Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, itu artinya sebentar lagi acara akan segera berakhir.
Saat ini, Doyoung dan Sejeong sudah sah menjadi sepasang suami-istri.
Sudah satu jam berlalu sejak Jennie dan Wonwoo berdiri dekat sofa yang di bawahnya terdapat senjata, namun tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Gadis itu berulang kali menghela nafas kasar karena kakinya terasa sangat pegal.
"Wonwoo, mungkin bukan mereka targetnya."
"Atau mungkin, ini bukan harinya."
Jennie menganggukkan kepalanya, menyetujui perkataan sang suami. Sepertinya, pembunuh itu tidak akan melakukan aksinya hari ini. Karena sejak awal hingga saat ini, tidak ada satu orang pun yang terlihat mencurigakan. Lalu, untuk apa sebenarnya senjata itu?
Melihat Jennie yang nampak kelelahan, lantas Wonwoo berkata, "Kamu pulang duluan aja, habis itu langsung kunci pintu kamar."
"Sendirian?"
"Aku bakal nunggu di sini sampai acaranya selesai. Sampai Sejeong sama Doyoung balik ke rumahnya."
Jennie terdiam sejenak. Gadis itu ingin menemani Wonwoo sampai acaranya selesai, namun tubuhnya menolak. Ia sudah lelah dengan kemeriahan pesta itu.
Pukul sembilan tepat.
Itu artinya, acara formal sudah resmi berakhir. Setelah ini, akan diadakan after party.
Namun, Jennie mutuskan untuk pulang saja. Wonwoo segera membawa Jennie untuk berpamitan terlebih dahulu pada pasangan pemilik acara, juga kepada keluarga Jeon yang hadir sebagai tamu.
Setelah itu, Wonwoo langsung mengantar Jennie kembali ke unitnya. Tak lupa, ia pun kembali mengganti kode apartemen demi keamanan dan keselamatan sang istri.
°°°°°
"Gila, cantiknya." Jennie terkesima saat Sejeong dan Doyoung memamerkan cincin pernikahan mereka.
Dua hari telah berlalu sejak pernikahan Doyoung dan Sejeong dilangsungkan, semuanya baik-baik saja. Sejak acara berakhir, Jennie tak henti-hentinya menanyakan kondisi Sejeong, gadis itu banyak mengirimkan pesan bahkan beberapa kali menelepon hanya untuk memastikan temannya itu masih hidup. Berlebihan memang. Namun sejujurnya, Jennie benar-benar khawatir.
Sejeong pun tersenyum bangga. Namun, tiba-tiba gadis itu memperhatikan jemari Jennie, "Punya lo mana?"
Mendengar hal itu, lantas Jennie segera menyembunyikan kedua tangannya ke bawah meja kantin. "Ada, di kamar." jawabnya kemudian.
"Kenapa ga dipake aja sih? Padahal, gue liat suami lo pake tiap hari." Doyoung bertanya dengan heran.
"Ya emang kenapa sih? Dia juga ga permasalahin kok." ucap Jennie memberi pembelaan.
Sejeong menatap Jennie curiga, "Jangan-jangan, lo lagi ngincer cowo lain ya?!"
"Ngga ya, gila aja!" seru Jennie menolak keras pertanyaan Sejeong.
Doyoung terkekeh pelan melihat interaksi dua wanita di hadapannya itu, "Coba pake deh, Jen. Gue jamin dia bakal bahagia banget."
Jennie hanya menganggukkan kepala pelan, tak ada niatan untuk kembali meladeni perkataan Doyoung.
Jennie pun segera mengeluarkan ponsel dari tasnya saat mendengar benda itu bergetar. Nampak sebuah pesan masuk dari Kim Jaehwan, si petugas kepolisian.
Kim Jaehwan (polisi)
Selamat siang, nona Jennie.
Kami ingin memberitahu anda sesuatu.
Kami mendapat sedikit gambaran tentang pelaku yang nona cari. Sepertinya, pelaku yang mencoba masuk ke dalam unit nona adalah seorang perempuan.°°°°°
Pukul sebelas malam, Wonwoo baru tiba di unitnya. Pria itu perlahan masuk ke dalam kamar, berusaha untuk tak menimbulkan suara yang akan menganggu istirahat seseorang.
Namun siapa sangka, seseorang yang Wonwoo maksud itu sedang bergelut dengan nakas di kamar seolah seperti mencari sesuatu.
"Jen." Mendengar sang istri yang hanya berdehem, Wonwoo kembali bertanya, "Cari apa?"
"Cincin aku."
Wonwoo mengerutkan kening, "Cincin yang mana?"
"Cincin pernikahan kita."
Seketika, pergerakan tangan Jennie terhenti. Gadis itu menoleh dan mendapati sang suami yang sedang tersenyum gemas kepadanya.
Jennie kembali berdehem, kemudian mengalihkan wajahnya karena sedikit malu, "Kamu bantuin cari ya! Aku mau ke toilet dulu."
Setelah mengatakan hal itu, lantas Jennie segera berlari ke dalam kamar mandi dan merutuki perkataannya barusan.
Di sisi lain, Wonwoo tak bisa menyembunyikan senyuman di wajahnya. Membuka jasnya, Wonwoo pun segera menyusuri tempat di setiap sudut kamar untuk mencari cincin pernikahan milik Jennie.
"Wonwoo!"
Mendengar kepanikan dalam teriakan Jennie, lantas Wonwoo segera berlari dan membuka pintu kamar mandi. Beruntung, sepertinya gadis itu lupa mengunci pintu.
Mata Wonwoo terbelalak saat mendapati istrinya terduduk lemas di lantai kamar mandi. Gadis itu duduk dengan darah segar hampir menutupi seluruh tangannya.
Wonwoo segera menghampiri gadis itu, lalu memeriksa seluruh tubuh istrinya, "Kamu kenapa?!"
Jennie hanya terdiam, wajahnya terlihat sangat ketakutan. Tak lama, akhirnya gadis itu menunjuk ke wastafel di kamar mandi.
Terlihat kran air di wastafel menyala. Namun yang keluar dari kran tersebut bukanlah air biasa, melainkan darah yang nampak masih segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Hell In Heaven
Mistério / Suspense❝ Kayaknya, ada yang salah dari apartemen ini. ❞ *RE-PUBLISH 「Jenwoo (Jennie, Wonwoo) ft. 96 line」