Anak itu pun berbinar dan berseru senang. Lalu ia membungkukkan badan nya, "Terima kasih Yang Mulia."
Mereka yang disana pun terkejut. Terutama Samudra. Bagaimana bisa anak itu memanggil nya dengan sebutan seperti itu?. Fadil dan Atlantika saling bertatap tatapan, kejanggalan satu lagi.
Samudra segera menyingkap lengan baju anak itu dan dirinya lebih terkejut lagi, kala melihat tanda hitam berbentuk duyung yang berada di lengan atas anak itu.
Anak itupun langsung menutupi tanda itu dengan tangan kirinya. "Maaf maaf, maksudnya terima kasih banyak kakak kakak. Semoga liburan nya menyenangkan yaa. Dadah."
Atlantika pun tersenyum senang dan melambaikan tangan nya kepada anak itu. Samudra terdiam, mencoba mencerna semuanya. Anak itu, bukanlah manusia. Anak itu adalah rakyat kerajaan nya. Buktinya adalah tanda berbentuk duyung yang ada pada lengan dia. Berarti, yang berhasil selamat melarikan diri, bukan hanya dia, paman Gonu dan bibi Serina saja?.
Samudra yakin. Masih ada beberapa rakyatnya yang masih hidup hingga sekarang dan berhasil melarikan diri ke dunia ini. Tetapi di mana? di mana mereka semua bersembunyi? di mana mereka semua tinggal?
Untuk menjawab semua pertanyaan itu, ia harus menemui anak yang menjual gelembung sabun tadi untuk meminta penjelasan. Tetapi dia pergi kemana tadi ya?. Ia mencoba untuk mengedarkan pandangan nya untuk menemukan anak itu. Tapi sial, ia tidak menemukannya.
***
Setelah menyelesaikan sarapan, kini mereka bermain main di bibir pantai.
Fadil dan Samuel membuat istana pasir, mereka bekerja sama membuat kompetisi persaingan. Istana pasir yang jatuh lebih dulu, maka dia lah yang kalah. Agak kekanak kanakan memang, tapi ini memang seru.
Sedangkan disini lain, Samudra dan Shana bermain main dengan air laut yang asin. Melihat senyum dan tawa Shana, membuat hati Samudra hangat. Ia tersenyum, semoga senyum itu tetap mengembang. Samudra akan berjanji, tidak akan membuat gadis di depan nya ini meneteskan air mata dan tetap mempertahankan senyum manis itu.
Atlantika tertawa kala Samudra menciptakan air laut kepada nya. Ia pun tak tinggal diam dan membalas nya dengan mencipratkan air laut dengan brutal kearah Samudra. Membuat sebagian baju Samudra basah.
"HAHAHAHA yahh baju nya basah," ejek Atlantika.
Samudra mendengus. Ia pun kembali membalas dengan cipratan air yang lebih brutal. Atlantika yang tidak mau baju nya basah pun langsung berlari menghindari Samudra. Tentu saja, aksi kejar kejaran dan ciprat cipratan itu tak dapat dihindarkan. Keduanya tertawa bersama.
Saat akan menangkap Atlantika yang sudah berlari mendahului, tiba tiba kaki nya yang tidak memakai alas apapun itu terkena potongan kerang yang tajam. Ia pun mengaduh dan mengangkat satu kaki nya, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh.
Sial nya lagi, ia jatuh tepat diatas istana pasir milik Fadil. Samudra baru menyadari nya. Samudra pun hanya tersenyum tak berdosa kala melihat Fadil yang sebentar lagi akan meledakkan kemarahan nya.
"BANG SAMUDRAAA!!! SINI GAK LO."
Lalu terjadilah aksi kejar kejaran antara Fadil dan Samudra. Fadil mengejar dengan emosi yang meluap luap, sedangkan Samudra lari dengan tertawa terbahak bahak. Atlantika dan Samuel yang melihat itupun hanya menggelengkan kepala nya dan ikut tertawa.
"Woi kalian. Udah kejar kejaran nya. Ayo main gelembung sabun."
Mendengar teriakan Atlantika itu, mau tak mau mereka menghentikan aksi kejar kejaran nya. Namun, Fadil masih kesal dengan abang kesayangan nya itu. Melihat tatapan Fadil yang tak bersahabat, Samudra terkekeh. Lalu ia merangkul adik kecil nya itu, dan membisikkan sesuatu, "Nanti gue ganti deh, gue kasih bonus pas gajian."
Mendengar itu, tentu saja Fadil berseru senang, "Yang bener bang?"
"Bener dong. Kenapa? gak mau?"
"Ya mau lah. Rejeki anak soleh ini mah."
Keduanya pun berjalan menuju tempat dimana Atlantika berdiri, sambil tertawa dan merangkul satu sama lain. Atlantika dan Samuel yang melihat pemandangan itupun bingung, kok cepet banget baikan nya?.
"Nih ambil masing masing satu."
"Itu kan sisa satu, buat siapa?" tanya Fadil
"Buat aku hehe," ucap Atlantika menyengir tak berdosa.
"Dih maruk banget. Itu punya bang Samudra lah, kan yang beli bang Samudra, bukan kakak," ujar Samuel, kesal dengan kakak nya ini.
Samudra terkekeh, "Iyaa buat lo aja."
Atlantika berseru senang. Ia memeletkan lidah mengejek ke Samuel dan Fadil yang menatap nya tak terima.
Mereka ber empat pun meniup gelembung sabun nya masing masing. Seperti anak anak, mereka berseru senang kala gelembung nya berhasil melambung keatas. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain dengan gelembung sampai matahari akan tenggelam.
Saat detik detik matahari terbenam, mereka duduk berjejer di bibir pantai sambil melihat pemandangan langit senja dan matahari yang sebentar lagi ditelan laut.
Samudra tertegun kala Atlantika tiba tiba saja menyenderkan kepala nya di bahunya. "Lo tau Sam? tiap liat laut, gue pasti keinget lo mulu."
"Gue ngerasa, kayak gue pernah kenal sama lo, tapi dimana?"
Fadil menyahut, "Gue juga bang. Saat pertama kali ketemu sama lo, gue jadi ngerasa kaya sedih? gatau pokoknya gue ngerasa nyaman aja."
Samudra hanya terdiam.
"Lo pasti tau jawaban nya kan bang?" tanya Fadil.
Samudra menoleh, "Jawaban apa?"
Fadil diam membisu. Ia mengarahkan matanya pada sosok yang memakai jubah hitam dengan 9 kaki. Kaki sosok itu menyerupai tentacle gurita. Bukan menyerupai lagi, tapi itu memang benar tentacle gurita.
Samudra mengikuti arah pandang Fadil, dirinya begitu terkejut kala melihat sosok yang berdiri disana. Samudra tentu sangat mengetahui siapa itu. Sosok itu yang mengetahui Samudra melihatnya pun langsung melambaikan tangan.
Samudra mengepalkan tangan. Kenapa dia bisa muncul di saat saat indah seperti ini? kenapa dia menghancurkan momen indah nya bersama gadis yang dicintai nya ini?.
Atlantika yang juga bisa melihat itu pun ketakutan, ia merapatkan diri ke tubuh Samudra karena takut. Bagaimana tidak? selama hidup ia tidak pernah melihat makhluk astral ataupun makhluk menyeramkan lain nya. Tapi hari ini, ia melihat sosok menyeramkan yang memandang kearahnya sembari menyeringai. Ia tambah takut lagi kala sosok itu melambaikan tangan.
"S-samudra, sosok jubah hitam itu siapa?"
Samuel yang mendengar penuturan kakak nya ini pun mengedarkan pandangan nya. Tapi ia tak menemukan seseorang yang memakai jubah hitam. Lagipula, ini sudah sangat sore, pantai mulai sepi oleh pengunjung.
"Mana kak? gue kaga liat tuh orang pake jubah item."
Samudra paham sekarang, ia bisa menyimpulkan, bahwa Atlantika dan Fadil bisa melihatnya, sedangkan Samuel tidak.
"Ayo pergi dari sini sekarang. Kita pulang."
"T-tapi Sam----"
"Nurut apa kata gue. Kita harus pulang sekarang." Seperti tersihir oleh nada tegas khas pemimpin milik Samudra, mereka pun menurut dan berjalan meninggalkan pantai.
Sosok itu yang melihat Samudra memilih pergi pun hanya mendengus kesal. Tetapi saat melihat Samudra yang menghentikan langkah nya dan berbalik, ia pun mengangkat sudut bibirnya. Samudra memberi kode menggunakan tangan yang ia sangat tahu apa arti dari kode nya.
"Datangi aku lain waktu."
Sosok itu terkekeh, "Jadi kau menyuruhku mendatangi mu lain kali saja?. Dasar Pangeran sialan. Dia membuatku harus bolak balik masuk kedalam portal. Tapi tunggu, kenapa aku harus menuruti perintah nya? bukankah kita sama sama Pangeran?"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA ATLANTIKA
Historical FictionIni bukan kisah tentang laut, tapi ini adalah kisah makhluk yang hidup di dalam nya. Di sebuah kerajaan megah yang berdiri di kedalaman Samudra Atlantik. Ini kisah mereka, Prince Samudra Gravelion Vl, seorang Pangeran Mahkota yang tampan dan sangat...