Menyebalkan. Benar-benar menyebalkan. Mengapa hanya dirinya saja yang tidak disukai oleh lelaki mungil itu?. Hei bahkan dirinya tak pernah memiliki masalah dengan nya.
Dan juga jika mengingat kembali pada faktanya, bahwa Tristan lah yang menyelamatkan nya!. Hah....
Melihat bagaimana dekatnya key dengan lelaki mungil itu membuat dirinya iri. Ia juga ingin dekat seperti itu. Bukankah jika ia dekat dengan lelaki mungil itu akan mempererat janjinya?.
"Hei!, Kau melamun lagi Tris!." Ucap key sembari menepuk pundak Tristan.
"Tidak, aku tidak melamun. Aku sedang berfikir." Jawab Tristan seadanya. Key mengerutkan dahinya. Ia bingung.
"Bagaimana caranya agar aku bisa dekat dengan lelaki mungil seperti dia key?." Lanjut Tristan.
"Ah kau sedang berfikir untuk berusaha dekat dengan lelaki mungil itu ternyata. Menurutku kau hanya perlu terus menerus mengajaknya mengobrol." Kata key dengan jujur.
Tristan menghenla nafasnya pelan. "Setiap aku mengajaknya mengobrol, pasti dia akan berteriak 'DIAMLAH PRIA JELEK!', seperti itu!." Ucapnya sembari memperagakan bagaimana lelaki itu berbicara.
Key tertawa lepas. Ia lupa jika lelaki mungil itu tidak suka dengan Tristan.
Key meredakan tawanya lalu menepuk pundak Tristan lagi. "Kau setiap hari selalu mengunjunginya bukan?, Cobalah memberikan sesuatu yang menarik perhatiannya setiap hari."
"Maksudmu, sebuah hadiah?."
Kavian mengangguk. "Ya seperti itulah, contohnya seperti diriku yang selalu membawa pil obat berbungkus seperti permen." Ucap nya.
Tristan mengangguk. "Apa yang tidak dia sukai?, Dan apa yang dia sukai."
"Hmm... Sebentar.... Menurut ku, ia paling menyukai sesuatu hal yang memiliki rasa manis, dan dia sangat membenci kalung liontin." Jawab key. Tristan kembali mengangguk walau sedikit aneh.
*****
/Tristan pov/
Mengikuti apa yang key sarankan. Aku sekarang sedang berada di tempat perbelanjaan. Membeli barang-barang yang menurutku bagus dan menarik untuk lelaki itu.
Aku sedikit merasa aneh saat mendengar penuturan key tadi.
Lelaki itu membenci kalung liontin, bukankah liontin itu sangat indah dan juga cantik?. Mengapa ia tak menyukainya?.
Ah sudahlah.
Mengambil beberapa makanan manis dan juga satu boneka beruang putih. Akhirnya aku membawa belanjaan tersebut ke kasir untuk dibayar.
Setelah selesai, dengan perasaan yang lumayan senang. Aku pun lantas bergegas kembali kerumah sakit.
Membawa banyak belanjaan memang begitu sulit. Namun rasa penasaran akan respon lelaki mungil itu membuatku tak sabar.
Tak lama akhirnya aku sampai dirumah sakit. Dengan langkah yang tergesa-gesa aku berjalan dengan cepat keruangan dia.
Cklek.
Dan kulihat, ternyata ada key juga disana. Ia sedang berbincang hangat dengan lelaki mungil itu.
"Oh Tris. Waw kau mengikuti saran ku ternyata!." Ucap key.
Aku tak memperdulikan key yang tengah menatap ku takjub. Aku masih fokus untuk melihat kearah lelaki mungil itu.
Aku mendekat kearahnya. Lalu duduk dikursi dekat dengan ranjangnya.
Lelaki mungil itu tak mau menatapku. Ia masih sibuk menarik-narik pelan baju yang key pakai.
"Hei aku membawakan mu hadiah, apa kau tidak mau?." Tanyaku pada lelaki mungil itu.
"Kau mengganggu pria jelek!." Jawab nya.
Memang sepertinya dia tidak mau dekat denganku. Sulit sekali rasanya menarik perhatian dia.
Key terlihat membantuku untuk menarik atensi lelaki mungil itu. "Hei lihatlah kepadanya, dia membawa permen loh." Bujuk key.
Dan akhirnya dia menengok!. Ah senangnya, ini kesempatan ku!.
Aku mengambil tas belanjaan ku lalu ku perlihatkan padanya. Ia nampak berbinar dengan mulut yang terbuka kecil.
"Apa kau mau?." Tanya ku lagi. Dia mengangguk antusias dengan tangan yang tak bisa diam.
Aku lantas memberikan semua nya kepada lelaki mungil itu. Dia nampak senang sekali. Wajahnya bahkan tak henti-hentinya memperlihatkan senyuman.
Bagus, misi pertama ku berhasil.
Aku acungkan jempol kepada key yang menatap ku, lalu dibalas olehnya dengan acungan jempol juga.
/Tristan pov end/
*****
Hari berganti hari. Kini lelaki mungil itu sudah lumayan dekat dengan Tristan. Ya, walaupun masih memanggil Tristan dengan sebutan 'pria jelek'.
Namun semua itu tetap membuat Tristan merasa senang. Tak cuma Tristan yang senang, key pun merasa senang. Karna kesehatan lelaki mungil itu berkembang dengan pesat.
"Pria jelek! Bukannya kau memiliki janji denganku!." Ucap lelaki mungil itu dengan tatapan tajamnya.
Tristan berpura-pura tidak tahu. Ia ingin mengasah seberapa pesatnya lelaki mungil itu untuk sembuh.
"Apa?." Tanya Tristan.
Lelaki mungil itu merenggut kesal. "Kau bilang ingin mengajakku ke taman!, Aku ingin ketaman sekarang!." Katanya.
Tristan malah semakin berulah ia benar-benar jahil!.
"Kapan aku berjanji seperti itu?."
"Ka-kau, yak! Pria jelek membohongiku huwaaaaaa!!!! Dokter-dokter pria jelek itu membohongiku hiks di-dia hiks bohong-!!." Adunya pada key yang terus melihat kejadian tadi.
Key lalu memukul kepala Tristan main-main. "Kau tau?! Susah untuk meredakan tangisan nya!." Desis key.
"Sini peluk dokter, jangan menangis, nanti hidungmu berubah seperti hidung badut." Ucap key menenangkan sembari memeluk lelaki mungil itu.
Tristan menggaruk belakang kepalanya tidak gatal. Ingin mencoba membantu key. Namun lelaki mungil itu selalu berontak jika ingin disentuh dirinya.
"Huwaaa-!!! Pergilah pria jelek hiks kau berbohong hiks!."
Seketika Tristan memiliki ide!. Tidak tahu ini akan berhasil apa tidak, namun ia akan mencoba membujuknya.
"Ah padahal tadi aku hanya bercanda, yasudahlah aku ke taman sendiri saja. Sayang sekali...." Ucap Tristan sembari melirik sedikit-sedikit pada lelaki mungik itu.
Dia tetap tak meresponnya. Tapi Tristan tidak kehabisan akal.
"Seperti nya enak memakan permen kapas sembari menaiki kuda putar." Ucapnya lagi. Namun sekarang lelaki mungil itu meresponnya.
"Dan membeli boneka yang beesaaarrrrr sekali." Lanjut Tristan ya walaupun sedikit berlebihan.
"Aku mau ikut." Cicit lelaki mungil itu.
Ia mengusap ingusnya dengan cepat. Menatap Tristan dengan senyumannya, jangan lupakan hidung yang memerah.
Tristan menahan tawanya saat melihat wajah key yang terlihat ingin membanting nya. Walaupun itu suatu hal yang tidak mungkin bisa terjadi, Tristan tetap takut pada key.
"Benar?." Tanya Tristan. Lelaki mungil itu mengangguk.
"Tapi janji tidak menangis saat disana oke?." Kata Tristan, ia hanya khawatir bila nanti lelaki mungil itu menangis.
Lelaki mungil itu mengangguk antusias.
TBC.
Tidak memaksa vote ataupun comment!.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTRIS [BXB]
Roman pour AdolescentsIni hanya kisah dari Dhinan Al Pratama dan juga Tristan harfiansley. BXB. HOMO. BL. GAY. LGBT. PELANGI. SEGENDER. Jika tertarik mari baca book saya, jangan ber-ekspektasi tinggi terhadap book nya ya. Maklumi jika banyak typo atau kesalahan penulisan...