Penyembuhan<3>

40 3 0
                                        

Key datang diwaktu yang tepat. Ketika lelaki mungil itu tengah menangis dengan kencang, key dengan terburu-buru segera menyuntik kan obat penenang pada kantung infus Al.

"Apa yang terjadi?." Tanya key.

"Dia mengingat masa kelamnya, key." Jawabku.

Key menghela nafas pelan. Ia duduk disofa yang tersedia dikamar pasien. Ia memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Aku mendekatinya lalu duduk disamping key. "Apa dia bisa disembuhkan?."

Key mengangguk namun juga menggeleng. Itu membuatku bingung.

"Bisa, namun sulit. Melihat bagaimana tadi dia menangis seperti itu, aku semakin yakin depresinya benar-benar berat." Jawab key dengan pandangan lesunya.

Memang ini bukan pertama kalinya key menangani pasien seperti dia. Namun sepertinya lelaki mungil itu pasien terberat key.

Aku terdiam sejenak. Lalu mendongak menatap langit-langit atap rumah sakit. "Apa yang akan terjadi jika ini berlangsung lama?." Tanya ku lagi.

"Gila." Singkat, padat dan jelas. Itu semua sudah menjelaskan bahwa lelaki mungil itu bisa saja menjadi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Atau bahasa lainnya, orang gila.

Aku tertegun saat mendengarnya.

"Berikan dia perawatan intensif, key. Aku yang akan menanggung semuanya." Ucapku tak bisa dibantah.

Key menatap ke arah ku dengan padangan terkejut. Lalu aku meninggalkan ruangan itu untuk mencari udara segar.

/Tristan pov end/

*****

- 3 Minggu -

Key benar-benar melaksanakan tugasnya. Merawat lelaki mungil itu dengan intensif. Bahkan dia sendiri yang turun tangan ketika lelaki mungil itu kambuh.

Untuk hal menjaga. Tristan lah yang melakukannya. Ia tak pernah absen untuk menjaga lelaki mungil itu.

Pernah sekali, ia hampir dipecat oleh atasannya dan juga dicibiri banyak senior di tempatnya. Namun Tristan tak memperdulikan nya.

Ia akan lapang dada jika saja ia dipecat dan dikeluarkan dari sana. Itu semua memiliki alasan yang kuat.

"Bagaimana kondisinya sekarang?." Tanya Tristan.

Key tersenyum. "Semakin meningkat!." Jawab nya dengan semangat.

Lelaki mungil itu benar-benar memiliki kemampuan untuk membuat dirinya kuat. Ia membangun kepercayaan diri sendiri dan juga ia bisa menenangkan dirinya sendiri sekarang.

Sebelumnya, Key mengajarinya beberapa hal yang harus dilakukan saat kambuh, lelaki mungil itu benar-benar mempelajarinya sendiri.

"Syukurlah..."

"Dia bahkan sudah bisa berbicara lumayan banyak bersamaku!." Kata key dengan penuh semangat lagi.

Senyum hangat mengembang begitu lebar dibibir Tristan. "Apa aku boleh mengunjunginya?."

Key mengangguk. Lalu tanpa sepatah katapun lagi, Tristan masuk kedalam rumagan itu.

Pemandangan pertama yang ia lihat, lelaki itu tengah mengelus-elus lembut perutnya. Bergumam kecil bahkan tak terdengar sedikit pun.

"Hai." Ucap Tristan.

Lelaki itu menoleh, lalu dengan sigap menutupi tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada. Ia berpura-pura tertidur. Lucu sekali!.

"Hei mana ada manusia yang tidur seperti itu?." Kata Tristan saat melihat gaya tidur lelaki itu.

"Ada aku!." Jawabnya sedikit lantang. Ia tak sadar menjawab pertanyaan dari Tristan.

"Haha kau lucu." Tristan tertawa.

Lelaki mungil itu tak terima. Ia melemparkan sendok makan pada Tristan. Untung saja tidak kena, coba kalau kena sudah dipastikan Tristan akan memar didahi.

"Maaf-maaf. Bagaimana kabarmu?." Basa-basi Tristan.

"Kau buta?!, Jelas-jelas aku sakit, dasar bodoh!." Jawabnya ketus. Ia sadar diri bahwa dia gangguan mental.

Ugh!. Mengapa ia begitu galak pada Tristan?. Dan juga lelaki itu berani sekali mengumpat padanya.

Tristan memutuskan untuk diam. Tetapi duduk disofa ruangan tersebut. Ia menatap lelaki mungil itu terus menerus.

Sang empu yang dilihat terus menerus tak peduli akan siapa yang melihatnya. Ia melaksanakan kegiatan sehari-hari nya, diam, bergumam, tertawa, diam lagi.

Benar-benar persis seperti orang gila. Maaf!.

Cklek.

Key masuk secara tiba-tiba.

"DOKTER-DOKTER!, LIHAT PRIA JELEK DISANA DATANG LAGI, IA BEGITU BODOH!,." Teriak lantang lelaki mungil itu pada key.

Key tertawa, Tristan melongo. Berani sekali lelaki itu!. Dan apa tadi? Jelek?. Hei bahkan ketampanan nya mengalahkan member NCT!.

[Maaf dia terlalu banyak bermimpi - author.]

"Apa dokter membawakan ku permen?!, Aku mau permen dokter!, Pria jelek itu tidak memberikan aku permen manis yang selalu dokter berikan!." Kata lelaki itu dengan tatapan sinis mengarah pada Tristan.

Key tersenyum lalu mengelus pelan pucuk kepala lelaki mungil itu. "Bawa, mau rasa apa?." Tanya key.

Lelaki mungil itu tampak berfikir. "Strawberry!."

Key menggeleng. "Tapi rasa strawberry nya habis, bagaimana dengan jeruk?, Tidak apa-apa kan?." Tanya key. Lelaki itu mengangguk saja.

Lantas key memberikan pil berwarna oranye kepada lelaki itu. Dan juga lelaki itu langsung memasukkan kedalam mulutnya lalu meminum satu gelas air.

Tunggu. Tristan belum bisa mencerna apa yang ia liat tadi. Ia menoleh kearah key. Meminta penjelasan.

Key menjelaskan nya. Lalu Tristan bertepuk tangan kagum. Ia kagum pada key.

"Lagipula, dengan kondisinya yang seperti ini. Memudahkan aku untuk membohongi dia." Tutur key. Tristan kembali mengangguk.

TBC.
See you. sorry for typo!.

ALTRIS [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang