HIH : 2O

201 42 15
                                    

hii! udah lunas yaa double-double updatenya😉
sampai jumpa di chapter selanjutnya di hari senin, terimakasih semuanyaaa ~🤍👋🏻

°°°°°



"Lo ngga tau aja. Minggu lalu, kafe ini tiba-tiba ngadain undian. Terus, ada yang dapet blender, mixer, sampe standing mirror lucu warna pink. Tapi, sayang banget yang dapet standing mirror itu cowo."

"Lah, emang hadiahnya random?"

"Ngga, hadiahnya dipilihin langsung sama ownernya. Padahal ada mesin pembuat kopi gitu. Tapi ngga tau kenapa, ownernya malah pilih cermin buat tu cowo."

Siang tadi, Jennie mengunjungi kafe sang sahabat untuk berdiskusi tentang acara yang akan diadakan nanti malam di kafe tersebut. Jeongyeon rencananya akan mengadakan live music, serta membagikan kopi dan beberapa makanan ringan gratis kepada pengunjung yang datang nanti malam. Namun, percakapan dua orang pengunjung itu benar-benar membuat Jennie khawatir.

"Keur naon, anying?"

"Lo mau kemana?"

Daniel menatap jengkel gadis cantik yang sedang menghalangi jalannya. Gadis itu tampak merentangkan kedua tangannya untuk menghentikan langkah Daniel.

Begitu pintu lift terbuka, Daniel langsung menyingkirkan tubuh mungil Jennie dengan mudah. Kemudian, pria itu segera masuk ke dalam lift bersama Jennie yang terus mengikutinya.

"Jeong's cafe, di sana ada acara." balas Daniel kemudian.

"Ngapain?"

"Mau nonton live music doang emang ga boleh? Lagian, lo juga mau kemana malem-malem gini?" tanya balik Daniel saat menyadari Jennie berpakaian rapih dengan sedikit riasan wajah.

"Jeong's cafe."

Daniel menjentikkan jari di depan wajah Jennie, membuat gadis itu sedikit terlonjak. "Sama dong! Yuk bareng aja sama gue."

"Lo belum jawab pertanyaan gue, ya anjing. Ngapain lo pergi sana?" tanya Jennie kesal, karena Daniel terus-terusan mengabaikan pertanyaannya.

"Lah, lo ga tau? Kan owner Jeong's cafe udah ngasih gue cermin waktu itu. Kalo gue dateng ke sana, siapa tau gue bakal dapet hadiah lagi ya kan, hehe,"




°°°°°





Jennie terus-terusan memberi isyarat pada Daniel yang sedang bernyanyi di atas panggung untuk turun. Bukan apa, hanya saja Jennie merasa malu saat pria itu bernyanyi dengan suara yang tidak terlalu merdu.

"Temen lo?" tanya Jeongyeon sembari terkekeh.

Jennie menganggukkan kepalanya pelan, "Sorry ya, Jeong. Anaknya emang malu-maluin."

"Ya, gapapalah." balas Jeongyeon santai, "Seru tau punya temen kayak gitu. Nanti kalo dia ngga ada, lo pasti bakal kesepian."

"Iya sih."

"Gue mau ke belakang dulu ya." pamit Jeongyeon, kemudian pergi meninggalkan Jennie sendirian.

"Puas banget gue. Kira-kira, gue bakal dapet hadiah apa lagi ya?" tanya pria itu bersemangat sembari memperhatikan beberapa kotak hadiah yang berjejer di samping panggung.

"Pulang yuk. Udah malem."

"Baru jam setengah sepuluh, aelah. Disuruh balik sama suami lo ya?" Melihat Jennie menganggukkan kepalanya, lantas Daniel berkata, "Gue pesenin taksi online, mau?"

"Ngga usah. Lo ngga akan pulang?"

"Bentaran lagi. Kalo misalnya terlalu malem, gue bakal balik ke rumah abang."

Jennie hanya menghela nafas lega. Hal yang paling dikhawatirkan Jennie adalah akan terjadi sesuatu jika Daniel nekat kembali ke apartemen tengah malam. Beruntung pria itu sudah mengerti, jadi Jennie tidak perlu membujuknya untuk pulang sekarang.

"Yaudah, gue balik duluan ya. Gue nyari taksi di depan aja." ucap Jennie, lalu mulai melangkah menuju pintu keluar kafe.




°°°°°




"Makasih ya, pak."

Setelah tukang ojek itu pergi, Jennie melihat Wonwoo berlari dari pintu masuk apartemen ke arahnya.

"Wonwoo, maaf tadi —,"

Belum sempat Jennie menjelaskan, pria itu langsung menarik lengan Jennie dan membawanya masuk ke dalam apartemen. Wonwoo pun segera masuk ke dalam lift, untuk membawa sang istri kembali ke unit mereka.

Selama lift naik, Jennie hanya diam tak bersuara. Pria itu tampaknya marah. Jennie mengerti, ia memang salah. Dan ia tak akan berusaha mencari pembenaran untuk tindakannya itu.

Saat mereka hendak keluar dari lift, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari atap apartemen.

"Wonwoo.. itu suara..."

Wonwoo menarik Jennie kembali ke dalam unit, mengabaikan suara tembakan yang terdengar untuk kedua kalinya. Wonwoo langsung mengunci apartemennya dengan kunci ganda yang sengaja ia buat, sementara Jennie sudah terduduk lemas di lantai.

Waktu hampir menunjukkan pukul duabelas malam, keduanya tak bisa berbuat apapun. Mereka hanya bisa bersikap egois untuk menyelamatkan diri, seperti biasanya.



"Kenapa?!" tanya Wonwoo saat melihat Jennie tiba-tiba menangis histeris. Gadis itu langsung beranjak dan mencoba membuka pintu apartemen yang sudah Wonwoo kunci rapat dengan paksa.

Wonwoo pun segera mengambil ponsel yang Jennie jatuhkan. Mulutnya langsung tertutup rapat saat melihat gambar pada ponsel sang istri.

"Wonwoo, buka pintunya! Cepetan buka pintunya!"

Wonwoo segera mendekati Jennie dan memeluknya sangat erat, mencoba menghentikan pergerakan gadis itu. "Jangan.. tolong, jangan keluar.. "



Korban dari suara tembakan tadi adalah Daniel dan Hanbin.

Seseorang mengirimkan foto Daniel dan Hanbin yang tak sadarkan diri dengan tubuh berlumuran darah di tangga rooftop pada ponsel Jennie.

[✓] Hell In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang