Penyelamatan <1>

63 6 0
                                    

Bunyi sirine mobil pemadam kebakaran, polisi, dan ambulance begitu terdengar dan memekakan telinga siapa saja yang berada didekat mobil penyelamat itu.

Petugas-petugas sedang berusaha membujuk seorang lelaki mungil yang kini tengah berusaha untuk melompat dari gedung berlantai 8.

Entah karna apa lelaki itu ingin mengakhiri hidupnya dengan cepat.

"NAK TURUNLAH, PASTI KELUARGAMU MENUNGGU MU!." Teriak petugas polisi dengan pengeras suara yang ia pegang.

Lelaki mungil itu tak bergeming. Seakan menulikan pendengaran nya. Ia mulai berjalan perlahan-lahan kesamping tembok gedung itu. Mengikis jarak diantara hidup dan mati.

Ia melangkah semakin mendekat hingga...

"Hei....kemarilah, turun dari situ, aku berjanji kau akan bahagia." Ucap pria didepan dirinya dengan tatapan lembut.

"Benarkah?."

Pria itu mengangguk. "Ya, sekarang turunlah."

"Tidak mau...aku tidak percaya, kau pasti sedang membodohi ku. Semua manusia didunia telah membodohi, dan membohongiku!."

"Aku akan memutus nadiku jika aku berbohong kepadamu, bahkan jika mau, kau yang nanti memutuskan nadiku."

Lelaki mungil itu terus memandangi pria dewasa didepannya. Tak tahu ia harus berbuat apa.

Memilih untuk menjatuhkan diri dari gedung ini.....

Atau menerima uluran pria didepannya?.

Tanpa ia sadari. Ia melamun hingga membuat kepalanya pusing.

Ia linglung.

"Maaf. Tapi aku lebih memilih mati!."

Dan...

GREPP

"ARGHHH!!!, LEPASKAN AKU!. LEPASKAN!. AKU INGIN MATI SIALAN!!!."

Tidak. Ia tidak bisa menjatuhkan dirinya. Pria didepannya memeluk dan menarik tubuhnya kebelakang.

Ia tak bisa bergerak. Pria itu memeluknya dengan erat. Seakan tak ingin dirinya pergi.

"Jangan pernah berfikir untuk mengakhiri hidupmu lagi. Hidupmu masih panjang, kau tahu?."

"Aku tidak peduli!. Hidup ini memuakkan. Manusia didunia ini sungguh membuat diriku muak!." Ia mengamuk. Lelaki mungil itu menggigit dan juga menancapkan kuku panjangnya ke punggung sang pria.

Bukannya melepaskan pelukan eratnya ini dan mengerang kesakitan. Pria itu malah semakin erat mendekap tubuh sang lelaki mungil dipelukan nya.

Tak peduli pada rasa perih di punggung nya, tak peduli sakitnya digigit.

Pria itu terus memeluk sang lelaki mungil. Sampai kapanpun ia tak akan melepaskan pelukannya, atau bahkan ia akan menunggu lelaki mungil ini tertidur dan pingsan. Dirasa lelaki mungil itu tenang. Nanti ia akan melepaskan nya. Mungkin.

"Hiks...me-mengapa...mengapa kau menolong ku hiks, ka-kau pasti ingin i-imbalan seperti dia bukan?!, Hiks...kau mau tubuhku?, Hiks ayo lakukan lah hiks!." Racaunya.

Tak mengerti dengan ucapan sang lelaki mungil ini. Pria itu lebih memilih untuk menenangkan nya saja. Walau ia tau cara itu tak akan sepenuhnya ampuh.

....

Sekitar 4 jam pria itu menenangkan sang lelaki mungil di dekapan nya ini.

Ia berhasil. Buktinya sang lelaki tertidur dipelukan hangat nya itu.

"Terus lah hidup. Aku tau kau kuat. Kau hanya putus asa karna tak ada yang bisa menemani masa sulitmu. Berjanjilah tetap hidup. Kumohon berjanjilah...." Lirih pria itu.

Lantas ia membawa tubuh mungil lelaki itu turun dari lantai 8. Ia membawanya kedalam ambulance, takut saja hal yang tidak-tidak terjadi pada lelaki itu.






*****








"Astaga....dia mengalami depresi berat!, Apa yang ia lalui selama ini ya tuhan...kasihan sekali dirinya." Ucap dokter yang menangani lelaki mungil itu.

Pria yang setia disamping nya terus menatap khawatir kepada lelaki yang tengah tertidur di ranjang rumah sakit itu.

"Tristan, jaga dia sebentar. Jika dia sadar cepat panggil dokter."

Sang empu yang dipanggil dengan nama Tristan pun mengangguk. "Baik"

Dokter pun pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Tristan harfiansley atau biasa dipanggil Tristan. Anak kedua pengusaha terbesar dinegaranya.

Tristan bukanlah anak yang mau menikmati harta orang tuanya secara instan. Ia ingin merasakan segala sesuatu dari nol.

Bahkan disaat ia disuruh untuk menjalankan perusahaan ayahnya. Ia lebih memilih untuk mengejar cita-cita nya. Menjadi seorang pemadam kebakaran.

Ya sang kepala keluarga alias ayah Tristan tak mengekang dirinya. Ia terus mendukung sang anak.

"Bahkan kau tak memiliki identitas diri." Gumam Tristan dengan jari telunjuk yang ia kaitkan ke jari lelaki mungil dihadapan nya.










TBC.
Tidak memaksa votment.

ALTRIS [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang