dulu. Terutama karena itu barang hadiah, ga ada jaminan kalo barang itu aman."
Daniel menganggukkan kepalanya. Pria itu kemudian menatap lurus ke arah Jennie, "Gue.. ada rencana mau pindah dari apartemen itu. Lo juga kepikiran, kan?"
Perkataan Daniel memang benar. Pria itu baru pindah beberapa hari saja sudah merasakan ada yang aneh. Apa kabar dengan Jennie?
Namun, semuanya sudah terlambat. Jennie sudah terlanjur masuk ke dalam kasus ini. Mau tidak mau, gadis itu merasa harus segera menyelesaikan semuanya, agar ia tak menyesalinya di kemudian hari.
"Tentang kasus narkoba itu, harus kita laporin ga sih?" tanya Jennie mencoba mengubah topik.
"Kalo dipikir-pikir lagi, mending ngga usah, Jen."
"Kenapa?"
Daniel nampak mengedikkan bahu, "Penghuninya juga udah meninggal, bukan? Gue pikir, kalo kita laporin sekarang juga ngga akan ada gunanya."
Seketika Jennie terdiam. Ia menatap lurus ke arah Daniel, seolah meminta pria itu untuk mengulang dan menjelaskan perkataannya barusan.
Menyadari adanya tatapan curiga dari Jennie, lantas Daniel bertanya, "Apa?"
"Lo tau darimana kalo penghuni unit 4 udah meninggal?"
°°°°°
Malam yang gila.
Ya, sepertinya itu adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan malam ini bagi Wonwoo dan Jennie. Keduanya merencakan untuk diam-diam masuk ke dalam unit 4, setelah Wonwoo berhasil menemukan kunci ganda unit itu di kantor sang ayah. Memang gila.
Mereka melakukan rencana ini pada pukul setengah sebelas malam, karena biasanya orang-orang sudah menutup pintu unit masing-masing karena takut akan aturan pukul duabelas malam.
Meskipun hanya satu setengah jam, mereka berdua yakin rencananya akan berhasil dan mereka akan kembali ke unit dengan selamat. Semoga saja.
Petugas keamanan dan petugas apartemen lainnya sudah Wonwoo urus. Pria itu bekerja sama dengan staf dapur untuk memasukkan obat tidur pada kopi yang akan dihidangkan pada para petugas apartemen.
Beruntung, staf dapur berada di pihak Jennie dan Wonwoo karena merasa memang ada yang salah dengan apartemen ini. Begitupun dengan pengawas CCTV. Pengawas itu berkata jika ia beberapa kali diteror oleh seseorang, maka dari itu ia setuju untuk mencari tahu siapa orang yang sudah membuat keresahan di apartemen tempat ia bekerja saat ini.
Setelah masuk ke dalam unit itu, seperti biasa Jennie langsung menutup pintu dengan rapat. Jennie lantas segera mengajak Wonwoo ke dalam ruangan yang tak sempat ia kunci kemarin.
Sesuai dugaan, pria itu nampak terkejut, bahkan sangat. Namun pria itu tak ingin berlama-lama dan langsung mengambil beberapa dokumen dari tempat tersebut.
"Wonwoo, ini mau kita ambil juga?" tanya Jennie menunjukkan satu plastik kecil berisi serbuk berwarna putih.
Wonwoo hanya menganggukkan kepalanya. Pria itu segera memberi isyarat pada sang istri untuk ikut keluar bersamanya.
Mereka tidak bisa berlama-lama di dalam unit tersebut, karena tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa saat ke depan.
°°°°°
"Harus banget malem ini juga?"
Wonwoo tersenyum kecil, "Kamu istirahat duluan aja."
Jennie menggelengkan kepalanya. Ia segera duduk di samping Wonwoo kemudian mulai mengambil selembar kertas yang akan ia periksa.
"Jen."
"Cepetan jelasin apa yang harus dicari."
Wonwoo menghela nafas pelan, kemudian berkata, "Buat sekarang, kita harus cermati dulu semua berkas ini. Kita cari nama-nama familiar yang mencurigakan."
"Okay."
Keduanya pun mulai sibuk dengan kertas di tangannya masing-masing. Tak lama, Jennie melirik wajah sang suami. Pria itu selalu berangkat pagi dan pulang malam, namun Wonwoo tak pernah keliatan kelelahan sekalipun. Jennie khawatir ada yang salah dengan pria itu.
Jennie hanya menggelengkan kepalanya, lalu kembali fokus mencermati berkas di tangannya, begitu pun dengan Wonwoo.
Entah kenapa, perasaan Jennie tidak enak. Seperti ada yang salah. Ia merasa tidak seharusnya mereka ikut campur dengan masalah apartemen sejauh ini.
Satu jam berlalu, mata Jennie rasanya tak kuat lagi untuk melanjutkan. Semua nama yang ada pada berkas itu benar-benar asing.
Namun, matanya kembali terbuka saat menemukan satu-satunya nama yang familiar bagi dirinya. Sejujurnya isi kertas itu sulit dimengerti karena beberapa bagian yang rusak. Namun Jennie menyakini ada 2 kemungkinan, seseorang ini pasti pengguna atau justru pembuat narkoba.
"Wonwoo, ada nama tuan Jeon di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Hell In Heaven
Mistério / Suspense❝ Kayaknya, ada yang salah dari apartemen ini. ❞ *RE-PUBLISH 「Jenwoo (Jennie, Wonwoo) ft. 96 line」