I hope you like it!
💐
Sudah tiga minggu Al tinggal ditempat Tristan. Keduanya semakin akrab setiap harinya.
Bahkan sekarang mereka seperti seorang sahabat yang suka tak tahu diri. Sebenarnya bukan Al yang tak tahu diri, namun pemilik rumah nya lah yang tak tahu diri.
Seperti sekarang ini. Tristan tengah memeluk Al dari belakang. Mengganggu acara memasak nya.
Al tentu saja geram dan tak nyaman jika dipeluk seperti itu. Ia sudah berkali-kali menegur Tristan bahkan juga sudah beberapa kali menghempaskan lengan Tristan yang memeluk nya.
Sudah seperti sepasang kekasih saja!. Tapi tenang. Itu sudah biasa bagi Al dan juga Tristan. Berlagak seperti orang yang berpacaran hanya Gimik. Agar tidak ada yang berfikiran negatif pada Al.
Mengingat dimana Tristan memiliki tetangga yang begitu menyukai gosip.
"Aishhh, Tristan! Kau mengganggu ku!." Geram Al.
Tristan hanya diam tak berniat untuk melepaskan pelukannya.
"Lepaskan atau tak ada udang selama satu bulan." Ancam Al yang mampu membuat Tristan melepaskan pelukannya.
Hah. Diancam dengan udang saja langsung. Coba saja Al memikirkan hal ini sedari tadi mungkin ia akan leluasa memasak. Mengapa ia bodoh ya?.
Sudahlah lebih baik dirinya melanjutkan acara memasak nya yang tertunda.
***
"Ugh!."
"Hei kau kenapa?."
"Sepertinya aku aka- huekk."
Al berlari dengan cepat meninggalkan Tristan yang memasang wajah bingung. Ia tak terlalu mengerti tentang kehamilan wajar saja Tristan menjadi buntalan ikan buntal.
Get it?, Maksud nya mukanya jadi bingung kayak ikan buntal yang menggembung. Gak ngerti ya?.
Skip lah.
Al kembali ke meja makan dengan raut wajahnya yang ia buat seperti anak yang sedang merajuk.
Bibir yang ia manyunkan, matanya yang menyendu seakan ingin menangis, lalu hidungnya yang memerah.
"Kau menangis?, Hei jangan mena- oh astaga kemari lah." Tristan menarik tubuh Al kepelukan nya. Membawa tubuh mungil Al kedalam pelukan hangatnya.
Tapi belum sempat melanjutkan pertanyaan nya. Al malah menangis sungguhan.
Tristan tentu saja kelimpungan. Tak mengerti mengapa Al bisa menangis secepat itu.
Ah ia ingat. Biasanya ibu hamil memiliki tingkat mood sensitif yang tinggi.
Mungkin itu penyebab utamanya Al menangis, pikir Tristan.
"Cup cup...tak usah menangis ada aku tenang saja---."
"....kau mau apa?, Ice cream?, Cookies?, Atau puding?." Tawar Tristan menyogok Al dengan makanan kesukaan nya.
Al menggeleng dalam pelukan Tristan. Ia menduselkan kepalanya kepada leher Tristan, menghirup aroma khas yang menempel pada tubuh Tristan.
Aromanya sangat menenangkan bagi Al.
"Hiks...tidak mau apa-apa."
"Baiklah aku mengerti."
Tristan mengelus-elus punggung Al. Mencoba memberikan kenyamanan padanya.
Melupakan makanan kesukaan dirinya dan memilih untuk memeluk Al. Tristan tak peduli udangnya menjadi dingin. Ia lebih memilih untuk memperhatikan Al dahulu.
Lagipula udang masih bisa dihangatkan bukan?.
"Tristan."
"Hm?"
"Aku ingin memakan bunga mawar."
Tristan melongo. Apa ia tidak salah dengar?. Yang benar saja!
Al mengidam ingin memakan bunga mawar?. Benar-benar diluar dugaan.
"Tapi bunga mawar tidak bisa dimakan Al." Jawab Tristan selembut mungkin agar Al mengerti.
Al menggeleng. "Bisa!, Aku ingin bunga mawar!." Keukeuh Al. Ia menatap memohon kepada Tristan agar bisa memakan bunga mawar.
"Kumohon... Ya? Ya?."
"Al... Itu tidak mungkin bisa dimakan."
"Hiks...."
"Oke-oke!, Besok kita beli, tapi tidak dengan bunga mawar yang asli, melainkan makanan berbentuk bunga mawar ya?." Final Tristan membuat Al memekik girang.
***
Cklek.
Tristan membuka pintu kamar Al dengan pelan. Tak mau membangun kan sang empu yang tengah tertidur pulas.
Ia berjalan perlahan mendekati ranjang Al. Mendudukkan dirinya disamping ranjang.
Mengulas sedikit senyuman saat melihat wajah teduh Al yang tengah terlelap itu. Rasanya menenangkan melihat wajah cantiknya.
Eh?!.
Maaf maksudnya sangat menenangkan melihat wajah pulas Al.
Tristan menaruh telapak tangannya dihadapan perut Al yang mulai timbul. Mengelusnya pelan seraya menggumamkan kata-kata random.
Ia jadi berfikir. Betapa kerasnya hidup Al dahulu. Mempertahankan janin disaat ayahnya tidak menginginkan nya itu sangatlah berat.
Al seseorang yang kuat. Sepertinya ia sudah terlalu terbiasa mengalami hal seperti itu. Hingga tak sadar bahwa dirinya sampai mengalami depresi.
"Ugh.." lengguh Al ketika terusik oleh tangan Tristan.
Sontak dengan cepat Tristan menarik kembali tangannya. "Shhtt.... maaf-maaf tidurlah kembali ya." Bisik Tristan yang tak terdengar sama sekali.
"Hmm.. jika aku tidur disini tidak apa-apa bukan?, Aku mengantuk." Keluh Tristan saat merasakan kantuk yang menyerangnya disaat sedang menikmati pemandangan Al yang tengah tertidur.
Tak memikirkan hal lain lagi. Tristan akhirnya menidurkan dirinya di samping sebelah kanan Al. Menyamankan posisinya sebentar lalu tak lupa memasang guling pembatas. Agar tak menimbulkan hal-hal buruk. Mungkin.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTRIS [BXB]
Ficção AdolescenteIni hanya kisah dari Dhinan Al Pratama dan juga Tristan harfiansley. BXB. HOMO. BL. GAY. LGBT. PELANGI. SEGENDER. Jika tertarik mari baca book saya, jangan ber-ekspektasi tinggi terhadap book nya ya. Maklumi jika banyak typo atau kesalahan penulisan...