Menangis <13>

25 2 0
                                        

Katakanlah Tristan adalah seorang pria yang cengeng. Setelah mendengar apa yang diucapkan key sebelumnya membuat dirinya tak bisa menahan tangisannya.

Jujur saja, Tristan tengah menangis dalam diam malam ini. Tangan yang ia tautkan kepada tangan mungil Al. Ia elus-elus lembut.

Air mata yang ia bendung dari beberapa jam yang lalu akhirnya pun tumbang begitu saja ketika mendengar Al bergumam kata-kata yang menyayat hatinya.

"Aku hiks a-akan selalu ber hiks sama dengan mu terus Al. Hiks aku akan me lin-lindungi mu." Isak tangisnya.

Tak begitu kencang isakannya. Namun menyakitkan. Apalagi dirinya sedang berusaha agar tidak terdengar sama sekali suaranya.

Tristan mulai bertanya-tanya. Apa yang menyebabkan sosok mungil dihadapan nya ini kembali kambuh.

Semenjak kejadian kemarin. Al sesekali kambuh lalu menyakiti dirinya sendiri, tidak sampai kepada bayinya. Tapi.... Bukankah sama saja nanti akan berpengaruh kepada sang bayi jika sang ibu terlalu stres? Atau bahkan bisa dibilang menjadi stres?.

Stop jangan berbicara yang tidak-tidak.

Entah mungkin karna Al yang masih sadar akan tindakan nya atau tidak. Dalam kekambuhan nya Al sama sekali tak pernah menyentuh bagian perutnya.

Ini ajaib menurut Tristan yang tengah menangis sekarang.

Yang ia tau, pasti ini berkaitan dengan sesosok pelaku dalam kasus yang Al alami sekarang.

Terlalu lama menangis akhirnya Tristan pun tumbang dan tertidur lelap disamping Al dengan posisi yang terduduk dilantai tapi kepala dan lengannya ada di atas ranjang.

*****

Al terbangun ketika merasakan tangan sebelah kanannya kebas.

Membuka perlahan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang mulai masuk dari celah-celah gorden.

Ia menoleh lalu menemukan sang penolong hidup nya dulu, tengah tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman.

Dengan sigap Al pun membangun kan Tristan perlahan.

Namun belum sampai dirinya membangun kan Tristan, punggung tangan nya tak sengaja menempel pada kening Tristan yang begitu panas.

Apa ini?. Demam? Pikir Al.

Lantas Al pun langsung membangunkan sang empu dan menyuruh nya untuk berbaring nyaman diatas ranjang.

Tak menghiraukan penolakan dari Tristan. Ia pun pergi kelantai bawah untuk membawakan semangkuk bubur hangat.

Merasa tak terganggu oleh perut buncit nya yang mulai membesar. Al dengan lihai memasak bubur hangat untuk Tristan.

Sudah cocok sekali menjadi istri idaman.

Tak perlu waktu lama, hanya memakan empat menit saja untuk Al menyelesaikan masakan nya.

Dirasa semuanya sudah cukup Al membawa mangkuk bubur hangat itu beserta air putih, diatas nampan.

"Tris.... Bangun dulu sebentar, kau harus makan lalu minum obat setelahnya." Titah Al.

Tristan mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang, namun enggan membuka mulut ketika Al menyodorkan satu sendok bubur kearahnya.

"Ayolah Tris... Agar kau sembuh, makan ini ya?." Bujuk Al.

Tristan tetap menggeleng. Bukan karna dirinya tak menghargai masakan Al. Namun perutnya bergejolak tidak enak, takutnya saat memakan bubur itu ia muntah begitu saja.

Al mengembalikan sendok itu kedalam mangkuk. Menatap datar kepada Tristan. Mood nya menjadi tidak senang saat Tristan menolak makanannya.

Biasalah mood swing sang ibu hamil.

"Bukan nya aku tidak mau memakan makanan mu Al. Tapi perutku menolak."

"Jujur saja kau tak mau memakan masakan ku lagi hump!." Al merajuk lalu pergi keluar kamar.

Memang tidak jelas mood ibu hamil satu ini. Awas saja jika dirinya menjadi manja, Tristan jabani tidak akan ia ladeni nanti.

Bercanda. Sungguh itu bercanda.

Setelah kepergian Al pun. Tristan menundukkan kepalanya lalu mengambil semangkuk bubur itu, ia memakan nya dengan paksaan.

"Jangan kau muntahkan perut sialan!, Awas saja jika kau memuntahkan masakan Al!." Kesal Tristan. Ia mulai menyuapi bubur itu sedikit demi sedikit.

Perutnya berulah. Tristan ingin muntah namun ia tahan.

Tidak boleh memuntahkan masakan Al!.

"Hmp! Jangan muntah Tris!." Ucapnya pada diri sendiri.

Tanpa sadar Al kembali lagi kedalam kamar. Lalu melihat Tristan yang tengah bersusah payah memakan bubur buatannya.

Wajah Tristan sudah merah padam. Menahan gejolak dari perutnya sendiri.

"Yaak! Jangan dimakan jika tidak kuat Tris!, Dasar anak nakal!." Al berjalan dengan cepat dan tertatih-tatih, Karna perutnya yang besar.

Ugh!, Al jalannya seperti pinguin xixi.

Tristan tersenyum kecil. "Lihat buburnya sudah-hmp! Habis." Ucapnya dengan susah payah.

Al menghela nafas pelan, mengatur sedikit emosinya yang kini ingin memuncak.

Ia perlahan mengambil kembali mangkuk bubur yang sudah kosong, lalu menaruhnya diatas meja nakas.

"Hm aku belum minum obat.." lirih Tristan.

"Satu persatu saja, jangan terburu-buru saat meminum airnya juga." Ucap Al sembari menyodorkan dua butir obat kepada Tristan.

Sang empu, Tristan. Menerimanya dengan baik lalu meminum obat itu sekaligus dua. Memang nakal!, Sudah dibilangin satu-satu saja minumnya!.

"Sudah! Hehe." Riang Tristan. Al mengelus pucuk Tristan lembut.

TBC.
Sorry kalau masih ada typo!.

ALTRIS [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang