Tinggal bersama <6>

35 3 0
                                    

-beberapa bulan kemudian-

/Tristan pov/

Aku sudah memutuskan hal ini sematang mungkin. Membawa dirinya tinggal bersama ku. Hingga ia melahirkan.

Omong-omong dirinya sudah sembuh. Dalam artian ia sudah kembali normal. Trauma masa lalunya kini mulai terhapus dari ingatan nya.

Itu sengaja aku lakukan, aku mengatakan kepada key agar menghapus sedikit demi sedikit ingatan masa lalunya yang buruk.

Keadaan nya benar-benar membaik. Hanya saja mungkin dirinya harus kontrol tiga minggu sekali. Itu yang dikatakan key.

Entah mengapa aku melakukan hal ini. Namun sepertinya aku merasa kasihan kepadanya.

***

"Maaf rumahku tak terlalu besar." Ucapku sopan sembari membawa tas berukuran sedang ditangan sebelah kiri ku.

Dia menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Sepertinya ia sedang mengejekku.

Bibir itu bergerak pelan seakan berbicara 'kecil dari segi mananya?!, Rumah ini bahkan lebih besar dari petak keseluruhan rumahku dulu!.'

Ah sudahlah lupakan saja.

Aku menaruh tas berukuran sedang itu kedalam kamar tamu. Tempat dimana nanti lelaki mungil itu tidur. Ya kan tidak mungkin ia tidur bersama ku.

"Terimakasih." Katanya. Aku hanya mengangguk lalu keluar dari kamar. Meninggalkan dia sendirian.

Ah ya. Kalian harus tahu. Dirinya mulai banyak berbicara saat aku menemani nya dirumah sakit. Tapi jika dengan orang lain ia tak banyak berbicara.

Mungkin ia merasa nyaman denganku?. Bukankah rencana ku berhasil. Dan juga janji ku diawal mulai terkabul.

Dia pasti merasa bahwa aku bisa membuat nya aman.

/Tristan pov end/


*****


Pukul 08.00 malam.

Tristan tengah bergelung nyaman di kasur empuknya. Tak ingat waktu memang dirinya kalau sudah tertidur nyenyak.

Bau harum masakan yang baru saja jadi tercium oleh hidung mancung milik Tristan. Bau nya begitu menyengat sampai Tristan terbangun seutuhnya.

Ia berjalan turun kebawah lalu melihat lelaki yang ia tolong sedang memasak dengan telaten.

Jangan tanya, mengapa lelaki mungil itu bisa memasak. Tanyakan saja pada key, dia yang tahu semuanya.

"Apa yang kau masak?, Wanginya begitu harum!." Ucap Tristan sedikit bersemangat. Tentu ia bersemangat karna sudah lama ia tak memakan makanan rumah.

"Hanya sup dan udang pedas manis saja." Jawabnya.

Tristan membolakan matanya terkejut. Hei! Kebetulan macam apa ini?, Bagaimana dia tau bahwa Tristan menyukai udang pedas manis?!.

"Benarkah?!, Wah aku sangat menyukai udang!." Pekik Tristan lalu duduk di kursi makan.

Lihat!. Tristan seperti anak SD yang tengah menunggu makanan kesukaan nya jadi. Tangannya tak henti-hentinya ia ketukan dimeja.

Hah benar-benar lucu.

Makanan pun akhirnya jadi. Lelaki itu menaruh sup dan udang pedas manis kedekat Tristan. Agar memudahkan Tristan mengambil lauk pauknya.

Sang empu yang sejak tadi terlihat tak sabar pun langsung mengambil udang pedas manis itu dengan cepat.

"Bagaimana?." Tanyanya pelan saat melihat Tristan yang begitu lahap memakan masakan nya itu.

Tristan mengangguk ribut. "Ini benar-benar enak!."

"-ah kau tidak makan juga?." Lanjut Tristan.

"Tidak. Aku tidak berselera."

"Makanlah, kau bisa sakit."

"Tidak, sebenarnya aku alergi udang."

"Ah maaf memaksa mu" Tristan merasa bersalah.

"Tak apa---." Ucapnya terjeda.

"......namaku Al." Lanjutnya tiba-tiba.

Tristan tersedak kecil, ia terkejut. Tak menyangka lelaki itu akan menyebutkan namanya sendiri dan memperkenalkan nya kepada dirinya.

"Dhinan Al Pratama, itu nama asliku. Kau bisa memanggilku Al." Al tersenyum manis sampai memperlihatkan deretan giginya.

Tristan merasakan jantungnya berhenti berdetak sedetik. Rasanya sangat aneh.

"Ku kira kau melupakan nama mu sendiri." Tristan menggaruk belakang lehernya tidak gatal. Sebenarnya ia hanya merasa gugup.

Entah mengapa. Al memandangi wajahnya sangat lekat. Ia merasa pipinya akan segera merona.

Hei!. Mengapa Tristan malah seperti seorang gadis yang tengah di gombali pacar nya!. Aishh...ini tak boleh terjadi.

"Kau tampan."

Sudahlah tak usah banyak bicara lagi Al. Tristan akan semakin menjadi-jadi bila seperti ini. Pipinya sudah terasa panas kau tau!.

Al kini malah tertawa melihat reaksi Tristan. Ia terbahak-bahak namun tetap menjaga image nya.

Tak seperti readers, tertawa sampai memukul apapun yang ada disampingnya. Bahkan sampai tak bersuara bila candaan nya begitu lucu dan macam-macam juga suaranya.

Al tertawa begitu rupawan. Suaranya tak begitu melengking. Bahkan itu terdengar halus walaupun ia sedang tertawa.

"C-cukup kau membuat ku malu Al." Protes Tristan.

Al pun berhenti tertawa dan menetralkan mimik wajahnya. "Maaf-maaf aku tak sengaja, tapi aku tak berbohong. Kau memang tampan."

Dan berakhir dimana Tristan yang tak dapat menahan malunya dan juga Al yang tak henti-hentinya menggoda Tristan.

TBC.

ALTRIS [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang