Perasaan <10>

17 3 0
                                    

/Tristan pov/

Entahlah. Aku mulai mengerti apa yang dimaksud oleh ayahku sekarang.

Melihat Al, aku merasa seperti melihat dia dimasa lalu. Hanya saja perbedaan nya adalah warna mata mereka.

Dia berwarna hijau terang bersinar, tapi Al memiliki iris coklat yang indah.

Keduanya sama-sama indah bagiku.

Ya, keduanya benar-benar sama. Mereka berdua laki-laki, lalu mereka memiliki mata bulat walaupun warna bola mata berbeda. Bibir tipis yang.... Em me-menggoda... Tubuh mereka juga ramping. Maybe jika Al tidak sedang hamil dia pasti terlihat ramping.

Karna aku pernah sekali memeluknya dibagiin pinggang.

Oke aku berbohong tidak hanya sekali. Namun berkali-kali. Jangan ada yang memarahi ku!.

Aku memeluknya tidak sengaja. Itupun Al tidak masalah.

Ah ya, pagi ini adalah hari terakhir aku mengambil cuti. Jadi aku akan menghabiskan waktu terakhir ku bersama Al sebelum kembali bekerja lagi.

Aku dan Al akan pergi ketaman hari ini. Itu list pertama tempat yang ingin dikunjungi oleh Al, aku hanya akan mengikuti saja toh kalau bukan Al yang menentukan tempatnya yang ada nanti tidak jadi berangkat.

"Bajumu kurang cocok Tristan, kita ingin ke taman bukan pergi keluar kota. Jadi, tidak usah terlalu tampan oke?." Ucap Al. Aish aku kan tidak tau bagaimana berpakaian santai!.

Tapi pipiku terasa panas karna Al memujiku tampan. Maaf aku jadi lebih mudah tersipu sekarang. Aku jadi malu, padahal aku seorang dominan.

"Apa aku harus mengganti pakaian ku sekarang?." Tanyaku. Lalu Al menggeleng.

"Tidak usah, lepaskan jaketmu saja." Tuturnya.

Aku pun melepas jaketku. Dan kini hanya tersisa kaos berwarna abu-abu.

"Celanaku tak perlu diganti?." Tanyaku lagi.

"Tidak perlu, ah jangan lupa dengan topi mu yah. Cuaca di taman bisa saja menjadi panas." Ucapnya mengingatkan. Aku mengangguk lalu mengambil topiku.

Dan setelah semuanya siap, aku dan Al pun mulai pergi menuju taman.



***



Saat sudah sampai ditaman. Aku dan Al benar-benar mengambil atensi semua para pengunjung. Ah tidak semua, hanya saja mereka semua benar-benar melihat kearah ku dan Al.

Bukankah pakaian ku dan Al tidak berlebihan?, Mengapa mereka semua menatap ku dan Al begitu lekat?.

"Kenapa mereka semua menatap kita Tristan?." Tanya Al berbisik.

Aku mengangkat bahuku. "Tidak tau, hiraukan saja mereka semua."

Lalu Al dan aku pun terus berjalan hingga menemukan tempat yang cocok untuk ber-rekreasi.

Al mulai membuka karpet kain, aku membantunya untuk merapihkan karpet tersebut.

Beberapa barang yang kami berdua bawa pun akhirnya sudah tertata rapi. Tinggal menikmati suasana saja sekarang.

/Tristan pov end/

Canda tawa yang sangat menyenangkan pun mulai terdengar saat Tristan yang mencoba bermain tebak-tebakan bersama Al. Mereka benar-benar menikmati hari ini dengan kesenangan tiada Tara.

"Coba kau tebak apa itu?." Tristan memperlihatkan sebuah gambar yang sebagian nya telah tertutup.

"Eum sebuah kancil!." Tebak Al.

Tristan menggeleng. "Ini sebuah anak ayam hahaha!." Tawanya pun menggelegar.

Al pun ikut tertawa kembali. Tangan nya tak berhenti untuk mengelus perut buncitnya.

"Hah.... Sudah-sudah, nanti lagi kita bermain tebak-tebakan menjebak ini. Lebih baik kita makan siang Tristan." Ucap Al. Tristan pun menyetujui nya dan mulai membuka kotak bekal yang Al berikan.

"Seperti biasa, makanan mu selalu lezat!." Semangat Tristan.

Al terkekeh lalu ikut makan dari sendok yang sama dengan Tristan. Ia disuapi oleh nya.

"Apa kau akan baik-baik saja?."

"Huh?."

"Kau... Maksudku, ketika aku bekerja besok. Apa kau akan baik-baik saja dirumah sendirian?." Tanya Tristan. Tatapan nya memancarkan ke khawatiran.

Al mengangguk. "Aku akan baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir." Jawab Al dengan lembut.

Tristan tak akan mempercayai nya dengan cepat. Apa ia harus mengambil cuti lagi?.

Tapi.... Nanti jika ia dipecat bagaimana?. Bekerja sebagai pemadam kebakaran adalah cita-cita nya.

"Aku akan mengambil cu-"

"Aku akan baik-baik saja Tristan. Jangan mengambil cuti lagi, kau bisa dipecat nanti!."

"Ba-baiklah... Tapi berjanji kau akan baik-baik saja hm?."

Al mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Tristan.

Lagi pula mengapa Tristan harus mengkhawatirkan nya sampai seperti itu?. Padahal Al saja dulu bisa menjaga janin nya.

Dia berbohong. Jika bisa mempertahankan janinnya mengapa ia memilih untuk bunuh diri waktu itu?.

Lupakan! Itu sudah menjadi masa lalu yang harus dijadikan pelajaran untuk kedepannya.

"Mari kita pulang. Sepertinya hujan akan turun sekarang." Ucap Tristan. Ia lalu membereskan semua barangnya.

Lalu menggandeng tangan Al untuk pergi dari taman.


TBC.
Maafkan saya. Book ini dibuat ketika saya sedang gabut saja. Maklumi kesalahan teks yang ada di setiap chap.

Fyi setiap chap akan selalu sedikit.

Thanks guys. See you dichap selanjutnya.

ALTRIS [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang