1. Rindu Menembus Zaman

13 6 0
                                    

Sore yang sejuk. Ditambah daun daun kering yang berguguran tertiup angin. Seorang pemuda, sedang berjalan menyusuri bibir pantai, sesekali memainkan air pantai yang agak kotor.

Pemuda itu, Samudra Gravelion. Selama sekitar 11 abad di dunia manusia ini, Samudra sudah melewati berbagai tantangan dan perkembangan zaman. Mau tak mau ia harus menjalani kehidupan baru nya disini sebelum ia kembali ke laut untuk membalas dendam.

Setelah puas bermain air, pemuda itu duduk disalah satu kursi kayu yang terdapat disana. Ia melamun, menatap laut lepas di depan nya. Ada sedikit rasa nostalgia yang membuat hati nya sesak. Tanpa sadar ada setetes air mata jatuh melewati pipi nya.

"Cengeng banget gue. Pulang aja lah."

Tiba tiba matanya tak sengaja menangkap seorang gadis sedang berjalan menuntun motor nya sembari mengomel, sesekali gadis itu memukuli motornya kesal.

Samudra terdiam. Gadis itu mirip sekali dengan kekasih nya dulu di Kerajaan. Tak menunggu waktu lama, ia mencoba untuk mendekati gadis itu.

***

"Motor sialan! bisa bisa nya ban nya bocor di tengah jalan. Mana ini udah sore, bentar lagi maghrib. Mendung lagi. Nanti gua diculik begal gimana dong"

"Halo."

"AAAAAAA njing. Siapa lo? ngagetin aja. Lo begal ya? gue telpon polisi sekarang nih."

"Eh gua bukan begal," ucap Samudra sembari menaikan kedua tangan nya.

"Terus apa? makhluk mitologi?"

Samudra tertegun. Bagaimana bisa gadis ini menebak dengan benar. Sebenarnya, gadis ini memiliki wajah yang sama dengan kekasih nya dulu, hanya saja memiliki sifat yang berbeda.

"Motor nya kenapa nih? ban nya bocor?"

"Menurut lo?!"

Samudra meringis. Galak sekali.

"Sini gue bantu nuntun motor nya. Kebetulan gue tau bengkel terdekat disini."

"MODUS YA LO?! bilang aja mau begal motor gue."

"ENGGAK ASTAGA, main tuduh aja."

Gadis itu menyerahkan motornya, "Nih sana. Kalau lo mau ambil atau mau begal ni motor, bawa aja. Gue udah cape banget," ucap nya sambil pasrah dan berjalan lunglai mendahului.

Samudra terkekeh, "Nama lo siapa?"

"Atlantika. Panggil aja Lantik."

Samudra tertegun. Nama ini sama persis dengan nama kekasih nya dulu. Atlantika. Namun gadis ini memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik. Gadis ini memiliki sifat barbar dan kasar, tidak seperti kekasih nya yang lemah lembut.

Atlantika menoleh ke belakang, "Woi kok lo diem aja? ayo cepetan nuntun motornya keburu hujan nih."

***

Disini lah mereka berdua, duduk berhadapan di warung angkringan sederhana. Motor milik Atlantika sedang berada di bengkel yang letak nya di depan warung ini. Sembari menunggu motor nya di perbaiki, Atlantika menarik sang pangeran itu untuk mengisi perut.

Tiba tiba saja air bah tumpah dari langit. Atlantika menatap rintikan hujan tersebut, posisi mereka duduk di luar warung tanpa jendela jadi bisa melihat dengan puas hujan yang turun tersebut. Sekilas warung ini mirip kantin di sekolah nya, luas tapi sederhana.

Hujan hujan gini enak nya makan mie rebus untuk menghangatkan badan bukan? makanan kesukaan Atlantika dikala hujan.

"Pak mie kuah nya 2 ya? tambah telur sama sayur," ucap Atlantika

"Nggeh, ditunggu yo," ucap Bapak pemilik warung

Suasana kedua nya cukup canggung. Karena di sisi lain mereka baru saja bertemu, dan tidak saling kenal, sedangkan sisi lain nya sedang mencerna keadaan karena bertemu kekasih nya dengan sifat yang berbeda.

Selama beberapa menit hanya diam diaman, akhirnya Atlantika mencoba untuk memulai pembicaraan.

"Lo orang mana?" tanya Atlantika, mencoba memecah keheningan

"Yaa orang bumi."

Atlantika mendengus, "Nyesel gue ngomong sama lo."

"Tadi kenapa motornya bisa bocor di tengah jalan?"

"Yaa karna takdir."

"Nyesel gue ngomong sama lo," balas Samudra.

Atlantika memicing, "Lo orang aneh."

"Lo juga orang aneh."

"Sstt sesama orang aneh jangan bertengkar. Nih mending makan dulu," ucap bapak pemilik warung dengan membawa pesanan mereka tadi.

"Makasih pak."

Mereka makan dengan tenang. Tidak ada pembicaraan apapun. Hanya ada suara hujan yang menemani.

Selesai makan, Atlantika mulai beranjak untuk membayar, tapi perkataan dari Samudra membuat nya mendengus.

"Udah gue bayar."

"Yaudah makasih. Lain kali gua ganti."

"Gausah."

Samudra mengernyit bingung saat melihat gadis di depan nya mulai berjalan pergi. Mau tak mau ia mengikuti nya, "Mau kemana?"

"Ke bengkel, motor nya pasti udah selese diperbaiki. Ayo sekarang kita ke seberang."

"Nanti aja, masih hujan," tolak Samudra

"Lebay amat. Lagian hujan ga akan bikin lo jadi duyung kan?"





TBC


with love,
nana

SAMUDRA ATLANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang